Chapter 13

17.8K 1.6K 11
                                    

Prilly POV

Aku berharap ini semua hanya mimpi. Aku tak mau kehilangan Ali. Aku tak bisa. Bahkan aku belum sempat mendengar suaranya hari ini tapi kini ia telah di bawa pulang oleh orang tuanya. Dan mungkin tak akan bertemu lagi denganku.

Tuhan, masih adakah kesempatan bagiku untuk bersama Ali? Inikah balasan untukku karena telah berani mengambil apa yang menjadi hak orang lain? Tapi apakah mencintai Ali adalah sebuah kesalahan? Toh Ali juga memiliki perasaan yang sama untukku.

Bukankah perjodohan itu yang salah?

Beri tahu aku, siapa yang harus kusalahkan untuk semua kekacauan ini.

Aku sudah mengatakan pada Ali bahwa aku siap menerima segala resiko jika mencintainya. Jadi beginilah yang sekarang harus kutanggung. Bukankah aku sudah tau apa akibatnya jika mencintai seseorang yang telah dijodohkan?

"Hai, Ma, Pa.." sapaku seperti biasa pada Mama dan Papa yang kulihat di meja makan. Kusunggingkan senyum semanis mungkin. Aku yakin mataku membengkak sekarang namun biarlah. Aku tak peduli.

Asal kalian tahu saja, berpura-pura kuat adalah hal yang begitu menyakitkan.

Mama dan Papa menoleh padaku.

"Loh, Prilly baru pulang sayang?" tanya Mama. Aku mengangguk.

"Mau makan?"

"Enggak, Ma. Prilly udah makan tadi.." jawabku berbohong. Entahlah sepertinya nafsu makan ku hilang begitu saja setelah rentetan kejadian hari ini yang cukup mengguncang hati ku.

Mama mengangguk-angguk kemudian melanjutkan kegiatannya memotong-motong apel.

"Tadi Papa denger, katanya Ali masuk Rumah Sakit ya, Prill..?" Lagi-lagi aku hanya membalas dengan anggukan singkat. Kenapa berita tersebar begitu cepat? Kenapa Papa malah membahas itu lagi? Ini bukan waktu yang tepat.

"Ali? Chef Ali masuk Rumah Sakit? Kenapa Prill?" tanya Mama heboh membuat kepalaku makin pening.

Aku menghela nafas sejenak.

"Tadi Ali dikeroyok orang nggak dikenal.."

Mama membelalakkan matanya.

"Apa? Siapa yang tega ngeroyok anak baik kayak dia, sayang?"

"Davi, Ma.." lirihku.

Sekarang giliran Papa yang terkejut.

"Davi? Maksud kamu?" tanya Papa yang menghentikan aktifitas makannya.

"Iya, Pa. Davi itu dalang dari pengeroyokan Ali.."

"Kurang ajar..!" Aku melihat tatapan geram di kedua mata Papa. Hmm jika seperti ini pasti akan bahaya.

Segera kuusap lembut lengan Papa.

"Udah, Pa.. Davi udah nyesel dan minta maaf tadi.. Davi udah ketemu sama Prilly kok.." ucapku berusaha menenangkan Papa yang terlihat emosi. Lagipula kenapa Papa ini? Bukankah baginya Ali hanya seorang Chef yang bekerja di Cafe nya? Oh ya. Aku hampir melupakan jabatannya. Head Chef kan. Hmm.

"Udah Pa.. tuh Prilly bilang Davi nya udah minta maaf.." timpal Mama.

Papa memejamkan mata sejenak kemudian menghembuskan nafas kasar.

"Terus sekarang bagaimana keadaan Ali?" Duh. Kenapa harus pertanyaan itu yang keluar dari bibir Papa. Aku harus menjawab apa?

Aku memainkan jemariku yang kutumpukan di atas meja.

"Ali baik-baik aja kok Pa. Udah ya, Prilly capek. Pengen istirahat.." ucapku kemudian beranjak menaiki anak tangga menuju kamarku yang berada di lantai dua.

Cupcake LoveWhere stories live. Discover now