Chapter 21

24.6K 1.6K 13
                                    

"Masih lama nggak sih, Bang? Laper tauu.." rengek Prilly.

Ali berdecak.

"Ya sabar atuh, Neng.. " Ali menoleh sebentar pada Prilly kemudian kembali terfokus pada tiga buah cupcake yang sedang ia beri topping.

Prilly memainkan bibirnya manja.

Saat ini pasangan itu sedang bernostalgia di tempat yang memiliki kenangan-kenangan tentang Ali dan Prilly. Di mana lagi kalau bukan Cake's Room, Far's Cafe.

Itu semua terjadi karena Prilly yang merengek pada Dirga agar Ali diperbolehkan untuk menjadi Chef kembali di Far's Cafe.

Awalnya Dirga menolak mentah-mentah permintaan putrinya itu dengan alasan ia sudah menganggap Ali sebagai anaknya sendiri dan tak mau dianggap mempekerjakan Ali.

Tapi apalah arti sebuah penolakan bagi Prilly Farcanta yang keras kepala?

Sudah dapat ditebak.
Dirga akhirnya mengiyakan kemauan Prilly, dengan syarat Ali hanya akan kembali bekerja di Far's Cafe untuk dua hari ke depan.

Prilly pun setuju walau sebenarnya masih saja tak terima jika hanya diberi waktu dua hari.

Ali yang kemarin diberi tahu oleh Prilly lewat telepon hanya bisa menggelengkan kepalanya heran.

Bisa-bisa nya Prilly memiliki permintaan semacam itu dengan alasan yang simpel, yaitu ingin bernostalgia dengan Ali.

Ali yang pasrah kemudian menuruti kemauan calon istrinya. Toh ia juga merindukan profesinya sebagai Chef, merindukan para Chef dan pelayan Far's Cafe terutama sahabatnya, Reza. Dan tentu saja Ali begitu merindukan Cake's Room yang bak kerajaan pribadinya.

Fakta yang lain adalah Prilly memang tak pernah benar-benar membenci cupcake. Namun kini ia tahu, ia hanya jatuh cinta pada cupcake buatan Ali dan jatuh hati pada pembuatnya. Itu saja.

"Nih udah jadii..!" Ali menghampiri Prilly yang duduk di bangku sudut ruangan, menyodorkan piring saji kecil dengan tiga buah cupcake di atasnya.

Mata Prilly berbinar namun kemudian gadis itu mengerutkan dahi.

"Kok tiga?"

"Katanya tadi kamu laper?"

"Nanti kalo aku jadi gendut gimana?" sungut Prilly tetapi tangannya menarik piring yang disodorkan Ali.

Ali menahan senyumnya.

"Lah emang udah gendut kan?" goda Ali. Mata Prilly melebar menatap Ali geram.

"Alii..!!" Prilly bangkit dari duduknya sembari memukul-mukul Ali pelan dengan satu tangannya yang kemudian digenggam oleh Ali.

"Ssstt.. udah ah. Buruan dimakan tuh cupcake nya.. susah-susah lho aku bikinnya.." Ali mengusap dahinya berpura-pura kelelahan.

Prilly mengulum senyum. Sedetik kemudian ia melepaskan tangannya dari genggaman Ali dan beralih pada pipi Ali.

"Oooo... susah bikinnya? Iya? susaaah? Uuuhh kaciaan pacar aku capek..." ledek Prilly sambil menarik-narik pipi Ali.

Mau tak mau Ali pun tertawa melihat tawa Prilly. Kebahagiaan gadis itu adalah kebahagiaan Ali juga.

***

"Hmmm enaaak..." ucap Prilly setelah menghabiskan dua cupcake buatan Ali.

"Kamu mau?" tawar Prilly untuk kesekian kalinya yang lagi-lagi dibalas Ali dengan gelengan.

Ali tahu, Prilly tak pernah mau membagikan cupcake miliknya pada siapapun dan itu membuat Ali merasa istimewa saat gadis itu menawarinya.

Tapi Ali menolaknya. Melihat Prilly dengan lahap memakan cupcake buatannya nya saja sudah membuat rasa lapar dalam perutnya menghilang.

Cupcake LoveWhere stories live. Discover now