DTYT-Et puis quoi encore?

5.2K 1K 426
                                    

Et puis quoi encore ?
And what's next?

















"Lo barusan ngomong apa?" Dari ramainya tribun sekitar dan suara horse racing announcer, Upih memikirkan banyak kemungkinan—salah satunya salah mendengar perkataan sahabat-sahabatnya barusan.

Wita menghela napas panjang, sementara itu di hadapan Upih—Terang kelihatan menggelengkan kepala seakan memberitahu sahabat-sahabatnya untuk tidak meneruskan ucapan mereka.

"Gue berubah? Lo tadi bilang, gue berubah sejak punya hubungan sama Handjoko?" Karena tidak lagi mendapatkan penjelasan, Upih akhirnya kembali buka suara dan mengulang celetukan yang sempat dikatakan Wita dan Suta sebelumnya.

Terang langsung menggelengkan kepalanya, "Bukan. Mereka kayaknya lagi mikir nggak bener—"

"Memang!" sahut Upih cepat, menatap Suta dan Wita penuh amarah. "Kenapa coba lo sampai kepikiran ngomong begitu? How well do you know me that you can come to such a stupid conclusion?" tanyanya sambil menunjuk ke Wita yang tadi sempat menunjukkan rasa kecewanya saat mengatakan kalau Upih banyak berubah.

Kalau mau menduga-duga, Upih tahu ini ada kaitannya dengan kedatangan mereka dan Oliver ke rumah sakit saat dirinya dirawat beberapa waktu lalu. But isn't this too much? Bagaimana bisa mereka mengatakan hal sekonyol itu di saat mereka tidak tahu kenyataan yang sebenarnya?

Inilah salah satu alasan kenapa Upih lebih suka menyimpan dan menahan semuanya sendirian daripada menceritakan semuanya ke Suta, Wita, dan Terang—khususnya masalah yang berkaitan dengan Oliver. Bukan cuma karena mereka tidak bisa membantu banyak—Upih never complained about it because she had done the same to them—tapi, juga perihal kedekatan mereka dengan Oliver.

Sejak mereka tahu kalau Upih menjalin hubungan dengan Oliver, sahabat-sahabatnya—terutama Wita, Suta, dan Terang—menyambut kabar baik itu. Bahkan, Wita dan Suta pernah mendoakan hubungan dan Upih terus berlanjut ke pernikahan, sesuatu yang dulu begitu Upih dambakan dan amini dalam hati.

Kedekatan Oliver dengan sahabat-sahabat prianya bukan cuma karena pria itu merupakan saudara sepupu Terang, tapi juga karena mereka sejak kecil sudah dekat dan semakin dekat setelah Oliver menjalin hubungan dengan Upih.

Mereka seringkali bertukar kabar, hangout, sampai Oliver yang sering menghubungi sahabat-sahabatnya untuk menanyai keadaan Upih. Tapi, Upih tidak tahu kalau kedekatan mereka masih terjalin sampai sekarang—tepatnya ketika Upih tahu kalau Suta dan Terang bahkan mau mengajak Oliver datang ke rumah sakit untuk menjenguknya.

Yeah, she couldn't fully blame her best friends because they had no idea what had happened between her and Oliver. Hanya saja, apa mereka harus membuat kesimpulan seburuk bahwa Upih banyak berubah karena Handjoko di saat mereka tidak tahu banyak soal dirinya?

"Ini masih ada sangkut pautnya sama kalian yang nggak dibolehin ngejenguk gue waktu itu?" Sambil melemparkan tatapan tidak percaya, Upih kembali bersuara dan membuat sahabat-sahabatnya terdiam. "Oliver bikin ribut di rumah sakit, dan lo berharap kalian—termasuk Oliver—dibolehin masuk dan ngejenguk gue gitu? Lo pikir lagi, deh. Masa' hal beginian aja kalian nggak bisa berpikir secara logis?" Kepala Upih bergerak menggeleng beberapa kali. "Lagian, gue juga nggak mau ketemu dia. Jadi, mau itu Mas Joko ataupun gue, kalian ataupun Oliver tetep nggak bakal boleh masuk!"

"Lo kenapa, sih?" Suta akhirnya ikut menyahut, dia tampak frustrasi sambil membuang pandangannya ke arah lain. "Oke, gue paham kalau Handjoko nggak ngebolehin lo berhubungan sama mantan lo—"

Kedua mata Upih membelalak lebar, "Lo denger apa yang gue bilang nggak, sih?" katanya hampir berteriak karena sudah kehilangan kesabaran. "Ini bukan karena Mas Joko! Itu keputusan gue sendiri! Oliver ngomong apa, sih, ke kalian? Kenapa lo semua pada ngebelain dia, sementara orang yang seharusnya lo support malah lo tuduh yang nggak-nggak?" Kedua tangan wanita itu mengepal erat di sisi tubuhnya.

DANCE TO YOUR TUNE (COMPLETED)Where stories live. Discover now