Eighteen

13.2K 951 48
                                    

Aku berjalan di lorong perpustakaan dengan pelan. Kutajamkan pandanganku untuk mencari sebuah buku. Namun sebuah suara menghentikan kegiatanku siang ini, "Syaaa? Resyaaa?" panggil seseorang.

Aku pun dengan refleks menoleh, mencari tau siapa yang memanggilku. Rautku langsung berubah jengkel, tak tinggal dengusan kesal saat mentap orang tersebut, biarin aja di bilang gak sopan. Sa bodo lah!

"Ada apa ya Pak?" suarku terdengar ramah berampur kesal.

"Nih buat bonyok lu," ucapnya sambil menyodorkan dua kantong bungkusan yang membuat dahiku berkerut, menatap dua paper bag itu.

Aku tak mengambilnya, aku malah memarahinya dengan berkata, "Bonyok bonyok, muka lu gue bonyokin mau?" tawark ketus tanpa perduli lagi aku sedang berada dimana. Enak banget dia manggil Mama Papa-ku dengan bonyok.

Dan anehnya ia malah terkekeh tanpa merasa bersalah dan tanpa malu. "Mau ... asal hatiku aja dibonyokin dengan cintamu," gombalnya sambil tersenyum.

"Ew ... gak mempan gombalan lu, Dirga!"

Bukannya marah atau merasa tersinggung Dirga malah diam memandangiku ... dalam? Tak ingin terhanyut ke dalam tatapannya aku berdehem sembari mengangkat sebelah alis. "Kenapa lo liat liat?!" tanyaku dengan nada ketus.

Ia mengerucutkan bibirnya. "Ih pelit banget ... ngeliatin kan gak bayar."

Aku mendengus menghilangkan perasaan gerogi di dalam dada. "Jadi mau nitip oleh-oleh gak? Gue sibuk!"

Dirga kembali menyodorkan dua paper bag yang ingin diberikannya kepada kedua orang tuaku. "Nih ... bilangin ke Mama Papa ini oleh-oleh gue dari Jogja."

"O ... gak nanya! Mau dari Jogja kek dari akhirat kek dari neraka kek, EGP!"

"Kamu cemburu? Tenang ... bukan cuma punya Mama Papa aja, punya kamu juga ada kok, disitu." Aku merasa aneh saat Dirga tiba-tiba memanggilku dengan kata 'kamu' dan apa hanya perasaanku saja dia terdengar lebih ... lembut?

Kutatap dirinya dengan garang sambil berkacak pinggang. "Eh ... eh ... eh ... lo bilang apa tadi? Mama Papa? Gak salah? Ngelindur lo?"

"Kan mau jadi camer Sya," cengirnya tanpa takut.

"Gak bakal camer lo nyokap gue! Dan satu lagi, gue gak butuh ya oleh-oleh dari lo!" tak ingin berdebat lebih panjang atau lebih tepatnya aku tak ingin membuat hatika terjatuh pada hati yang salah, setelah mengatakan itu aku langsung pergi meninggalkan dia.

"Gak sama lo, kan adek lo ada Syaaa!" teriaknya yang masih kedengaran dikupingku.

"OGAH PUNYA ADEK IPAR KAYAK LO!" teriakku tak mau kalah.

Dan aku pun mendapatkan tatapan tajam dari penghuni Perpustakaan.

Sial!

•••

'Drrtt ... drrtt ....'

Dera Calling

"Assalamualaikum." Aku mengucap salam terlebih dahulu dengan lembut.

"Walaikumsalam. Yun ... gue udah boking nih tempatnya. Bisa ketemuan gak?"

"Jam berapa?" tanyaku balik.

"Sekarang deh. Nanti alamatnya gue sms."

"Oke gue tunggu."

"Wassalamualaikum."

"Walaikumsalam." Aku memutuskan panggilan dan bergegas menuju parkiran mobil. Saat berada di dalam mobil, aku teringat akan kejadian beberapa hari yang lalu.

I Don't Care About Love [1]Where stories live. Discover now