Episode 8

1.6K 190 5
                                    

Seperti apa Pangeran Edgar?

Karena memang tak kuceritakan tentang Pangeran Edgar, tentu aku tak tahu apapun tentang si pangeran pertama itu.

Menurut penuturan dua pelayan tadi, Pangeran Edgar itu seram, tatapan matanya seperti menguliti orang hidup-hidup, pokoknya segala macam hal sadis dan beringas ada di dalam dirinya.

Jujur saja berbagai macam bayangan muncul di dalam benakku. Apakah Pangeran Edgar itu memiliki mata yang tajam bak elang, kuku yang panjang dan tajam dan bertanduk? Semua hal dapat terjadi di dunia novel serba fiksi ini.

Aku mengenyahkan segala pemikiran burukku tentang Pangeran Edgar. Walau memang ia adalah tipe orang yang kejam, tak mungkin bukan dia membunuh atau memutilasi pelayan yang baru ia temui sekali. Dan itu pula hanya untuk mengantar makanan.

Terlalu banyak berpikir yang tidak-tidak membuat diriku tanpa sadar sudah berada beberapa meter dari pintu kamar Pangeran Edgar itu. Pintu yang kuyakini terbuat dari kayu jati kualitas terbaik itu dilengkapi ukiran-ukiran yang menunjukkan simbol-simbol kerajaan.

Jujur tanganku gemetaran saat ingin mengetuk pintu besar itu. Namun jika tidak kuberanikan diri, maka tugas ini tak akan selesai bukan?

Inhale,

Exhale,

Aku menghirup napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya kembali. Mencoba untuk menenangkan diriku sendiri yang sejak tadi sudah membayangkan hal yang tidak-tidak tentang Pangeran Edgar itu.

'Tok'

'Tok'

'Tok'

Aku mengetuk pintu jati itu tiga kali. Namun tak ada sahutan apapun dari sang empunya ruangan.

Apa aku harus mengetuk lagi?

'Tok'

'Tok'

'Tok'

Masih tak ada jawaban.

Aku mulai menghela napas lelah. Kok aku jadi agak kesel ya? Apa memang para bangsawan di dunia ini searogan itu? Maksudku, jika seseorang mengetuk pintu kamar, setidaknya jawab dengan kata-kata atau apa kek gtu.

Sembari memupuk keberanian yang hanya setinggi gundukan pasir, aku perlahan membuka pintu jati itu. Dan ternyata pintu itu tidak dikunci!

Jika Pangeran memang sedang tak ada di kamarnya, itu artinya aku hanya harus meletakkan trolley makanan itu di kamarnya, lalu pergi kan?

Aku membuka pintu lalu masuk ke dalam kamar Pangeran Edgar, namun saat aku hendak menutup pintu terjadi sesuatu yang seketika membuat bulu kudukku meremang.

'Sretttt'

Sebuah pedang berada tepat beberapa senti dan sangat dekat dengan leherku. Tidak! Rasa-rasanya aku dapat merasakan dinginnya pedang itu walau ujung pedangnya tak mengenai leherku.

Aku menahan napasku. Seakan-akan jika aku berusaha bernapas, maka pedang itu akan langsung mengenai kulitku dan merobek leherku berkeping-keping.

Seumur hidup aku tak pernah ditodong pedang seperti ini. Gila! Apa aku akan meregang nyawa hari ini? Masa baru hari pertama bekerja aku sudah tinggal nama cuman gara-gara masuk ke kamar seorang pangeran tanpa izin? Lagipula siapa suruh dia tak membukakan pintu kamarnya saat mendengar ketukan pintu?

Perlahan aku membalikkan tubuhku dan menghadap ke arah si penodong. Aku berusaha untuk berbalik dengan sangat hati-hati karena takut-takut jika salah sedikit saja kepalaku mungkin saja akan terpenggal.

Ya Tuhan! Masa aku harus mati lagi sih? Padahal belum ada sebulan aku hidup kembali setelah mati ditabrak mobil ugal-ugalan. Apa memang ini takdirku untuk mati lagi? Kuharap jika aku memang untuk ditakdirkan mati, semoga saja aku akan langsung menyebrang ke akhirat, jangan buat aku terlantar di dunia lain lagi!

Impossibleजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें