Chapter 13. I'm Sorry, Catnip.

19 6 0
                                    

Satu alasan kenapa aku masih bertahan hanyalah dirimu,
selebihnya, aku tidak peduli.

-Zadkiel Eleazar-


Amethyst Town,
Sybil merasakan tekanan yang kencang pada kepalanya. Tarikan nyerinya seirama dengan denyut nadi yang terasa lebih cepat dari biasanya. Ia merebahkan dirinya di atas kasur, kembali membolos kerja dan hanya diam memandang langit yang telah sepenuhnya terang dari jendela kamarnya.

Kau baik-baik saja?, Dixie melompat ke kasur dan mendekat padanya.

"Aku hanya lelah, Dixie. Kurasa aku akan tidur sepanjang hari. Jangan membangunkanku, Ok?"

Kau terlihat aneh sekali. Mau kupanggilkan Ezar? tanya Dixie lagi.

Sybil menoleh cepat, tatapannya tajam terhunus pada Dixie. "Aku akan mencukur habis bulumu kalau kau sampai memanggilnya!"

Baiklah, tapi jangan ada yang disembunyikan padaku. Mengerti? ucap Dixie sebelum dia keluar dari kamar.

Sybil tidak menjawab. Ia hanya menghela napasnya dalam, kemudian kembali bergelung di balik selimut putihnya yang tebal. Akhir-akhir ini ia merasa sering sesak karena energinya saling bertabrakan. Ditambah dengan luka di pinggang karena pertempuran semalam, membuatnya tidak bisa bergerak banyak.

Beberapa saat setelah Dixie keluar dari kamar, Sybil mencoba untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Energi penyembuh yang biasa ia gunakan untuk demon sire dialirkan sendiri pada lukanya, tapi hasilnya sia-sia. Ia kembali mengerang. Kekuatan besarnya bahkan tidak bisa ia gunakan untuk dirinya sendiri.

Malam hari, Dixie kembali masuk ke dalam kamar dan mendapati posisi Sybil yang masih sama dengan tadi siang.

Sybil, bangunlah. Kau belum makan dari tadi, ucap Dixie sambil menggoyang-goyang lengan Sybil dengan kaki bulunya.

Sybil tidak menyahut. Ia mendengar semua perkataan Dixie, tapi ia tidak memiliki tenaga untuk menjawabnya.

Sybil!

Tidak ada sahutan.

Persetan kau mau mencukur bulu atau tidak, aku akan tetap memanggil Ezar!

"Hah, kucing gila itu!" erang Sybil tanpa mengubah posisinya.

Jika boleh jujur, Sybil merasakan sekarat saat ini. Energi dalam tubuhnya mulai digerogoti oleh esensi malaikat yang melekat pada goresan lukanya. Ia meyeringai, membayangkan jika peluru cahaya semalam benar-benar membenam pada tubuhnya. Sudah pasti ia akan langsung melebur menjadi abu.

Well, setidaknya jika memang hari ini ia ditakdirkan untuk mati, ia bisa menjalani prosesnya dengan tenang di tempat yang nyaman.

Sybil mendesah dalam. Ia merasa sangat menyedihkan karena sebagai makhluk berdarah iblis, umurnya tidak akan lama. Kemudian, ia teringat dengan perkataan Aegnor tentang takdir kehidupan mereka.

Hah! Sybil benar-benar merasa sangat naif selama ini. Ia terlalu sombong dengan label makhluk imortal. Entah siapa yang menciptakan julukan seperti itu. Pada kenyataannya, ia kini akan dijemput oleh kematian.

Apakah ini yang dimaksud angin tentang musnah? Apakah kemusnahannya sendiri yang dimaksud oleh angin?

"Hahaha, menyedihkan sekali," gumam Sybil.

BRAAK!!

"Sybil!!"

Ah sial! Dixie benar-benar memanggil Ezar.

"Kemana kau semalaman?? Kenapa panggilanku tidak kau jawab?!" Ezar menarik lengan Sybil, dan terkejut melihat wajah Sybil telah sepucat mayat. "Catnip, apa yang terjadi padamu??"

Pandoraverse : The Warlock and The Demons Destruction [ TAMAT ]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora