19. The Rule

11.3K 451 13
                                    

Selamat membaca... 😊
*******

Rey Pov

Kedatangan mama benar-benar sebuah kejutan untuk aku dan Rio. Entah aku harus mensyukurinya atau harus mengutukinya.

Selama seminggu, kami berpura- pura menjadi pasangan yang sebenarnya. Hanya di depan mama kami rela ngelakuin itu. Sebenarnya aku ngerasa bersalah udah bohongi mama.

Tapi aku juga nggak punya pilihan lain selain ikut bersandiwara bersama Rio. Kami melakukan banyak hal yang bisa di lakukan sepasang suami istri.

Saat Rio pulang kerja, aku mengambil jas dan tasnya, lalu menyiapkan air hangat untuknya. Begitupun dengan Rio. Ia memperlakukanku seperti istri sungguhan.

Seminggu ini aku sebenarnya menikmati peranku sebagai istri sungguhan. Rasanya agak menyenangkan...

Bagaimana dengan Rio???

Aku sendiri nggak tau gimana sebenarnya perasaan Rio. Dan aku juga nggak berusaha mencari tau.

Besok kami akan pindah ke rumah baru kami. Mama sendiri udah kembali ke rumah kemaren.

Aku mengintip Rio yang sedang menekuni berkas di kamarnya. Setelah menimbang-nimbang aku memutuskan untuk tidak mengganggunya.

"Besok sajalah..." putusku sambil berbalik menuju balkon setelah menyimpan kembali kertas itu.

Pikiranku kembali ke saat dimana aku bertemu bu Sisca, alias mamanya Rio. Entah kenapa setiap kali aku bertemu beliau, ada sedikit perasaan ngeri. Aku sendiri nggak tau jelas kenapa aku seperti itu.

Aku memikirkan kembali semua perkataannya. Tidak ada yang masuk akal...
Masa seorang ibu, bisa mengatakan omongkosong seperti itu.

"Kenapa disini?" Rio tiba-tiba saja berdiri disampingku. Ia tidak menatapku, ia menatap lurus ke depan.

Aku sedikit menggeser badanku, sengaja memberi jarak. "Hanya butuh udara segar."

Rio melirikku sebentar, "Sulit bukan??" Tanyanya lagi.

"Maksudmu?" Aku memutar badanku menghadapnya. Rio juga ikutan memutar badannya. Kami berhadapan sekarang.

"Seminggu ini benar-benar sulit untuk kita." Ujarnya sambil memandangku. "Kita harus membohongi mama, berpura-pura baik-baik saja didepan beliau"

Aku menggangguk mengiyakan. "Yah lumayan..Maaf karna mama tiba-tiba datang" ujarku merasa tak enak.

"Karna kita udah bahas ini, sekalian ada sesuatu yang mau aku tunjukan sama kamu" aku tiba-tiba mengingat kertas yang tadi kupegang.

"Apa??"

"Kita bicara di dalam aja" aku mendahului Rio masuk. Aku menuju kamarku dan mengambil kertas yang tadi kusimpan.

Masih dengan memegang kertas itu, aku memberanikan diriku untuk memulai obralan ini. "Aku nggak tau gimana anggapan kamu tentang pernikahan ini. Awalnya aku emang agak terpaksa menjalani pernikahan yang tanpa Cinta. Itu sulit buatku" aku menarik napas, mencoba menunjukan sikap tenang. Rio diam dengan wajah datarnya, masih terus memandangku. Walau memasang wajah datar, pandangan Rio serasa bisa menembus kalbuku.

Aku menunduk, menghindari tatapan Rio."Aku sangat menghormati pernikahan. Bagiku itu adalah sesuatu yang sakral, yang nggak boleh dipermainkan oleh manusia." Sekali lagi aku menarik napas untuk melanjutkan perkataanku, "entah apa pendapatmu, aku akan berusaha mempertahankan pernikahan ini".

Selesai....
Akhirnya aku bisa menyelesaikan apa yang ingin aku katakan.

Sedetik...
Dua detik...
Tiga detik...

Married by AccidentWhere stories live. Discover now