DTYT-Tomber dans le panneau

5.3K 1K 372
                                    

Tomber dans le panneau.

To fall into the trap.






"Malam, Handjoko. Sudah lama tidak bertemu, ya? You seem busy these days, and I rarely see you at the workplace. And it's a huge miracle that I got to meet you tonight when everyone predicted you wouldn't be here."

Hampir semua orang atau tamu yang tidak sengaja berpapasan dengannya mengatakan kalimat yang kurang lebih sama, tentang kesibukan Handjoko yang membuat pria itu sulit ditemui dan soal terkejutnya mereka melihat keberadaannya di banquet yang dirayakan khusus untuk ulang tahun Ervin dan Amira hari ini.

Sambil membalas jabatan tangan tamu lain, Handjoko menjawab pertanyaan dengan jawaban yang kurang lebih sama. "Ada banyak hal yang harus saya selesaikan akhir-akhir ini. Senang bisa bertemu dengan anda."

Setelah mengobrol dan menyapa tamu-tamu yang berpapasan dengannya atau sengaja menemuinya, Handjoko kembali melanjutkan langkahnya menuju ke Ruang Utama yang berada di dalam Kerajaan Daher Reu untuk menemui Pangeran Martaka dan keluarga kerajaan lainnya.

Penjagaan di sekitar aula utama sampai ke ruang utama terbilang sangat ketat, bahkan untuk staf istana sepertinya—Handjoko masih perlu melewati beberapa step pemeriksaan sebelum bisa masuk ke dalam Ruang Utama.

Kepala Handjoko bergerak menunduk, sementara tangannya bergerak ke belakang punggung ketika pintu Ruang Utama terbuka.

"Masuk, Han."

Begitu suara Pangeran Martaka terdengar, Handjoko baru berani masuk ke dalam Ruang Utama dan meninggalkan 6 pengawalnya—yang harus dibawanya karena masuk ke dalam peraturan protokoler di mana pejabat Kerajaan harus membawa sedikitnya 6 pengawal ke acara resmi Kerajaan—di luar Ruang Utama, bergabung dengan beberapa pengawal keluarga kerajaan yang lain yang juga berjajar—menunggu—di luar pintu.

Suasana di dalam Ruang Utama tidak kalah ramainya dari area Aula Besar yang baru saja Handjoko lewati, si kembar Ervin dan Amira tampak menangis keras dalam gendongan Raden Kacaya dan Mas Harjuna. Sementara itu, Pangeran Martaka kelihatan sibuk dengan handphonenya—pemimpin Daher Reu itu tampak sibuk menghubungi seseorang dengan wajah yang berkerut masam.

Handjoko berjalan mendekat ke arah Mas Harjuna, dia mengulurkan tangannya dan menerima tubuh Amira ke dalam gendongannya. "Kenapa?" tanyanya ke arah Mas Harjuna yang langsung berubah lega.

"Mereka berdua sedang mencari seseorang yang—" Mas Harjuna tidak langsung melanjutkan, ia mengarahkan tatapannya ke arah Pangeran Martaka yang kini berwajah muram. "—si Bodoh itu...," sambungnya berdecak, ia lalu duduk di sofa tanpa menjawab pertanyaan dari Handjoko.

Sambil mengayunkan tubuh Amira, Handjoko berjalan pelan ke arah Raden Kacaya. Di dalam gendongan pria itu, Ervin agaknya sudah tenang.

"Baru datang?" Handjoko mengangguk. "We thought you wouldn't come because of your business trip to Jakarta. Isn't that three days?" tanyanya dan sekali lagi Handjoko mengangguk.

Kemarin, Handjoko baru saja berangkat ke Jakarta karena harus melakukan perjalanan dinas pertamanya ke Indonesia setelah ia sempat dilarang pergi ke negara itu. Dari banyaknya schedule yang sudah disiapkannya untuk mengejar ketertinggalan, Handjoko baru bisa bertemu dengan Sukma untuk membicarakan soal rencana pembangunan hotel milik keluarga itu di Daher Reu sebelum Handjoko dihubungi oleh orang tuanya yang mengingatkannya soal acara banquet ulang tahun anak dari Pangeran Martaka yang akan dihelat hari ini.

DANCE TO YOUR TUNE (COMPLETED)Where stories live. Discover now