Chapter 25. The Precious One

9 2 0
                                    


Kadang aku berpikir,

apakah semesta menetapkan takdir setiap makhluk dengan adil?

Lalu aku kembali berpikir,

Apakah kejahatan dan kebaikan itu adalah wujud dari keadilan?

-Sybil Xalvadora-


Ars tidak langsung menanggapi ucapan Sybil. Pada dasarnya dia memang tidak ingin merespon permintaan itu. Sudah jelas kalau mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah kemusnahan—dia akan berupaya sekuat tenaganya. Kalaupun hasilnya tidak seperti yang mereka harapkan, Ars rasa tidak ada alasan baginya untuk terus melanjutkan hidup. Entah sejak kapan, kehidupannya ditarik sepenuhnya pada semesta milik Sybil.

"Kita akan selidiki masalah pentagram hari ini. Bagaimana?" Ars mencoba membelokkan ara pembicaraan.

"Kau yakin?" tanya Sybil, tanpa tahu usaha Ars untuk mengalihkan pembicaraan.

Ars mengangguk, kemudian mendorong mangkuknya yang telah kosong. "Tapi sebelum itu, kau harus menemaniku sebentar untuk urusan pekerjaan."

Sybil memiringkan kepalanya dengan kening sedikit mengerut. "Pekerjaan?" warlock itu berusaha mengingat pekerjaan manusia yang digeluti oleh Ars. "Tunggu, pekerjaanmu itu bukankah memerlukan privasi? Kenapa kau akan membawaku?"

Ars melipat kedua tangannya di dada, dan bersandar sambil terus memandang Sybil. "Bagiku kau bukan hal yang harus disembunyikan. Ikut saja, setelah itu baru kita menyelidiki masalah pentagram."

"Lebih tepatnya, pekerjaan apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

Ars berdiri, mengambil mangkuk kosong miliknya dan Sybil. "Pemotretan majalah," jawabnya, sambil melangkah ke bak cuci piring. "Sebenarnya ada beberapa shooting iklan juga, tapi aku sudah bilang ke Lex untuk mengurangi semua jadwal untuk beberapa waktu ke depan. Pemotretan ini adalah pekerjaan terakhir sampai kita benar-benar memastikan dan menemukan dua instrumen pemusnah itu agar tidak jatuh ke tangan The Hunters."

"Kau membatalkan semuanya?" nada suara Sybil naik beberapa oktaf.

Ars mengangguk, langkahnya kembali menuju ke meja makan dan duduk di depan Sybil. "Aku harus membatalkannya. Ada yang lebih penting dari pada pekerjaan itu. Lagipula, aku sudah kaya tanpa bekerja. Menjadi model hanya untuk mengisi waktu luangku."

Sybil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kalau diingat lagi, aku belum tahu berapa umur aslimu."

"198 tahun. Cukup tua, bukan?"

Sybil mengerang kesal. Ia merasa bahwa dirinya adalah yang paling bayi di antara para makhluk di sekitarnya. Oxa dan Karl bahkan sudah berumur jutaan tahun, Ezar juga telah ribuan tahun. Sekarang, Ars pun ternyata sudah setua itu.

"Kenapa? Kau merasa kalah umur?" tanya Ars sambil terkekeh.

"Tentu saja! aku kira kita seumuran—setidaknya, kurasa, tapi siapa sangka kau juga telah hidup lama. Apakah hanya aku yang berusia muda di sini?"

"Seberapa muda?" Ars menjadi penasaran karena respon Sybil benar-benar terlihat frustasi.

"22 tahun. Benar-benar 22 tahun semenjak aku dilahirkan. Itulah kenapa Karl sering memanggilku bayi. Karena baginya, aku masih seperti bayi yang bodoh dan tidak tahu apa-apa."

"Itu karena dia menyayangimu. Mungkin, kau mau kupanggil bayi juga?" Ars mengeluarkan senyuman jahilnya.

Wajah Sybil langsung cemberut saat mendengarnya. "Kau mau kusihir jadi tikus?"

Pandoraverse : The Warlock and The Demons Destruction [ TAMAT ]Where stories live. Discover now