Bagian Enam

11.9K 1.1K 82
                                    

@YJskpresent.

。。* 。。
.
.

"Kenapa kau menyembunyikan suaramu?"

Pandangan Jaejoong tertuju pada wanita paruh baya yang duduk di sofa tengah ruang. Bibi Yuri meminta pelayan memanggil Jaejong untuk menemui beliau, mengatakan ingin membahas sesuatu yang pribadi dan hanya berdua tanpa sepengetahuan Yunho.

Merasa gemas karena keterdiaman Jaejoong, Yuri mengulangi. "Kenapa kau menyembunyikan suaramu Jaejoong?" pemuda itu tidak menjawab, juga tidak bergerak di ambang pintu.

Yuri menghela napas dalam, tidak seharusnya ia menghujani Jaejoong dengan pertanyaan ketika pemuda itu bahkan pelum masuk ke dalam ruangan. "Tutup pintunya dan masuklah." Baru ketika itu Jaejoong kembali tersadar dari pertanyaan yang telah di ajukan bibi Yuri.

Menepuk sofa di sebelahnya, Yuri mengisyaratkan agar pemuda itu duduk di sisinya. "Kemarilah. Jangan takut, aku tidak akan mengigitmu."

Jaejoong tersenyum. Kata itu mengingatkannya kepada Yunho bahwa pria itu juga tidak akan mengigitnya. "Bagaimana keadaanmu? Dan apa kata dokter tentang suaramu?"

Tangan Jaejoong menyentuh lehernya sebelum berkata dengan suara yang lirih. "Dokter menyarankan untuk aku sering berbicara agar pita suaraku kembali ke kondisi semula." iapun duduk di samping bibi Yuri.

Suara Jaejoong masih terdengar serak. Tapi Yuri membayangkan akan sangat indah suara itu pada saatnya nanti. "Aku senang kau akhirnya memberanikan diri membuka suara."

Jaejoong tersenyum simpul, menunduk malu memperhatikan jemarinya yang bertautan di atas pangkuan. Yuri mengulurkan tangan, meraih tangan Jaejoong dan menarik tangan pemuda itu kearah pangkuannya, memaksa Jaejoong untuk duduk lebih mendekat kepadanya.

Pemuda malang, harus hidup seorang diri dan menderita tanpa kedua orang tua ketika Yuri sendiri tidak mampu melahirkan seorang putra. Mungkin karena itulah ia merasa memiliki kasih sayang lebih dan berniat melindungi pemuda manis ini. "Katakan padaku apakah benar ibumu seorang laki laki?"

Bola mata bulat pemuda itu terbelalak sebelum mengangguk ragu. "Ya."

"Dan... apakah... apakah kau?" bagaimana mengatakannya. Yuri memutar otak untuk mengatakannya setelah terdiam cukup lama. "Kau juga bisa hamil seperti ibumu?"

Pertayaan itu membuat Jaejoong menarik tangan dari genggaman Yuri. Entah mengapa pemuda itu terlihat tidak bersemangat seperti tadi. "Kenapa?"

Meskipun ragu, Jaejoong akhirnya berkata. "Saat kami kecil ibuku mengatakan Youngwoon Hyung tidak seperti dirinya. Tapi aku memiliki kemungkinan seperti beliau." ujarnya lirih.

"Bagus!" bibi Yuri berujar senang.

Kepala Jaejoong mendongak, menatap wanita paruh baya itu dengan geryitan samar di kening. Bagus? Apanya yang bagus? Yang benar saja. Dia laki laki yang memiliki kelainan gen, apa yang bagus dari keanehan itu. "Kenapa?" Jaejoong bertanya lirih.

Bergeser lebih dekat. Yuri mencondongkan tubuh penuh rahasia, wanita itu bahkan memperhatikan sekeliling untuk memastikan tidak ada siapapun di sekitar sana untuk menguping. "Aku butuh bantuanmu."

Bulu mata lentik Jaejoong mengerjap polos. Yuri merasa iri dengan bulu mata Jaejoong yang begitu alami itu dan tebal padahal dia seorang laki laki.

"Bantuan?" ulang Jaejoong. "Aku akan sangat senang jika berguna dan dapat membantumu Bibi."

"Ya. Hanya kau satu satunya orang yang bisa membantuku dalam masalah ini, Jongie." Kepala Jaejoong di miringkan sedemikian rupa. Senang dengan panggilan akrap itu. Doe miliknya menatap bibi Yuri menunggu wanita itu mengucapkan sesuatu yang bahkan tidak juga segera wanita itu ucapkan untuk waktu beberapa menit kedepan.

Say You Love MeWhere stories live. Discover now