7. Normal

16.6K 593 7
                                    

Masih adakah yang menunggu kelanjutan cerita ini?

Selamat membaca....
❄❄

Setelah keputusan Pak Richard sebulan yang lalu, semua kembali normal. Semua kembali ke aktivitas normalnya. Bagaimana dengan Rey?

Tentu saja, Rey dengan terpaksa, sekali lagi ya, dengan terpaksa ia harus menuruti kemauan papanya. Sebulan yang lalu saat ia memberitahu keputusan papanya pada Lola, awalnya ia agak sebal, tapi lama-kelamaan ia ngerti juga. Rey jadi teringat percakapannya dengan Lola sebulan yang lalu.

Flashback on

"Seriusan? Demi apa? Lo kuliah bisnis?" jerit Lola saat Rey menceritakan keputusan papanya. Rey mengangguk lesu. Lola mendelik padanya, menatapnya tak percaya.

"Aku nggak punya pilihan lain La. Daripada aku harus masuk biara, mending aku nurutkn mau papa." ujar Rey lesu. Jujur saja ia masih belum siap dengan semua ini. Tapi sekali lagi, ia bisa apa? Mungkin saja keputusan ini yang terbaik bagi mereka. Bagi keluarga dan juga baginya.

"Lah terus apa kabar cita-cita lo jadi designer?" tanya Lola prihatin. Lola tau benar, sejak dulu Rey pengen banget masuk sekolah Design.

Rey menghela napas berat, "kata Kak Al, aku masih bisa jalanin hobiku, tapi sebagai sampingan. Prioritas nya adalah bisnis"

"Tapi nggak apa-apa deh, yang penting kita masih bisa ketemu. Toh kita masih satu kampus." ujar Lola pada akhirnya.

Flashback off

"Hey Rey... dosennya nggak masuk. Ke kantin yuk" suara Ray membuyarkan lamunan Rey. Tidak buruk ajakan Ray. Rey langsung menyetujuinya. Rey membereskan buku-bukunya dan mengikuti Ray keluar.

Oh iya, aku belum menceritakan tentang Ray kan? Kalian tau Ray? Cowok yang pernah Rey temui di mall, yang tak lain adalah sepupu Lola? Pasti kalian ingatkan?

Ternyata Ray satu kelas sama Rey. Teman sebangku malahan. Kebetulan yang menyenangkan bukan? Ray dan Rey memang dekat. Selain punya banyak persamaan, Ray juga anaknya asyik dan easy going banget. Mereka sering menghabiskan waktu libur bersama, dengan melakukan hobi yang sama, yaitu photografi dan melukis..

"Reynha Fernandez, back to earth" tepukan dibahunya menyadarkan Rey. Mereka sudah ada di kantin kampus dan saat ini sedang menunggu pesanan datang.

"Iyah, kenapa Ray?" tanya Rey polos.

Ray menyentil kening Rey pelan. "Makanya jangan melamun. Gue tadi ngajakin lo hunting weekend besok. Gue punya tempat yang bagus"

Rey meringis sambil memegang dahinya. "Boleh tuh.. udah lama kita nggak hunting". Ide yang bagus. Jugaan otaknya sudah butuh istirahat dari tugas kuliah yang menumpuk.

"Lola ikut kan?" tanya Rey memastikan. Pasalnya setiap kali ada acara, Lola pasti selalu hadir dan jadi pengrusuh.

"Iyalah. Mana mau dia ketinggalan." sahut Ray sambil menyesap kopinya. Mereka melanjutkan makan siang diselingi beberapa obrolan dan candaan.

****

Setelah makan malam bersama kolega mamanya sebulan yang lalu, Candri, putri om Bram yang dikenalkan pada Rio selalu menempel padanya kemanapun Rio pergi. Dimana ada Rio, disitu pasti ada dia. Rio heran bagaimana Candri bisa tau segala jadwal Rio. Entah ia punya mata-mata atau apa, yang pasti kehadiran Candri membuat Rio risih.

Candri dimata lelaki memang menarik. Tapi tidak untuk Rio. Bagi Rio, Candri hanya seorang pengacau. Tidak lebih.

"Pak, ada Nenek Sihir di lobby. Sepertinya dia mau datang ke ruangan Bapak." Wulan, sekretaris Rio menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Rio memang memerintahkan recepsionis untuk memberitahu Wulan, jika Candri datang ke kantor. Wulan sendiri juga tidak suka dengan keberadaan Candri dan memberi julukan 'nenek sihir' padanya, dan menurutku julukan itu sangat cocok untuknya.

Married by AccidentWhere stories live. Discover now