Twelve

13.2K 1K 26
                                    

'BRAK!' setelah itu terdengar teriakan orang-orang yang melihat kejadian tersebut.

Gadha langsung berlari keluar melihat apa yang terjadi di luar cafe. Dan betapa terkejutnya dia mendapati tubuh yang ia kenal menjadi sumber suara tabrakan tersebut. "DERA!!!" teriaknya shock. Gadha menghampiri Dera yang tergeletak, tubuhnya berlumuran darah. Orang-orang yang melihat kejadian tersebut mengerumuni tempat kejadian.

Gadha mencoba mengangkat Dera yang tak sadarkan diri untuk dibawa kepinggir jalan. Darah segar turus mengucur dari kepalanya. Beberapa orang membantu memanggilkan ambulance dan menahan mobil yang menabrak, sampai polisi datang. Untungnya pemilik toko yang berada tepat di depan kejadian tersebut memberikan tempat untuk Dera sembari menunggu ambulance datang.

Tak jauh dari tempat kejadian tersebut ada seseorang yang menatap dengan raut sedih. Dia Yuna, kejadian tersebut terjadi tak berselang lama setelah ia menyebrang jalan menuju kampusnya. Jujur dia merasakan sedih dan sakit. Kakinya berkali-kali ragu untuk melangkah ke sana atau teteap diam jauh dari mereka. Namun kekagetannya membuat ia pada akhirnya memilih untuk diam karena dia tak sanggup melihat Dera kecelakaan. Tapi walau pun begitu ia tak benar-benar diam menatap kejadian tersebut dari jauh. Yuna berusaha membantu dengan memberi kabar ke orang tua Dera dan sahabatnya. Hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini. Hanya itu, setidaknya ia masih mempunyai sedikit rasa peduli.

Ambulance akhirnya datang dengan cepat. Petugas ambulance langsung turun dan membawa Dera ke dalam ambulance, Gadha ikut mendampingi. "Der, kamu pasti kuat der. Jangan tinggalin aku, Der. Kamu kuat aku yakin kamu kuat Der," bisik Gadha pelan dengan tangannya yang menggenggam erat tangan Dera. "Der, aku janji apapun yang kamu mau aku bakal kabulin. Asal kamu jangan tinggalin aku Der," ucap Gadha saat mereka menuju rumah sakit.

Karena rumah sakit tak jauh dari tempat kejadian. Sesampai di Rumah Sakit Dera segera ditangani oleh tim medis. Gadha tidak diperbolehkan masuk dan diminta untuk menunggu di luar. Tanpa diketahui Gadha di sisi lain ada Yuna yang ternyata ikut pergi ke rumah sakit mengenakan mobilnya. Yuna memilih duduk jauh dari Gadha namun masih bisa dilihatnya. Ia hanya melihat Gadha yang sedang menunggu Dera. Sebenarnya ia ingin sekali menguatkan Gadha tapi ia tak mau nantinya terjadi salah paham. Tak bisa di pungkiri ia tidak bisa hanya berharap Gadha kuat, agar Dera juga kuat. Karena seseorang bisa kuat karena ada yang menguatkan dan mendukung. Akhirnya dengan perdebatan hati, Yuna pun berjalan mendekati Gadha.

"Gadha?" panggilnya lembut. Tak ada nada amarah yang terlontar seperti sebelumnya. Keduanya lupa akan pertengkaran yang terjadi beberapa waktu yang lalu.

Gadha yang sedang menundukkan kepala beralih menatap Yuna terkejut. "Yun, lo di sini? Sejak kapan?" tanya Gadha terbata.

Yuna tak menjawab pertanyaan tersebut, ia mengalihkan dengan berkata, "Ini adalah takdir Tuhan. Dan ini cobaan untuk kita. Bukan cuma cobaan untuk Dera. Lo harus kuat!" ucap Yuna.

Dan itu membuat satu titik air mata yang Gadha tahan sejak tadi terjatuh.

"Gue gak tau seberapa kuat gue untuk ngadapin semua ini. Maafin gue. Ini semua salah gue. Kalau aja gue gak nemuin lu. Kalau aja gue gak nanyain lu. Kalau aja gu—"

"Udah Ghad, gak perlu lo sesali. Semuanya udah terjadi. Ini bukan salah lo. Ini memang sudah jalannya," potong Yuna.

"GAK YUN INI SALAH GUE! SALAH GUE!" teriak Gadha ngotot menyalahkan dirinya sendiri. "Salah gue," lirihnya merasa bersalah.

Yuna merasakan kesedihan yang sama dirasakan Gadha. Ia menggeser duduknya; mendekat ke arah Gadha, mencoba menepuk punggung Gadha dengan pelan.

"Yun ... boleh gue minta satu hal?" tanya Gadha dengan rapuh.

I Don't Care About Love [1]Where stories live. Discover now