18) Insiden di kereta api 🔞

13 4 11
                                    

"Lho, bapak ngambil foto adik saya tanpa izin?"

Suara Davin membuat beberapa orang mengalihkan pandangan. Riuh rendah di gerbong kereta api kelas eksekutif itu kemudian surut, digantikan hening yang sarat akan rasa terkejut sekaligus penasaran.

Bagi Davin, ini bagus. Ia benar-benar geram mendapati pria di kursi yang sejajar dengan Lisa dan Rena diam-diam mengarahkan ponsel ke arah kedua gadis itu. Beruntung Davin sendiri duduk di kursi dekat lorong sehingga dapat dengan mudah memergoki gerak-gerik pria itu.

Si pria berkumis lebat mengerutkan kening. Ia tampak tak terima menjadi tertuduh seperti itu. "E-enggak. Sok tau kamu!"

"Ya udah. Tunjukkin kalau saya salah, Pak." Tubuh jangkung Davin amat berperan karena ia tak perlu bangkit berdiri untuk mengonfrontasi si pria.

"HEH! Gak sopan kamu, ya! Kamu gak tahu aja siapa keluarga saya." Pria itu naik pitam.

"Maaf, Pak. Saya gak peduli dengan keluarga bapak."

"Kami juga gak peduli, Pak!" sergah Lisa. "Ayo, sini tunjukkin galeri hape bapak." Gadis berambut panjang itu lantas menunjuk seorang ibu-ibu berhijab yang bangkit berdiri. "Tuh, ras terkuat di bumi alias emak-emak juga sampe penasaran. Sekalian videoin aja, gak apa-apa, Mak! Viralin!"

"Keterlaluan!"

"Ayo, viralin! Nih, aku rekam."

"Mampus. Gue juga rekam, ah."

Suara-suara lain menimpali. Kian banyak perhatian yang didapat, semakin bagus. Agaknya Davin hanya ingin pria itu jujur dan menghapus foto (atau mungkin foto-foto) itu.

Di tempatnya, pria berkulit sawo matang berkeringat dingin hingga ia merasa perlu untuk menyekanya dengan pergelangan tangan.

Davin menyunggingkan senyum. "Kalaupun kami yang salah, kami siap kok minta maaf. Tapi, tolong tunjukkin dulu hape bapak."

"Ayo, tunjukkin! Cepet!"

"Wah, jelas salah. Mukanya aja panik."

"Huuu. Untung langsung ketahuan."

Si pria makin ciut. Buru-buru ia mengenakan masker yang sebelumnya berada di kantung jaket. Ia memaki seraya mengoperasikan ponsel sebelum menyerahkannya pada Davin. "Nih, nih! Saya cuma ambil dua foto, kok."

"Huuu."

"Ih, horor! Jangan-jangan buat bahan nganu."

"Najis."

Davin menyambar ponsel itu dan menunjukkannya pada sang adik—Lisa—serta Rena. Kedua gadis itu sontak terkesiap. Rena, meski kedua tangannya jadi gemetar, ia tetap mendokumentasikan insiden tersebut.

"Saya hapus dua foto ini, juga yang ada di folder trash," ujar Davin final.

"Sekalian periksa galerinya, Mas. Banyak yang aneh-aneh gak?"

"Gak mau minta maaf nih, Pak?"

"Inget keluarga di rumah, Pak."

Beberapa komentar membuat Davin ingin tertawa. Ia kemudian menyerahkan hape itu pada si pria. "Tenang, Pak. Saya juga nggak minat memperpanjang masalah ini selama bapak kooperatif. Sisanya aman. Foto pemandangan. Gak tau sih kalau foto-foto aneh di-backup di tempat lain. Semoga enggak."

Ungkapan kekecewaan serta umpatan dari penumpang lain masih saja dialamatkan pada pria itu. Sebuah pengumuman ketibaan terdengar melalui pengeras suara, tapi Davin serta Lisa dan Rena tak begitu menghiraukannya karena stasiun itu bukan bagian dari tujuan liburan mereka.

Lain halnya dengan si pria. Dengan cepat ia menghambur ke pintu keluar, membawa serta tas ranselnya.

"Heh, anjing!"

"Sialan. Ga kerekam pas dia kabur!"

"Faklah kata gua teh."

"Lisa, Rena, kalian nggak apa-apa?" Davin bangkit berdiri dan memastikan kondisi kedua gadis itu. Ia pun memastikan persediaan minum Lisa dan Rena masih banyak. Lisa meyakinkan Davin bahwa ia baik-baik saja, begitu pun Rena. Bedanya, Rena menjawab dengan pipi bersemu merah.

◊▷◁◊

Nah. Itu dia kesaksian dari ... hm. Kurasa sesekali aku ingin kalian menebak aku bercerita berdasarkan pengamatan siapa. Si laci? Gagang lemari? Atau aku sendiri?

Yang pasti, kejadiannya jauh sebelum Nusanesia berdiri. Saat itu, negara ini masih bernama Indonesia.

◊▷◁◊

Tema hari kedelapan belas: Intinya sih terkait urutan pendaftaran DWC, jadi beda-beda tiap orang.

Nah, aku sendiri kebagian melanjutkan bab kedua cerita rayhidayata  (semoga gak mengecewakan). Yuk baca juga cerita Ray (judulnya Imperfect Princes).

Tokoh utama, latar, dan alur cerita yang didapat tidak boleh diubah sama sekali. Apabila ingin menambahkan karakter kalian di cerita silahkan, tapi sebagai karakter pembantu. Alur cerita diharap tidak kontradiksi dengan cerita aslinya.

Kalian bisa nebak, kenapa ada tanda 🔞 di judul bab? Ya. Umpatan.

HAHAHAHA. Seru juga euy nulis cerita kek gini. Jadi kumaha, bab ini buat kalian masih bersambung, gak?

Sang PengamatWhere stories live. Discover now