Chapter 11

18.6K 1.6K 7
                                    

Ali baru saja sampai di Far's Cafe pagi ini. Jabatannya yang adalah pimpinan Chef membuat Ali harus datang sedikit lebih pagi dari Chef lainnya. Ia bertugas mengecek kelengkapan bahan-bahan yang ada di pantry.

Mesin motornya sudah tak menyala karena ninja hitam itu telah terparkir rapi. Ali membuka helmnya dan menunduk ke spion untuk merapikan rambutnya sejenak.

Ia turun dari motornya dan berjalan ke arah pintu samping Far's Cafe yang tak jauh dari lahan parkir khusus karyawan Cafe tersebut. Mata tajam itu berbinar seperti biasa setiap kali hendak masuk ke pantry yang bak surga untuknya.

Buggh!

Tubuh tinggi itu terhempas di tanah sebelum ia mencapai pintu. Pukulan dari seseorang di belakangnya membuat Ali menoleh dan berusaha bangkit dengan sisa tenaga yang dia punya.

Tiga orang. Tiga orang berwajah asing untuk Ali. Wajah-wajah bengis dengan satu orang di antaranya membawa pemukul bisbol di tangannya.

Ali melayangkan tatapan tajamnya. Tangannya mengepal. Ia menegakkan tubuhnya sambil sesekali meringis kesakitan. Ternyata yang mengenai punggungnya tadi adalah pemukul bisbol.

"Siapa lo semua?" sentak Ali dengan raut yang tak menunjukkan ketakutan sedikitpun.

"Lo nggak perlu tau, bocah. Yang jelas bos pengen kita main-main bentar sama lo!" ucap seorang preman yang memakai anting di telinga kirinya.

Ali tersenyum kecil yang bagi tiga orang di hadapannya adalah senyum mengejek. Mereka kemudian mendekat dan dua orang preman langsung melayangkan pukulan untuk Ali. Ali masih bisa menangkis dan mengimbanginya.

Ali terlena menghajar kedua preman itu. Melupakan seorang preman yang membawa pemukul bisbol.

Buggg

Untuk kedua kalinya tubuh itu ambruk karena terkena pukulan keras. Ia hendak bangkit namun lagi-lagi pukulan dan tendangan bertubi dihantamkan pada tubuhnya.

Pandangannya mengabur walau sempat melihat seringaian licik ketiga preman yang menghajarnya sebelum akhirnya preman-preman itu pergi meninggalkannya yang terkapar lemah.

***

Prilly berjalan lebih tepatnya berlari tergesa-gesa menyusuri lorong itu. Air mata membasahi kedua pipinya sejak mendapat sms dari Chef Reza.

Reza mengirim pesan pada Prilly yang mengatakan kalau ia menemukan Ali di dekat pintu samping Cafe dengan keadaan tak sadarkan diri dan terluka kemudian Reza serta Galih yang telah panik memutuskan untuk membawa Ali ke Rumah Sakit.

Prilly telah sampai di UGD menuruti perkataan Reza di telepon. Ia melihat Reza yang terduduk dengan kepala menengadah dan mata yang terpejam. Sosok itu begitu mudah dikenali dengan jas merah khas Far's Cafe yang ia kenakan.

"Za!" Prilly mengguncangkan tubuh Reza tak sabar membuat Reza membuka matanya cepat.

"Non Prilly?"

"Prilly aja. Ali gimana?!"

"Non.. mm.. Prill.. lo duduk dulu.. tenangin diri lo.." ucap Reza menenangkan.

"Gimana gue mau tenang Za!! Yang kenapa-kenapa ini Ali! Orang yang gue sayang..!" Prilly sedikit berteriak walau suaranya tercekat.

Reza gelagapan antara takut Prilly mengamuk serta tak enak dengan orang-orang yang berlalu lalang di situ.

"Gue bakal cerita tapi lo duduk dulu. Nggak enak sama orang-orang.." ujar Reza yang membuat Prilly menyesali tingkahnya.

Prilly pun duduk di bangku tepat sebelah Reza. Matanya yang merah berair menatap lekat Chef muda itu, siap mendengarkan penjelasan Reza.

Reza menghela nafas sejenak.

Cupcake LoveWhere stories live. Discover now