Bagian Dua

11.2K 1K 44
                                    

@YJskpresent.

。。* 。。

Pagi ini Jaejoong terbangun mendengar suara keras pintu terbanting dari luar kamar. Kamar yang ia tempati berada di sayap kiri bagian belakang tidak jauh dari dapur membuatnya mampu mendengar kegiatan apapun yang mereka lakukan pada jam sepagi ini.

Jendela masih tertutup namun tidak menghalangi Jaejoong untuk melihat langit di luar sana yang masih gelap. Ia tidur nyenyak semalam, sangat nyenyak sampai ia tidak ingat bermimpi tentang apapun.

Bukankah seharusnya ia tidak dapat tidur di tempat baru yang tidak ia kenal. Anehnya ia merasa tenang karena tidak perlu takut jika tengah malam akan mendengar suara langkah kaki seseorang yang mungkin saja akan menemukan keberadaanya di reruntuhan pondok lalu mengusirnya.

Semalam Jaejoong makan terlalu banyak, untuk pertama kali selama seumur hidup, Jaejoong makan hidangan seenak itu. Daging dan ikanya lembut dengan bumbu yang ia tidak tahu apa, melumer di mulutnya tanpa perlu susah payah ia gigit. Biasanya Jaejoong hanya makan daging bakar atau ikan bakar tanpa rasa. Ia sangat bersyukur karena ia di beri kesempatan untuk makan makanan seenak tadi malam. Berterima kasihlah kepada Jung Yunho. Entah kenapa menhingat pria bersajah tampan itu membuat jantung Jaejoomg berdebar aneh.

Sekali lagi suara itu terdengar dari arah dapur. Benda berbenturan atau semacamnya. Kali ini lebih keras dari sebelumnya yang memaksa Jaejoong bangkit dari ranjang terlembut yang pernah ia tiduri.

Usai mencuci muka dan berganti pakaian ia berjalan menuju dapur. Ia mengerjapkan matanya sesampainya di dapur super luas itu. Perabotan tergantung dan tertata rapi di lemari dan di ding di sisi meja luas di tengah ruangan. Kompor kompor besar dengan koki yang mulai sibuk di sana.

Para pelayan hilir mudik di dapur membawa banyak barang dari sayur daging sampai bumbu serta banyak lagi kotak kardus serta karung goni.

"Kau sudah bangun, manis." Jaejoong mengenali wanita tua itu sebagai salah satu pelayan yang memberinya pakaian kemarin, kepala pelayan. "Maaf membangunkanmu pada jam sepagi ini, kami sibuk, bisakah kau pergi ketempat lain." Wanita itu berteriak kepada salah seorang pelayan muda yang menempatkan sayuran di tempat yang salah. "Kami sibuk, sangat sibuk karena besok malam akan ada pesta besar di sini. Jadi hari ini kami semua sibuk untuk memperispkan segala sesuatunya, demi Tuhan. Aku benci acara dadakan terlebih pesta dadakan."

Wanita itu berlalu dari hadapan Jaejoong, menghampiri beberapa pelayan wanita baru yang sepertinya di datangkan karena pesta dadakan ini.

Tidak ingin mengganggu kesibukan mereka Jaejoong keluar dari dapur, ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan dan ke mana ia akan pergi. Semua orang terlalu sibuk untuk menyadari kehadiranya apalagi mencarikan suatu pekerjaan di kastil itu untuk ia kerjakan.

"Ssst," Langkah Jaejoong terhenti. Ia menoleh ke sekeliling dan tidak melihat apapun ataupun siapapun di sepanjang lorong kecuali pintu pintu kamar yang tertutup.

"Jaejoong." Suara itu berasal dari belakang, tepat di sebuah pintu yang terbuka hanya beberapa senti. "Aku Junsu. Kau ingat. Kemarin ibuku memberikan pakaianku untukmu," Pemuda itu akhirnya menampakkan diri, memperhatikan sekeliling sebelum menarik Jaejoong masuk ke dalam sebuah ruangan.

"Aku senang akhirnya aku mendapatkan teman sebaya, kau tahu di sini jarang ada orang baru karena semua pelayan berumur di atas tiga sampai empat puluh tahun. Tidak termasuk pelayan luar ruangn dan penjaga istal."

Jaejoong membiarkan pemuda itu menyeretnya ke sebuah kursi besar, ruangan itu sebuah ruang duduk besar dengan meja besar dan beberapa buku. "Ini ruang kerja ibuku, di sinilah ibu mencacat semua kebutuhan kastil setiap harinya." Junsu menjelaskan.

Say You Love MeWhere stories live. Discover now