9) Wedang ronde termasuk makanan atau minuman?

17 6 7
                                    

"Lebih enak mana wedang ronde favoritmu itu dengan yang di sini? Coba, kau makan saja dulu." seorang wanita menyerahkan sebuah mangkuk yang berisi hidangan hangat pada Yos.

Yos menggelengkan kepala. "Kau ini. Selalu melakukan apa saja agar aku berpaling pada kreasimu."

"Hei, ini kreasi turun temurun dari nenek moyangku." Wanita di hadapan Yos lantas melepas apron yang sedari tadi ia pakai.

"Ya, ya, ya."

Satu suapan ditiup sejenak sebelum masuk ke mulut Yos. Pria itu mengunyah dan menggumam panjang. "Lumayan, Tha. Kau tahu aku suka kacang, kan? Di menu ini sayangnya kurang terasa, tapi porsi jahenya boleh juga."

Tha masih menyilangkan kedua tangan di depan dada. "Tapi kan, di sana yang melayanimu bukan manusia. Di sini, wedang ronde itu dibuat oleh tanganku sendiri." Wanita itu lantas duduk di samping Yos dan memain-mainkan kalung berlian yang sedari tadi ia pakai.

"Ah. Jadi, kau cemburu pada robot?"

Tha tampak berpura-pura tak mendengar perkataan Yos barusan. "Cantik. Beruntung sekali anak pemilik kalung ini."

Yos tersenyum melihat wanita di sampingnya menggunakan kalung yang baru saja dimodifikasi oleh Ten. Ia sendiri berharap kalung itu dapat lebih lama melingkari leher Tha—kendati agak sempit.

"Hei." Yos memutar kursi Tha hingga wanita itu membalas tatapannya. "Setelah ini, kau akan mendapat kalung; tanpa modifikasi apa pun. Kau bisa memilikinya, tapi ingat untuk tidak memakainya sering-sering. Bahaya kalau Olivia mencurigai soal kalung itu."

Tha membuang napas panjang. "Kau tahu aku bukan penggila perhiasan, tapi aku tentu akan merawatnya sebaik mungkin," ujarnya. "Sedikit modifikasi boleh, lah, supaya kalung ini lebih besar dan cocok buatku. Lumayan kan, akan kupakai untuk acara-acara penting."

Yos kemudian mengusap ubun-ubun Tha dengan gemas. Detik kemudian, Tha beringsut menjauh.

"Jadi, berapa nilai buat wedang ronde buatanku?"

Yos bergumam panjang. "Delapan koma lima."

"Yang satunya?" tanya Tha seraya mengangkat sebelah alis. Ia merujuk pada wedang buatan Ten.

"Sembilan."

"Ah, terserah lah. Selera makananmu memang memburuk sejak kau mencurigai Olivia." Tha kemudian menghambur menuju dapur.

Yos kemudian mengejar Tha. "Hei. Wedang ronde termasuk minuman, sayang."

"Lho, memangnya ronde kau telan begitu saja? Tidak kau kunyah? Wedang angsle juga kau langsung telan?"

Yos lalu menggaruk tengkuk yang kentara tidak gatal. "Dikunyah, sih, tapi kan tempat Ten berjualan pun jelas-jelas bernama 'kedai minuman'."

Tha memutar kedua mata. "Oke. Begini saja. Tidak semua ronde murni kategori minuman. Sepakat, sayang?"

Pria berkumis tipis itu mengedipkan mata perlahan sebelum kembali bicara. "I-iya. Sepakat. Wedang ronde dinikmati dengan ... dimakan."

"Nah, begitu, dong."

"... juga bisa diminum air jahenya."

Tha yang awalnya hendak menuangkan minuman kemudian mengejar Yos dan menyelepet pria itu menggunakan sebuah lap kering. Keduanya tertawa sebelum berpelukan dan kian mengikis jarak.

Ah, oke. Lagi-lagi itu kesaksian dari si cermin mungil. Kurasa cerita-cerita darinya kendati tak banyak, lumayan unik juga.

Hm. Apa kabar Yos sekarang, ya?

◊▷◁◊

Alhamdulillah ceritanya masih bisa bersambung (walau rada maksa demi masuk ke tema bwahahahaha). Wedang ronde memang salah satu favoritku sih. Jadi gimana, menurut kalian wedang ronde tu makanan apa minuman? Hahaha. 

Tema hari kesembilan: Buatlah cerita dengan tema, makanan/minuman favorit kalian dengan tokoh utama kebalikan dari gender kalian.

Sang PengamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang