Episode 14

2.7K 266 31
                                    

Bye bye hidup tenangku.

Sepertinya aku akan menyesali keputusan ku untuk merengkuh jiwa rapuh sang pangeran kesepian ini di masa depan. Ini sih cuman firasat saja.

Belajar dari novel transmigrasi yang pernah kubaca, biasanya sih 'si perasuk' tidak akan bisa hidup tenang ketika sudah masuk ke dalam sebuah novel atau masuk ke dunia lain. Niatnya ingin menghindari konflik, tapi ternyata mereka malah mendekat ke arah konflik itu sendiri.

Setelah adegan aku memeluk Pangeran Edgar yang terlihat kacau, sepertinya dia agak menghindariku. Biasanya, pria itu akan mengajakku bicara sepatah atau dua patah kata saat aku mengantarkan makanan miliknya. Namun lihatnya, ini sudah satu minggu ia mendiamkanku seperti ini!

Aku berdiri di sudut ruangan dan menatapnya yang sedang
makan. Bak pajangan, dia seperti tak menganggap ku ada.

Hei! Aku ini manusia loh, masa dianggurin sih?!

Aku mendengus napas kesal. Setengah jam yang begitu gabut kuhabiskan dengan menunggu pria itu makan.

Oh, tidak! Sepertinya aku menyia-nyiakan waktuku.

Aku bergerak untuk membersihkan piring bekas makan sang pangeran, mengambil piring itu satu per satu dengan tingkat kefokusan dan kehati-hatian yang amat tinggi. Aku takut salah satu piring ini pecah. Kalau pecah, kupastikan aku tak akan bisa makan selama tujuh turunan untuk mengganti piring mewah itu.

Saking fokusnya, aku tak sadar kala sebuah tangan mengelus pipi kananku. Aku langsung kaget dan mulai waspada kala menyadari sentuhan itu.

Sentuhannya sangat lembut dan tepat di bagian luka bekas terkena pecahan piring terbang saat sang pangeran tengah mengamuk. Lukanya sih nggak parah, sekitar satu atau dua hari saja sudah mengering karena kuolesi obat oles.

Aku menatap Pangeran Edgar dengan tatapan terkejut.

Apa maksudnya?

Apa ia sedang memilah memilih bagian tubuh mana yang harus dipotong terlebih dahulu?

Tapi apa salahku?!

Perasaan aku ini berlaku baik dan santun selama menjadi pelayan disini. Yah, kecuali bagian memeluk pangeran, itu termasuk agak kurang ajar.

"Syukurlah!" Pria itu bergumam dengan suara pelan. Namun karena jarak kita yang lumayan dekat, aku masih dapat mendengar gumaman pelannya itu.

Apakah ada hal yang patut disyukuri?

Apa melihatku sehat bugar seperti ini adalah hal yang patut disyukuri olehnya karena dapat mangsa yang sehat?

Kumohon tolong hempaskanlah pikiran negatifku!

"Ada yang perlu saya bantu?"

Sesuai SOP. Aku berusaha tersenyum ramah walau jantungku jedag jedug tak karuan.

Pangeran Edgar langsung memalingkan wajahnya saat mendengat pertanyaan ku. Apakah ada yang salah? Kalau aku salah, tolong beritahu letak kesalahanku!

Tidak mendapat respon, aku lebih memilih untuk undur diri saja. Lagipula aku masih banyak kerjaan menunggu. Bukannya sok sibuk, tapi aku ini beneran sibuk. Selamat tinggal kehidupan rebahan ku!

*******

Apakah ini semacam hukuman yang diberikan Tuhan padaku?

Selama hidupku sebagai Arini, aku terlalu banyak menghabiskan waktu untuk rebahan sambil membaca novel. Kadang juga aku menonton drama Korea favorit sembari mengagumi visual para aktor Korea.

Dan kini di kehidupan keduaku, aku sibuk tiada tara. Oke, aku bersyukur karena saat ini aku punya pekerjaan yang menurut banyak orang bergengsi. Walau cuman sebagai pelayan, tapi tak sembarang orang dapat masuk ke istana kerajaan. Aku ini termasuk golongan orang-orang beruntung yang dapat bertemu orang-orang penting kerajaan termasuk si Pangeran Edgar.

ImpossibleOnde histórias criam vida. Descubra agora