Bagian Tiga

10.1K 1.1K 73
                                    

@YJskpresent.
Sherry Kim

。。* 。。
.
.

Hal yang paling menyebalkan adalah menunggu tanpa melakukan kegiatan apapun di kamar meski hanya untuk beberapa jam kedepan.

Seumur hidup, Jaejoong memang tidak memilii hak atas kehidupanya sendiri. Tapi ia punya hak untuk mendapatkan kebebasan ketika ia tinggal di pedalaman hutan milik orang lain tanpa sepengetahuan mereka.

Terkurung di kamar sejak sore, membuat kesabarannya benar benar di uji. Demi Tuhan, ia benci tidak melakukan apapun selama berjam jam. Ia lebih suka menyusuri hutan belantara sepanjang pesta yang di adakan di kastil Jung ini.

Ide itu muncul begitu saja saat Jaejoong mengetukkan kepala di jendela kaca di kamarnya. Menatap beberapa tamu yang sudah datang sejak sore tadi di luar sana, ia tersenyum senang membayangkan kebebasan yang sebentar lagi ia temui.

Ia bisa kabur ke hutan, tidur di rumah pondok dan kembali saat pesta usai bukan? Dua hari di hutan akan terasa lebih menyenangkan daripada di penjara di kamar sepanjang pesta. Tidak akan ada yang tahu ia bekeliaran di hutan sepanjang pesta selama dua hari ini. Seperti beberapa tahun ini ia hidup keluyuran sendirian di sana.

Baiklah. Jaejoong hanya perlu menyelinap keluar saat langit sudah gelap, ketika semua tamu mulai mengikuti pesta pembukaan dan menikmati hidangan makan malam nanti.

Ide bagus. Tidak akan ada yang memperhatikan seorang pemuda yang menyelinap melalui pintu belakang kastil dan menghilang di antara keributan pesta yang sedang berlangsung. Jika ada seseorang yang melihatnya, seseorang itu akan berpikir Jaejoong salah satu dari para tamu.

Dengan tekat serta perasaan menggebu akan bebas dari penjara singkat ini, Jaejoong beranjak dari ranjang. Tidak perlu pakaian hangat ataupun sebagainya karena dirinya sudah terbiasa dengan dinginnya hutan. Langkah Jaejoong terlihat normal meskipun jantungnya berdetak tak karuan dari tempatnya saat ia menyurusi lorong menuju pintu samping dapur.

Kesibukan di dapur membuat langkah Jaejoong terhenti, ia tersentak dan sudah akan berbalik namun ia urungkan. Toh mereka semua sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing dan mengabaikannya. bukan. Ia kembali melirik kiri kanan sebelum berjalan cepat menuju pintu.

Semua orang di dapur itu memang terlalu sibuk untuk melihat sekeliling, kepala koki terlihat berdiri di ujung kompor super besar mendiskusikan sesuatu bersama kepala pelayan bagian dapur.

Hembusan angin senja terasa menyenangkan menerpa wajah Jaejoong saat ia berhasil melewati kesibukan di dapur. Sisa sinar senja menyinari pepohonan hutan dengan begitu menakjubkan, sisa sisa cahaya matahari tenggelam menyusup dari sela dahan menembus taman sebelah barat kastil. Menimbulkan terpaan cahaya yang begitu membuat Jaejoong terpana. Ujung bibir Jaejoong melengkung melihat karya Tuhan yang indah ini.

"Hai kau." Sebuah suara menyadarkan Jaejoong dari ketakjubannya tentang nyamannya berada di surga kastil.

Suara itu lagi.
Lamunan tentang keindahan taman buyar sepenuhnya saat terdengar suara pria yang tidak asing baginya namun juga ia ragukan. "Kau tahu di sebelah mana istal berada?"

Punggung Jaejoong menegak. Ia tidak berani menoleh ke belakang, di mana pria itu sudah pasti berdiri menghadap kearahnya. Jaejoong menggeleng lalu ia mendengar suara geraman marah yang membuat seluruh tubuhnya merinding.
"Pelayan tak berguna. Bagaimana bisa Yunho memperkejakan pelayan sepertimu."

Say You Love MeWhere stories live. Discover now