DTYT-La vache!

6.1K 1K 623
                                    

La vache!

Oh God!










"I'm still not used to smelling this scent every time I visit your office." Mas Harjuna mendengkus, "It doesn't suit you very well," sambungnya mengejek banyak perubahan yang terjadi di ruangan salah satu petinggi di Kerajaan Daher Reu itu akhir-akhir ini.

Sudah Handjoko duga kalau akan ada orang lain yang mengganggunya hari-hari tenangnya lagi hari ini, dan kehadiran Mas Harjuna di ruangannya sepagi ini benar-benar membuat Handjoko yakin kalau kedepannya kantornya akan dipenuhi orang-orang—seperti Mas Harjuna dan Raden Kacaya yang datang kemarin—yang berniat datang hanya untuk menggodanya.

Duduk di kursinya dengan tenang, Handjoko mengikuti ke mana perginya Mas Harjuna yang kelihatan membaui bunga-bunga yang ada di ruangan Handjoko. "Kalau begitu, kamu tidak perlu repot-repot datang ke sini," gumamnya pelan.

Mas Harjuna langsung menolehkan kepalanya secara dramatis, dia menegakkan tubuhnya dengan wajah datar yang mengarah ke Handjoko. "Where have your manners gone, which you were once so proud of? Memanggilku dengan sebutan 'kamu'? Isn't it too much?"

Masih ingatkah Mas Harjuna pernah menyuruh Handjoko menanggalkan formalitasnya kalau mereka sedang berkumpul?

"Ini bukan bunga yang kemarin, kan? Dari foto yang dikirim Raden Kacaya, kenapa bunganya berbeda?" Mas Harjuna memutuskan untuk duduk di sofa yang terletak di area tengah ruangan kerja Handjoko.

Handjoko menghela napas kasar, ucapan Mas Harjuna barusan mengingatkannya akan grup WhatsApp yang dibuat Raden Kacaya, berisikan dirinya, Mas Harjuna, Terang, Suta, Wita, dan Adji secara mendadak untuk mengabari bunga-bunga yang memenuhi ruangan Handjoko ketika pria itu berkunjung ke ruangannya.

Kepala Handjoko menggeleng, "Bukan memang." Ia menatap bunga mawar dan lily yang hari ini memenuhi ruangannya.

"Kekasihmu mengirimkannya lagi? Setiap hari? Dia mengganti bunga kirimannya setiap hari selama satu minggu ini?" Mas Harjuna tampak terkejut, dia melemparkan banyak pertanyaan berturut-turut.

"Ya," jawab Handjoko, ia memilih untuk mengalihkan tatapannya ke arah iPad—ke dokumen-dokumen kerja sama yang baru saja diberikan oleh Darma dari staf Chalid.

Kekasih?

Anggaplah seperti itu, lagi pula harus dengan apa Handjoko melabeli hubungannya dengan Upih sekarang selain sebagai pasangan kekasih? Apa orang lain akan percaya hubungan pertemanan semacam wanita itu yang setiap hari selalu mengirimi bunga untuknya ke kantor? Apa ada hubungan teman seperti itu?

Dari obrolan terakhir mereka satu minggu lalu, di saat Handjoko tidak bisa menolak hubungan yang ditawarkan Upih dengan alasan perasaannya yang tidak berbalas, bukannya itu sudah bisa menandakan bahwa sebenarnya Handjoko memang tidak punya alasan lain untuk menolak Upih?

Kalau bicara soal perasaan yang disinggung oleh Upih sebelumnya, Handjoko mengakui kalau dia tidak memikirkan soal perasaannya sama sekali. Meskipun belum yakin, tapi pria itu sadar kalau ada banyak sekali perasaan yang pertama kalinya ia rasakan ketika bersama dengan Upih. Tapi, memang selain terbentur soal belum ada keinginannya untuk menjalin hubungan, Handjoko juga banyak memikirkan soal posisi Upih yang akan sangat dirugikan kalau mereka berdua memutuskan untuk berpacaran.

Dulu saja ketika rumor soal hubungan mereka berdua beredar di media, banyak sekali orang yang memojokkan Upih—dan Handjoko sama sekali tidak senang melihat kejadian itu.

Tapi, sepertinya beda orang beda pandangan memang benar adanya karena Handjoko dan Upih tidak se-visi-misi ketika meneliti lagi soal rencana mereka untuk menjalin hubungan.

DANCE TO YOUR TUNE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang