Episode 12

1.6K 173 0
                                    

WARNING!!
TERDAPAT ADEGAN SADIS DALAM PART INI. MOHON KEBIJAKAN PEMBACA DALAM MENYIKAPINYA.

Author's PoV

Pria yang sering disapa dengan sebutan Pangeran terkutuk itu merasa terganggu dengan segala macam suara yang muncul dari dalam kepalanya.

Kau merindukannya kan?

Dasar budak cinta!

Suara iblis itu begitu menganggu dirinya. Seolah-olah ia tak membiarkan pria itu bernapas tenang walau hanya untuk sekejap.

Iblis sialan itu!

Ingin sekali pria itu menghancurkannya!

Pria itu kini memandang kamarnya yang dua minggu lalu sangat berdebu, kini sudah bersih cemerlang. Ah, bahkan dirinya dapat bercermin di lantai yang mengkilap itu.

Kenapa hari ini dia tak datang?

Ah, apakah yang dikatakan iblis itu benar bahwa pria itu merindukannya?

Edgar menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Tak mungkin ia merindukan gadis ingusan yang bukan berasal dari dunianya itu kan?

Tapi, siapa nama gadis itu, ya?

Edgar memikirkannya berkali-kali. Sial sekali selama ini ia tak pernah memanggil gadis itu dengan namanya. Edgar selalu memanggilnya dengan sebutan 'Hei' seolah-olah kata itu lebih baik dibandingkan dengan menyebutkan namanya.

Satu nama yang muncul di pikirannya. Ah, pasti namanya Yura bukan?

Edgar ini memang agak sulit untuk mengingat nama seseorang. Saking banyaknya pelayan di istana, tak mungkin bukan ia harus menghapalkan nama mereka satu persatu? Tak ada gunanya!

Tapi kenapa gadis itu hari ini tak datang dan mengantarkan makanannya?

Edgar bertanya-tanya tentang hal itu. Pagi tadi, seorang pelayan yang lagi-lagi tak ia ketahui namanya mengantarkan sarapannya. Pria itu kebingungan karena bukan gadis yang selama dua minggu terakhir ini yang datang. Kemana dia? Begitulah kira-kira pertanyaan yang ada di benaknya.

Mau bertanya, tapi terlampau gengsi. Yah jadinya dia hanya menyimpan rasa penasarannya itu sendirian saja.

Edgar kini hanya menatap makan siangnya saja. Pria itu jarang sekali keluar dari kamarnya, bahkan hampir tidak pernah. Buat apa ia keluar kamar kalau ia bisa melakukan segala hal di kamarnya? Selain makan, tidur dan mandi, yang dilakukan pria itu hanyalah merenung tanpa ada satu orang pun yang mengajaknya berbicara.

Lagipula siapa yang mau mengajak bicara pangeran dengan banyak rumor buruk seperti dirinya?

Mulai dari pangeran terkutuk, kejam dan sadis, dan yang paling parah lagi ia dirumorkan bahwa suka meminum darah manusia.

Hei! Edgar tak sekejam itu!

Darah manusia?

Dia memang suka melihat darah manusia, tapi untuk meminumnya? Tentu saja pria itu merasa jijik.

Ah, tentang sebutan 'terkutuk' dan 'kejam'. Rumor itu tak sepenuhnya salah.

Edgar kembali melamun. Pria yang dirumorkan tak berperasaan, nyatanya masih memiliki secuil hati yang tersimpan di dalam dirinya.

Ia kembali mengingat detik-detik mengerikan dimana sang ibu atau sering disebut oleh mantan ratu harus dieksekusi dengan begitu keji.

Sial! Sekeras apapun Edgar berusaha melupakan momen-momen mengerikan itu, tetap saja ia tak pernah melupakannya. Entah mengapa momen mengerikan itu seperti selalu berputar di kepalanya seperti kaset rusak?

Saat itu ia masih kecil. Ah, mungkin umurnya baru lima tahun? Edgar bahkan tak yakin dengan jumlah usianya waktu itu. Namun yang dapat ia ingat adalah ia yang masih sangat belia untuk melihat kejadian sadis yang terpampang nyata di depan matanya.

Sang ratu atau yang biasa ia panggil dengan sebutan 'mama' tengah terbaring di meja eksekusi. Kedua tangan dan kakinya diikat menggunakan tali dan disambungkan pada empat ekor kuda di masing-masing sisi.

Eksekusi dimulai. Kenangan paling mengerikan itu tak pernah Edgar lupakan walau hanya sedetik pun. Semua orang yang dulu mengelu-elukan dan memuja sang ratu kini berbalik menghinanya dengan tuduhan 'berkomplot dengan iblis'.

Keempat kuda itu mulai menarik tali yang diikatkan pada bagian tubuh sang ratu. Kuda-kuda itu melakukan tugas mereka dengan sangat baik. Mereka menarik tali itu dengan kuat hingga tangan dan kaki sang ratu terlepas dari tubuhnya.

Mengerikan! Sungguh mengerikan!

Sang ratu bahkan masih bisa merintih tatkala keempat alat geraknya itu sudah tak lagi pada tempatnya. Darah menyiprat ke segala arah. Tapi sang ratu masih belum meninggalkan dunia yang kejam ini.

Dan kini giliran puncaknya. Setelah membiarkan sang ratu merintih kesakitan selama beberapa detik. Kini algojo membawa pedangnya untuk memenggal kepala sang ratu.

Lagi dan lagi, Edgar harus menyaksikan kejadian mengerikan itu. Dirinya terus memohon pada ayahnya untuk mengampuni sang ibu, namun sang ayah yang sangat menegakkan hukum itu tak goyah kala melihat wanita yang melahirkan putranya itu dieksekusi dengan sangat mengerikan.

Edgar tak berselera makan. Entah mengapa selera makannya seperti menguap entah kemana.

"Arghhhhh!!!" Pria itu berteriak frustasi. Ia mulai memecahkan segala macam benda yang dapat dipecahkan. Pria itu juga mulai membuat kamarnya berantakan hingga tak terbentuk lagi.

Benar, kini pria itu seperti orang gila.

Apa memang benar dia sungguhan gila?

Ini sungguh menyakitkan!

Edgar memegangi dadanya yang berdenyut. Detak jantung yang menandai bahwa ia masih hidup ini terasa begitu menyakitkan. Setiap tarikan napas yang ia hirup pun terasa sangat menyakitkan.

Anda saja dirinya tak lahir, mungkin saja sang ibu masih bisa hidup bahagia.

Kata 'andai' selalu terngiang di dalam benaknya. Sejak kecil, orang-orang sudah mengatainya sebagai 'anak pembawa sial'. Salah seorang pelayan sang ratu ada yang mengatakan bahwa Edgar lah yang menyebabkan kematian sang ratu.

Edgar tak mengerti hal itu. Apa benar dia adalah anak pembawa sial? Jika benar, maka Edgar rela menukarkan hidupnya dengan hidup sang ibu.

Apakah ini hukuman bagi 'anak pembawa sial' seperti dirinya?

Edgar kembali mengamuk. Pria itu merobek gorden dengan sekali tarikan. Dan kembali melempar barang-barang hingga terpecah belah. Ia tak tahu cara melampiaskan emosinya. Sejak kecil, ia memendam emosinya untuk dirinya sendiri.

Hidupnya memang sedari lama sudah dilingkupi oleh kegelapan. Saat seseorang membuka tirai dan memperlihatkan pada dirinya secercah cahaya, Edgar sepertinya sedikit terlena.

Apa yang bisa dia harapkan dari orang lain?

Sejak kecil, semua orang pergi meninggalkan dirinya sendirian dalam kegelapan. Tak ada satupun orang yang mengulurkan tangannya dan menarik dirinya dari kegelapan.

Ah, apa dirinya ini terlalu berharap?

Tak mungkin bukan ada yang mengulurkan tangannya pada seorang Pangeran Terkutuk seperti dirinya?

Bersambung...

17.03.2024

Silahkan vote dan comment!

ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang