6) Dua Insan

10 2 0
                                    

Sebenarnya, aku agak bosan menceritakan tentang drama keluarga Olivia. Bagaimana kalau kita beralih sejenak? Aku akan menceritakan kisah menarik yang sempat disampaikan rekanku. Dia cermin yang (sebenarnya kurang tepat disebut cermin, tapi salah satu sifatnya memantulkan bayangan) berukuran kecil dan juga telah mengamati banyak kisah manusia. Aku bertemu dengannya jauh sebelum aku berada di sini.

Ini tentang dua insan bernama Key dan Val.

"Val? Val?" Seorang gadis berjalan dengan linglung. Ia tampak mengalami disorientasi—alih-alih mengecek monitor pada mesin torpor, ia mencari seseorang yang barangkali telah ia kenal lama.

Tak sampai sepuluh langkah, gadis itu ambruk di tengah ruangan yang luas.

"Vaaal!" jerit gadis itu. Matanya basah. Suaranya serak. Belum sampai sepuluh menit sejak ia terbangun dari mesin torpor, kondisinya seakan kian buruk atas realita yang baru saja didapatinya setelah bertahun-tahun tidur di dalam mesin. Tak jauh dari sana, sebuah meja dengan paket lengkap berisi makanan serta minuman seakan menunggu untuk disantap.

Gadis itu bangkit, memaksa kedua tungkainya untuk bergerak. Pandangannya sayu, tapi sepercik harapan agaknya masih tersisa; demi mencari petunjuk mengenai Val.

Sebuah kertas menarik perhatian Key. Dibacanya lamat-lamat.

.

Halo, Key. Nikmatilah makanan dan minuman ini. Kau pasti menyukainya.

Salam,

Agorda Corp

.

Semua itu bukanlah apa dibutuhkan Key, melainkan siapa. Di sela tangisnya, ia meraba gelang alumunium yang belakangan melingkari pergelangan tangan.

Terdapat ukiran berupa tulisan 'Key & Val'.

Key mengatur napas. Ia kemudian memastikan tanggal melalui mesin torpor. Satu detik ... tiga detik ... lima detik ... kegeraman menguasainya. Detik kemudian, ia kembali menangis dan memukul-mukul pintu kaca.

"Tolong! Keluarkan aku dari sini! Tolong!"

Nihil. Tak ada manusia lain yang ia dapati melalui kaca buram di hadapannya. Menit demi menit ia berteriak, lalu menunggu. Berteriak lagi, lalu kembali menunggu. Tetap nihil.

Lelah. Tenaga Key seolah tak bersisa. Sebisa mungkin ia mengingat peristiwa empat tahun lalu.

◊▷◁◊

"Kau yakin ini akan berhasil?" tanya Val seraya mereka berjalan menuju bagian informasi. Keduanya ketika itu masih bersemangat. Masih prima. Baik Key maupun Val membawa ransel gunung.

"Ya. Tentu saja. Argoda kan perusahaan terkenal. Mereka juga yang menyumbang beberapa mesin torpor untuk beberapa rumah sakit."

"Ta-tapi ini bukan kantor pusatnya, sayang."

"Ck. Kau ingin kita menempuh dua ratus kilometer dari sini?"

Val terdiam. Ini semua bermula sejak bencana berupa gempa besar melanda bagian timur Nusanesia. Baik Val dan Key telah merencanakan pesta pertunangan, mendapatkan restu sepenuhnya dari masing-masing orang tua, tetapi kemudian bencana tersebut merenggut keluarga inti mereka. Saat insiden itu terjadi Key tengah berwisata ke luar pulau, sedangkan Val sedang ada keperluan ke luar negeri.

Nahas, Key dan Val sama-sama kehilangan arah. Mereka saling memiliki satu sama lain, tapi tiada lagi sosok yang turut bahagia atas kesenangan mereka. Tiada lagi senyum dari adik maupun kakak. Rumah mereka sama-sama rata dengan tanah; luluh lantak. Di waktu berdekatan, datang seseorang bersetelan formal menyerahkan sebuah brosur.

Bergabunglah bersama kami. Kami memiliki mesin torpor yang dapat membantu kalian tertidur hingga bertahun-tahun. Dengan demikian, kalian dapat lebih cepat memproses kedukaan dan dapat terbangun dengan keadaan segar bugar layaklah terlahir kembali ke dunia.

Awalnya mereka ragu, tapi lantas Key memberi usul. "Kurasa ini jalan terbaik. Kita masih punya tabungan yang cukup. Hei, kapan lagi kita mempersiapkan banyak hal untuk tiga tahun ke depan?"

Val membuang napas panjang. "Kita bisa memulai semuanya, Key."

"Kau benar. Setelah kita terbangun nanti, kita akan memulai semuanya dari awal. Kau dengar, tidak, kemarin Pa Candra bilang kita bisa direkrut oleh perusahaan Argoda kalau kita sukarela terlibat dalam misi kemanusiaan mereka. Hebat sekali ya Argoda itu, langsung menyasar keluarga korban bencana."

Sejak itu, Val tak lagi banyak memprotes. Mereka lantas menandatangani kontrak tanpa mengamati kejanggalan logo serta nama perusahaan pada kertas.

Nama perusahaan itu Argoda, bukan Agorda. Lambangnya pun berbentuk elips, bukan bulat.

Hal ini sialnya disadari Key ketika ia terbangun dari mesin torpor. Begitu ia membuka mata, tulisan AGORDA jelas menyambut netranya. Empat tahun sudah ia termakan muslihat. Apakah ini benar-benar misi kemanusiaan? Atau justru ada maksud lain?

Pa Candra, orang yang mengaku bekerja pada perusahaan Argoda sempat mengatakan, "kami janji kalian akan terbangun persis di tempat yang sama. Kalian akan berada di ruang yang sama, melalui rutinitas yang sama selama bulan-bulan pertama sejak kalian bangun nanti."

Dan apa nyatanya? Nihil. Key bahkan begitu asing dengan struktur bangunan serta ketiadaan Val di dekatnya. Begitu satu humanoid muncul dari balik pintu, ia mengumpat sekaligus menanyakan di mata Val berada.

"Dia ada di ruangan lain. Tetaplah di sini atau kami bisa kapan saja membuatmu tertidur."

Key kemudian mengambil keputusan. Beberapa hari berikutnya, ia sudah hafal jadwal kedatangan humanoid ke ruangannya. Suatu malam, ia memukul leher humanoid hingga ambruk dan menghambur ke lorong. mencoba mencari sang kekasih. Lorong itu tak hanya panjang, tapi juga suram. Di mana ia sebenarnya berada? Apakah Val berada tak jauh darinya?

"... yang sempurna. Kita bisa mendapatkan lagi mangsa yang sesuai kriteria kita. Lumayan lah, setelah organnya kita ambil, kita buang saja orangnya."

Key bergidik. Ia tak yakin itu suara rekaman atau bukan, tapi yang jelas ia merasa perlu untuk bersembunyi. Di balik tiang, ia menunggu.

Tak jauh darinya, sebuah pintu kaca setengah terbuka. Seorang pemuda yang tengah duduk terlihat familier sekaligus asing bagi Key.

"Val?"

Pemuda yang hanya mengenakan celana itu itu membalas tatapan Key, tapi seperti tak kuasa bersuara. Kendati ia tak lagi memiliki rambut dan memiliki beberapa luka jahitan, tentu Key masih mengenalinya. Terlebih, gelang alumunium yang juga ia kenakan.

"VAAAL! Oh, Tuhan. Maafkan aku, Val ... hei! Lepaskan! Lep ,,, as." Sebuah asisten artifisial menarik tangan kanan Key dan menyuntikkan sesuatu ke sana. Kesadaran gadis itu berangsur hilang.

Sebelum pandangan Key memburam sepenuhnya, ia mendengar sang humanoid berkata, "kau beruntung organ-organmu masih lengkap, Key. Val sudah melakukan apa pun agar kau tetap selamat."

◊▷◁◊

Fiyuhhh. Tema cerita hari keenam (sesuai bulan lahirku): angst.

Hiksrot >,< sepertinya ini lebih ke tragis, ya? Ah, sudahlah. Aku hanya terpikir yang seperti ini....

Sang PengamatWhere stories live. Discover now