Bagian Dua Puluh Satu

9.1K 1K 45
                                    

@YJskpresent.
。。* 。。

Expresi wajah Yunho terlihat sangat tidak bersahabat. Wajah yang baru pertama kali para pelayan lihat ada pada paras tampan majikan mereka yang biasanya ramah itu.

Yang tentunya tidak ada satu pun dari puluhan penghuni dapur luas itu sukai.

Pria itu berjalan mengeliling ruangan, dari satu pelayan ke pelayan yang lain untuk menatap mereka satu persatu para pelayan yang berbaris rapi layaknya prajurit yang akan maju ke medan perang. Perbedaanya, mereka semua menunduk, tidak berani menatap wajah majikan mereka yang terlihat sedingin kutub utara karena menahan amarah.

Yunho telah memperintahkan semua pelayan berkumpul di sana, dapur itu penuh dengan puluhan pelayan namun sesunyi serta sedingin gua jaman purba. Tidak ada yang berani bersuara atau pun bergerak setelah mendengar apa yang baru saja kepala pelayan utama jabarkan ke pada mereka.

“Aku sangat membenci adanya pencuri di kastil ini, siapapun pencuri itu, tidak seharusnya dia berbuat bodoh dengan mengorbankan masa depannya sendiri hanya dengan mencuri, seharusnya dia tahu bahwa lambat laun semua orang akan tahu tindakan buruknya.” Tidak ada yang bersuara selain helaan napas yang terdengar diam diam mereka hembuskan mendengar nada marah majikan mereka yang biasanya selalu tenang dan sabar.

“Masih tidak ada yang mengaku?” ulang Yunho.

Ruangan masih tetap hening meski mereka sudah berdiri di sana selama lebih dari empat puluh menit. Tidak ada yang mengaku ataupun melihat pencuri itu selain Changmin.

Yunho melirik Changmin yang berdiri tidak jauh darinya bersama Yihan, bocah itu terlihat ketakutan, bersembungi di belakang pengacara keluarganya itu memperhatikan puluhan pelayan yang berkumpul di ruang dapur.

“Tetap di sini.” ujar Yunho kepada para pelayan. Pria itu memberi isyarat kepada Yihan, pria itu mengangguk sebelum meraih tangan Changmin lalu keluar dari dapur menuju lorong yang mengarah ke gudang penyimpanan.

Terdengar helaan napas serempak dari dapur setelah Yunho melewati ambang pintu. Jika ingin jujur, Yunho benci melihat wajah ketakutan mereka saat ia mengumumkan terjadinya pencurian tersebut kepada mereka semua. Hanya satu tersangka dari puluhan pelayan yang bersalah, ia tidak suka membuat pelayan pelayan lain yang tidak bersalah tertekan ataupun ketakutan.

Langkah Yunho terhenti, pria itu berputar menghadap adik tirinya yang terlihat sama tidak nyamanya dengan pelayan yang mereka tinggalkan di dapur sana. “Kau melihat pencurian itu bukan, bagaimana kejadiannya?”

Pandangan bocah itu menatap kakak tirinya bingung, bocah itu takut, Yunho memahami itu. Namun ia bangga saat melihat bibir mungil Changmin membuka.

Meski ketakutan, Changmin berusaha menjelaskan dengan berani. “Saat itu gelap,” ia memulai. “aku baru akan keluar dari ruang penyimpanan makanan dengan sekantong biskuit yang aku curi dan sembunyikan di dalam saku... ”

Yunho mengangkat tangan untuk menghentikan ucapan Changmin. “Kau mengambilnya. Bukan mencuri.” ia meralat. “Sebanyak apapun yang kau inginkan Changmin, lain kali kau bisa meminta pelayan untuk mengmbilkannya untukmu, tidak usah mengendap endap di malam hari atau mengambilnya secara diam diam, rumah ini rumahku, dan kau adalah adikku. Ingat itu!.”

Bocah itu mengangguk cepat. Bola mata itu berkaca kaca mendengar pengakuan lugas Yunho akan setatus mereka barusan. “Tapi aku tidak mengenali pencuri itu. Wajah mereka hampir sama dari satu dan yang lain.” ujarnya malu.

“Tidak adakah ciri ciri lain yang kau lihat dari pencuri itu?“ Changmin terlihat berpikir keras, baik Yunho maupun Yihan menunggu dengan sabar tanpa mendorong bocah itu, takut mengamburkan bayangan apapun yang sedang di pikirkan oleh Changmin.

Say You Love MeWhere stories live. Discover now