DTYT-De mal en pisfrom

5.2K 994 289
                                    

de mal en pisfrom

bad to worse








"Mbak Upih, interview sebentar, dong, Mbak?"

"Pih, komentar sedikit soal rumor balikan sama Oliver, dong?"

"Mbak, udah lihat postingan Bella belum? Komentarnya, dong, Mbak? Apa bener Mbak Upih ini orang ketiga di dalam hubungannya Bella dan Oliver?"

"Soal Pak Handjoko, Pih? Setelah foto-foto kemarin tersebar, ada pihak yang bilang kalau apa yang didapatkan Mbak Upih sekarang itu semuanya itu diambil dari Bella. Bener nggak, sih, Pih?"

Upih mengencangkan topi yang dipakainya, dibantu Widya dan pengamanan dari security mall-Upih berusaha untuk berjalan membelah kerumunan wartawan yang sudah menunggunya di mall, di lobby tempat Upih menjadi narasumber salah satu acara beauty lifestyle.

Kepala wanita itu bergerak menunduk dalam, dia mempercayakan sepenuhnya langkah yang dituntun Widya di depannya. Sesekali, Upih melihat blitz kamera dan sodoran handphone dan mikrofon ke depan bibirnya yang berhasil dihalau oleh security mall yang membentuk barikade di sekitar tubuhnya dan Widya.

Sebelum berangkat tadi siang, Upih sudah tahu kalau kehadiran perdananya ini-setelah foto-foto mesranya dan Oliver dulu tersebar-akan menimbulkan kegaduhan dari wartawan dan seluruh media yang sempat menyangka kalau Upih sengaja bersembunyi karena tidak bisa ditemukan di manapun.

Sebenarnya, kepergiannya ke Daher Reu ada manfaatnya juga. Upih jadi tidak perlu repot mencari tempat sembunyi dari media yang selama ini selalu mustahil dapat dia lakukan. Dan, ketenangannya itu berakhir begitu Upih pulang ke Jakarta kemarin malam.

"Mbak Bella ada menuliskan kalau karma pasti ada, Mbak. Apa ini ada kaitannya dengan foto-foto mesra Mbak Upih dan Mas Oliver, ya?"

"Soal postingan di Instagram Mbak Bella, gimana tanggapannya, Mbak? Sedikit aja, dong, Mbak?" Sahutan-sahutan pertanyaan dari wartawan terdengar keras, hampir menyamai sorakan beberapa penggemar Upih yang juga mengikuti wanita itu-membuat suasana sekitarnya menjadi riuh dan ramai.

Mendengar pertanyaan-pertanyaan tidak masuk akal barusan, Upih berusaha untuk tidak mendengkus dan tetap menahan mulutnya agar tidak terpancing dan menjawab pertanyaan wartawan yang pastinya akan banyak merugikan dirinya sendiri nanti.

"Permisi, ya..." Suara Widya terdengar menyahut tidak kalah kerasnya, bermaksud untuk menyuruh para wartawan yang berdiri di dekat mobil BMW Upih yang terparkir di depan lobby menyingkir.

Masih dibantu Widya, Upih akhirnya bisa menemukan sedikit celah untuk masuk ke dalam mobil yang pintunya ditahan oleh salah satu security.

Napas Upih berubah lega ketika ia berhasil duduk di dalam mobil, meski sahutan-sahutan pertanyaan dengan gedoran di kaca mobil tempat Upih duduk sekarang.

Tak lama, Widya menyusul duduk di depan dan Pak Yanto-supir pribadi Upih-langsung menginjak pedal gas, melajukan mobil keluar dari kerumunan wartawan di lobby mall tanpa menjawab satupun pertanyaan mereka.

"Mbak Upih, baik-baik aja, 'kan? Nggak ada luka?" Widya menoleh dengan wajah cemas, wanita itu mengabsen mulai dari ujung kepala sama ke ujung kaki Upih.

Senyum Upih terulas tulus, "Nggak pa-pa, Wid. Terima kasih, tadi sudah dibantuin," balasnya, membuat Widya mengangguk tampak lega.

"Tadi, waktu acara masih berlangsung, tuh, nggak sampai seramai itu, loh, Mbak." Kembali menghadap ke depan, Widya mulai bercerita. "Tapi, begitu mau selesai, aku sudah ada firasat kalau bakal rame waktu dikasih tahu sama Mas Rumi soal postingan Mbak Bella di Instagram," ujarnya, ikut menyebut ketua tim sosial media Upih.

DANCE TO YOUR TUNE (COMPLETED)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz