Chapter 17. Just Lean on Me, Cutie Pie.

23 7 0
                                    

Ada yang aneh,
Bersamamu, kenapa semuanya menjadi terasa ringan?
Kau, siapa sebenarnya kau dalam hidupku?

-Sybil Xalvadora-

Sybil masuk ke reruntuhan gedung yang telah padam sepenuhnya saat mereka datang. Petugas pemadam kebakaran yang terlihat menggulung selang air menyapa Ezar. Sybil mengedarkan pandangannya, keningnya mengerut.

"Ars," panggil Sybil.

"Hmm..," sahut Ars dengan tetap memperhatikan bekas reruntuhan yang memiliki kemungkinan untuk menimpa mereka.

"Kau bisa merasakan energinya?" tanya Sybil.

Ars mengangguk. Dia kembali menemukan raut ketakutan yang tadi sempat dilhat dari wajah Sybil. "Kau baik-baik saja?"

Sybil tidak yakin, tapi ia mengangguk tanpa berkata apa-apa lagi. Kebakaran ini, jelas bukan ulah manusia. Satu hal yang membuat Sybil menjadi resah adalah, energi yang ia tangkap adalah energi warlock. Jejak sihirnya masih terasa kental.

Brengsek!

Ingatan Sybil kembali pada masa kecilnya selama ia tinggal di desa warlock. Lemparan batu dan tendangan dari anak-anak yang lebih besar darinya kembali terasa. Bahkan, ia seakan sedang dikerumuni oleh tatapan warlock dewasa yang sedang memandangnya jijik. Tatapan yang selalu ia dapatkan setiap hari di masa kecilnya.

Napas Sybil mulai tersengal. Dadanya terasa sesak dengan degup jantung tak beraturan dan keringat dingin yang membuat tubuhnya bergetar. Tidak! Ia tidak bisa lagi berada di sini.

Tanpa menemui Ezar yang masih berbincang dengan para pekerja, ia berlari meninggalkan reruntuhan dengan binar matanya yang mulai membayang. Di belakangnya, Ars mengejar dengan ekspresi khawatir.

***

Tetesan air dari pipa besar di gorong-gorong, tempat ia melawan Theron dan Thalon waktu itu berhasil membantu Sybil untuk mengatur ritme napasnya lagi. Ia masih meringkuk, menempel pada dinding dengan kepalanya yang membenam di balik lututnya yang ditekuk.

Dari lubang tempat ia masuk, muncul Ars yang langsung duduk di sebelah Sybil, menatap gadis itu tanpa mengucap sepatah kata pun.

"Kenapa kau mengejarku?" Sybil mendongak pada Ars setelah beberapa saat kemudian.

"Bagaimana kalau ada Theron seperti waktu lalu? Kau memilih tempat yang tidak aman untuk bersembunyi," jawab Ars.

Sybil mendengkus, kemudian tertawa lirih sambil mengusap keningnya yang basah karena keringat. "Aku tidak selemah itu."

Ars tersenyum. "Tentu saja kau tidak selemah itu. Aku hanya tidak mau membiarkan kau sendirian di tempat seperti ini."

"Hah! Takdir memang terkadang sangat lucu. Dulu aku juga sempat membenci semua nephilim, tapi sekarang aku justru berteman denganmu. Kau bahkan menyelamatkanku berkali-kali." Sybil mengucapkan itu sambil memandang beriak air yang mengalir di ceruk depan mereka.

Ars masih terus memandang Sybil. Sorot matanya sangat lembut, seakan sedang memuja sesuatu yang sangat berharga baginya. "Tapi kurasa, takdir bersikap sangat baik padaku."

Sybil menoleh. "Kenapa? Karena kau nephilim?"

Ars menggeleng. "Bukan tentang siapa aku, tapi karena takdir sudah mempertemukanku denganmu. Karena itulah aku menganggap takdir telah bersikap sangat baik padaku."

"Kau merayuku?" Sybil menyipitkan matanya.

Ars tergelak, sampai tudung jubahnya terbuka, memperlihatkan rambut tebalnya yang sedikit panjang. "Apakah aku terdengar seperti sedang merayumu?"

Pandoraverse : The Warlock and The Demons Destruction [ TAMAT ]Where stories live. Discover now