Chapter 8

20.3K 1.8K 19
                                    

Ali tak bisa memfokuskan pikirannya pada pesanan-pesanan kue yang ditujukan padanya. Ia tak memperhatikan kue yang telah matang dalam oven, salah memberi topping, dan kertas-kertas yang ia berikan untuk pelanggan Cafe semuanya berisikan kalimat yang sama, yaitu hanya 'Semoga harimu menyenangkan!'.

Sangat berbeda dengan Ali yang biasanya. Se lelah-lelahnya Ali, ia akan selalu memberikan kalimat-kalimat yang bervariasi namun tetap indah untuk para pelanggan. Hanya saja hari ini ia merasa otaknya tak dapat memikirkan apapun kecuali gadis mungil yang manja itu. Siapa lagi kalau bukan Prilly Farcanta.

"Biar gue aja yang gantiin lo deh Li hari ini.." sosok Reza tiba-tiba memasuki Cake's Room membuyarkan lamunan Ali.

Ali melempar tatapan bingung pada sahabatnya itu.

"Pekerjaan lo hampir semuanya kacau. Gue ngerti ini pasti gara-gara doi kan?" Reza seperti dapat membaca pikiran Ali.

"Hari ini dia nggak datang juga, Za.."

"Lo udah tanyain ke Chef sama pelayan kayak yang gue bilang kemarin apa belom?"

Ali menggeleng. Reza yang geram pun menjitak kepala Ali.

"Sakit, dodol! Apaan sih lo!" gerutu Ali.

"Lo tuh yang apaan..! Liat noh kerjaan lo hampir semuanya nggak bener..!"

Perkataan Reza membuat Ali menunduk melihat meja kerjanya yang kini berantakan padahal biasanya tak seperti itu. Ia membenarkan ucapan Reza.

"Udah deh, Li.. lo buruan nanya ke Chef atau pelayan tentang Non Prilly.. sebelum terlambat.."

"Tapi..."

"Kerjaan lo gue handle... tapi inget, cuma sehari ini aja yee..."

Melihat Ali yang tak segera beranjak, Reza pun menjadi kesal.

"Buruan pergi, Tuan Alifiand!! Sebelum gue berubah pikiran nih..." Reza mendorong tubuh Ali lalu memposisikan dirinya siap menggarap kue-kue yang dibiarkan menganggur tanpa topping oleh Ali.

Ali tersenyum senang karena Reza selalu mengerti dan memahami dirinya.

"Oke.. gue tinggal dulu, Za.. thanks, bro!!" seru Ali yang kemudian berjalan keluar Cake's Room setelah sebelumnya bercuci tangan.

Ali POV

"Galih..!" Aku memanggil Galih, seorang pelayan seumuranku yang sepertinya sedang tidak sibuk.

"Ya, Chef?"

"Panggil Ali aja.. gue udah bilang kan.." aku menepuk bahunya dan dia tertawa kecil.

"Hehe.. iya, Li.. ada apa?"

Aku pun mengisyaratkan pada Galih untuk keluar ke taman belakang Cafe sebentar. Kami keluar lewat pintu samping yang ada di pantry. Seperti seorang hamba pada majikannya, Galih menurut saja pada perkataanku.

"Lih, lo kemarin full time di Cafe kan?" tanyaku setelah kami sampai di taman.

Galih membalas dengan anggukan kepala.

"Berarti lo udah ada dari pagi kan?"

Lagi-lagi Galih mengangguk mengiyakan.

"Lo tau kalo.. mm... Nona Prilly dateng kemarin?"

Galih mengernyitkan dahi sesaat.

"Iya, gue liat kok.. kenapa?"

"Dia kemarin ngapain aja di Cafe? Soalnya... mm.. gue kok nggak liat.. dan katanya dia ke pantry ya?" aku mengusap tengkukku berusaha memilih kata yang tepat agar Galih tak berpikiran yang iya-iya.

Cupcake LoveWhere stories live. Discover now