☁️ㅣ19. Ikut Dalam Permainan

3.2K 538 300
                                    

Yang kangen Alkuna ayo merapat!!
Jangan lupa tinggalin komentar yap!

Follow instagram:
ariraa_wp
zanava.fam
agraska.galelio

"Kalau ngelamun terus, nanti gue datangin ke sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau ngelamun terus, nanti gue datangin ke sana." Suara Alkuna di layar laptop menyadarkan lamunan Rembulan. 

Mata Rembulan berkedip-kedip, menatap layar laptop lalu pada Bela yang ada di sebelahnya. "Kenapa?"

"Bulan yang kenapa." Bela tersenyum tipis. "Kayaknya Alkuna marah soalnya kamu ngelamun terus, padahal dia lagi bacain soal," jawabnya.

Bukan Alkuna saja yang menyadari tingkah Rembulan, Bela juga sadar sepenuhnya jika Rembulan sering melamun, dari pagi, saat pembelajaran di kelas, bahkan sekarang di perpustakaan sekolah, di mana mereka sedang zoom meeting bersama Alkuna untuk mempelajari buku kimia yang lelaki itu dapatkan. Kemarin malam, Rembulan menghubunginya jika setelah pulang sekolah mereka akan melakukan zoom meeting dengan Alkuna.

Bela sudah bertanya, ada apa dan menawarkan diri untuk mendengarkan keluhan Rembulan. Namun gadis itu selalu mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, dan menjawab hanya kurang tidur.

"Maaf." Rembulan menunduk, kacamatanya terlihat berembun. Rembulan tidak tahu kenapa ia seperti ini sampai sekarang. Kejadian semalam ditambah tindakan Alderion membuatnya tak bisa melupakan itu begitu saja.

Semalam ia tak bisa tidur, ia mengunci diri di kamar tanpa mau menanggapi Alzero, Alvaro, Alvano, bahkan mamanya yang mengetuk-ngetuk pintu.

Lalu tadi pagi, saat ia hendak meminta maaf pada Alderion, ia tak bisa menemuinya karena Alderion sudah berangkat ke kampus. Bagaimana Rembulan tak memikirkan itu semua jika ia belum menyelesaikannya?

"Mungkin waktunya gak tepat." Suara Alkuna terdengar lagi, lelaki itu membenarkan kacamatanya dan membereskan buku-bukunya sejenak. "Nanti lo hubungin gue, kalau mau lanjut." 

Rasa bersalah Rembulan semakin melebar karena itu. "Maaf Alkuna, maaf." 

Alkuna terlihat mengedikkan pundaknya, wajahnya kini mendekat ke layar. "Di sana ada perpus kota 'kan?"

Bela mengangguk. "Ada, ada dua malahan."

"Bagus." Alkuna menumpu dagunya dengan tangan, bola matanya terlihat lurus menerawang ke depan. "Nanti kita belajar bareng, gue ke sana, biar gak virtual."

Rembulan mengerjap. "Tapi--"

"Kota gue sama kota lo gak jauh, cuman butuh satu jam setengah pakai motor," potong Alkuna yang tahu jika Rembulan akan menolaknya dengan alasan jarak. 

"Tapi 'kan--"

"Lo mau gue kasih jus Amonium dikromat, gak?"

Ancaman. Rembulan jadi teringat jika Alkuna juga mengancam beberapa remaja SMP yang mengganggunya di gramedia saat itu. Senyuman Rembulan jadi terukir perlahan-lahan, entah mengapa ancaman itu malah berefek baik padanya padahal nada suara Alkuna terdengar serius sekali.

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang