Episode 15

839 135 9
                                    

Awalnya aku memang mengagumi visual pemeran utama pria yang aku ciptakan ini.

Mana ada sih visual yang mengalahkan milik para pemeran utama? Ketika melihat Revan, aku seperti terkena 'halo protagonis' yang begitu menyilaukan. Pantas saja aku sampai mimisan, ternyata pria ini adalah pria paling tampan yang kunobatkan dalam dunia novel ini.

Yah, walaupun Pangeran Edgar tak kalah tampan sih. Tapi mereka seperti memiliki tipe ketampanan yang berbeda. Jika Pangeran Edgar terlihat dingin dan sulit didekati, berbanding terbalik dengan Revan. Pria itu terlihat ramah dan mudah didekati.

Maka dari itu, sifat Revan yang kelewat ramah dan menurutku agak narsis ini membuat para gadis kelepek-kelepek ketika berhadapan dengannya, ditambah lagi dengan wajahnya yang kelewat rupawan, membuat para gadis pasti akan menggelepar seperti ikan yang habis dipancing dan nyasar ke daratan.

Apakah Tuhan sedang dalam suasana hati yang baik ketika menciptakan Revan?

Sebagai seorang penulis, aku agak merasa bangga dengan diriku sendiri. Jadi seperti ini jika dunia halusinasiku menjadi nyata.

Apakah akan seindah ini jika dunia novel ini benar-benar menjadi kenyataan?

Mungkin bagiku, dunia yang kini kutempati hanyalah dunia di dalam novel saja. Namun bagi orang-orang yang tumbuh dan lahir di dunia ini, mereka telah menganggap dunia novel ini sebagai dunia realitas mereka.

Lalu bagaimana dengan visual pemeran utama perempuan? Apa ia benar-benar akan sangat cantik? Aku tidak sabar untuk melihatnya.

Aku menilik penampilan Revan. Dia berpakaian sangat sederhana jika mengingat gelarnya yang merupakan pangeran kedua. Hanya memakai kemeja putih polos, celana bahan coklat dan sepatu kulit yang senada dengan warna celananya.

Sebentar..

Ada apa pria itu datang ke Istana Rubi?

Mengingat letak Istana tempat Revan tinggal, jelas Istana Rubi terletak cukup jauh dari istananya. Ah, kenapa ia harus repot-repot datang kemari? Apakah untuk menemui Pangeran Edgar?

"Kau melamun lagi, nona?"

"Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh kepala kecilmu itu? Kau selalu terlihat banyak sekali pikiran."

Aku terdiam, bingung juga harus bersikap seperti apa pada si pemeran utama pria ini. Aku sudah kepalang bertindak tidak sopan kepadanya, memintanya mentraktirku makanan hingga membuatnya mengantar aku pulang pada malam festival.

Huh! Apa yang harus kulakukan?

Dan jika dilihat dari sisi manapun, aku ini memiliki posisi yang jelas jauh dibawah Revan. Apa ia akan menghukum ku?

"Kenapa kau selalu terlihat banyak pikiran?"

Revan kembali berbicara. Ah, sekarang apa yang harus kulakukan maupun kukatakan?

"Ah, iya pangeran. Maafkan saya karrna bertindak tidak sopan pada anda."

Bukankah yang pertama kali harus kulakukan adalah meminta maaf?

Revan --pria itu terlihat menghela napasnya. Walau ia adalah karakter yang kuciptakan, namun tetap saja aku sama sekali tak dapat membaca jalan pikirannya.

"Hei! Kau tak harus bersikap sopan seperti itu. Aku lebih suka kau yang sedikit kurang ajar." ia tersenyum sangat manis hingga lesung pipinya terbentuk.

Ya Tuhan! Apakah ini yang namanya ketampanan hakiki pemeran utama pria?

Mana karung! Mana karung! Bolehkah aku mengarungi Revan dan membawanya kabur saja?

ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang