Episode 10

1.6K 192 1
                                    

Gila!

Entah sudah berapa kali aku mengutuk diriku sendiri, mengeluarkan berbagai macam umpatan yang tentunya hanya berani kuucapkan di dalam hati saja.

"Aku?" Aku menunjuk ke arah diriku sendiri, memastikan bahwa aku sedang tidak salah dengar.

"Iya." Risa kembali meyakinkan, wajahnya menunjukkan sedikit rasa khawatir dan sedikit pula rasa curiga.

"Apa yang kamu lakukan kemarin? Kau tidak berbuat macam-macam pada Pangeran Edgar kan?" Matanya memicing sempurna, menatapku dengan tatapan curiga.

Ingin rasanya aku berteriak begitu kencang, mengutarakan segala macam kekhawatiran yang kini bersarang di hatiku sekaligus memikirkan berapa lama lagi waktuku untuk hidup di dunia ini.

"Oke, kamu tak usah menjawabku. Cepatlah antar sarapannya ke kamar Pangeran. Nanti dia marah-marah lagi." Risa agak mendorongku. Gadis itu seolah-olah berkata, "cepatlah kerjakan tugasmu, sebelum Pangeran Edgar marah."

******

Sial!

sungguh sial sekali hidupku!

Sudah terlempar ke dunia novel, sekarang malah harus menghadapi seorang pangeran yang dikenal kejam di seantero kerajaan.

Aku menatap pintu kamarnya. Belum juga masuk, tapi bulu kudukku rasanya sudah meremang seperti dikejar-kejar setan! Ini bahkan lebih seram daripada saat aku menonton film horor Pengabdi Edan itu.

Aku menggenggam trolley makananku erat-erat, berharap rasa takutku akan tersalurkan pada trolley makanan yang sialnya harus kuantar menuju Pangeran Edgar.

Ada apa dengan pria itu?

Kenapa dia memintaku dari sekian banyak pelayan yang bekerja di istananya?

Dibandingkan aku mengira dia menaruh hati padaku, aku lebih memikirkan tentang keberlangsungan hidupku. Ini tidak seperti novel-novel fiksi dimana seorang gadis lemah lembut dapat menaklukan hati pangeran kejam bin bengis. Dan tentunya aku bukanlah seorang gadis lemah lembut tersebut.

Kakiku rasanya ingin berubah menjadi jelly. Seluruh tubuhku gemetaran seolah-olah aku kini tengah menghadapi setan di film-film horror.

Kukuatkan hati dan mental sebelum kuputuskan untuk mengetuk pintu besar itu. Saat tanganku hampir menggapai pintu tersebut, tiba-tiba saja pintu itu terbuka dan hal itu sukses membuat jantungku ingin melompat keluar.

"Kenapa lama sekali?" Pria itu. Mata merahnya menatapku kesal, aku yang ditatap dengan tatapan seperti itu tentu saja langsung gugup setengah mampus.

"Salam Pangeran. Maaf atas keterlambatan saya."

Pangeran Edgar berdecak malas, ia menggeser tubuhnya sedikit dan memberi ruang untukku masuk ke dalam kamarnya.

"Masuklah dan siapkan sarapan untukku!" Perintahnya terdengar tak dapat diganggu gugat. Aku tergagap dan langsung tersadar tatkala pria itu mulai memerintahkanku untuk masuk. Aku pun mendorong trolley makananku dan berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Suasana kamarnya masih sama.

Terlihat begitu gelap dan suram. Aku juga baru sadar jikalau istana Rubi ini terletak paling jauh diantara istana-istana lain milik para anggota kerajaan yang lain.

Bagaimana bisa seseorang hidup dalam suasana yang gelap seperti ini?

Aku sama sekali tak habis pikir. Selain gelap, aku baru sadar bahwa ruangan ini juga cukup berdebu seperti tak pernah dibersihkan oleh siapapun. Aku dapat merasakan debu-debu halus masuk ke dalam hidung dan membuat hidungku kurang nyaman.

ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang