Bagian Sebelas

10.3K 1K 59
                                    

@YJskPresent

。。* 。。


Untuk seorang pelajar baru yang belum pernah bermain piano, Jaejoong terlalu cepat menghapal serta memahami detail permainan notasi piano.

Yoochun terkejut mendapati Jaejoong sudah menghapal nots piano, pelajaran dasar bermain piano kurun waktu dua jam. Mungkin benar apa yang di katakan pemuda itu sebelumnya bahwa Jaejoong pernah memainkan alat musik tersebut di masa lalu yang membuat pemuda itu dengan mudah menghapal nots.

Mungkin sesuatu dalam pikiran Jaejoong menghambat ingatannya untuk mengingat kejadian lebih detail dari masa lalu. Jaejoong hanya mengatakan kepadanya bahwa ia pernah memainkan piano bersama saudara kembarnya, Youngwoon, juga ibunya sebelum mereka datang ke estat keluarga Choi. Pemuda itu tidak tahu lahir di mana, sepanjang ingatan Jaejong, atau apa yang di katakan Jaejoong, pemuda itu tumbuh di Gwangju, yang Yoochun ketahui dengan sangat jelas pemuda itu tidak lahir di sana.

Asal pemuda itu masih sebuah misteri. Yoochun sendiri tidak pernah mengira bahwa suatu hari ia akan meragukan asal serta tempat kelahiran Jaejoong, itu tidak penting. Namun bohong jika ia tidak penasaran karena kehidupan pemuda itu penuh teka teki, tentunya selain penderitaan yang telah ia lihat dengan mata kepalanya sendiri selama di Gwangju.

Nada piano yang salah menyadarkan Yoochun dari pikiran yang berkecamuk. Bibir Jaejoong mencebil saat pemuda itu merasakan nada yang ia dengar terdengar salah. "Aku melakukan kesalahan, bukan?"

Anggukan Yoochun hanya membuat bahu Jaejoong merosot. "Aku sudah mencoba menghapal setiap detail nots ini. Tapi masih saja aku melakukan kesalahan." Andai Jaejoong belum pernah belajar sebelumnya, akan memakan waktu lama untuk menghapal setiap nots.

"Cukup untuk malam ini." Yoochun menyudahi latihan mereka. "Jika aku sampai membuatmu terlalu lelah Tuan muda akan memarahiku." Itu benar. Kondisi Jaejoong sudah mulai membaik sejak terakhir kali pemuda itu terluka. Lula hati lebih tepatnya.

"Aku tidak lelah." Ia berkata. Jemarinya menyusuri badan piano, membelainya dengan perlahan. "Justru aku ingin segera bisa untuk dapat bermain dengan benar. Aku sangat ingin dapat memainkan piano ini."

"Tidak cukup hanya semalam agar kau menguasai permainan piano, Jongie. Jika kau tidak lelah, aku lelah." hembusan napas Yoochun terdengar lemah. Menarik perhatian Jaejoong dari catatan yang ia buat tentang latihan dasar yang ia pelajari malam ini.

Jaejoong menutup mulutnya sendiri karena tidak enak hati, se0ertinya ia memang sudah menyita waktu Yoochun terlalu lama. "Maafkan aku. Kau benar. Kau sudah bekerja sepanjang hari dan aku masih saja merepotkanmu dengan meminta menjadi guru pianoku. Maafkan aku Hyung."

Mengabaikan permintaan maaf Jaejoong, Yoochun sibuk memasukan lembaran kertas pelajaranan mereka ke dalam tas kulit tipis berwarna hitam miliknya. Itu adalah catatan lama ketika dulu ia mulai belajar. "Kau bisa belajar sendiri tentang apa saja yang sudah kita pelajari malam ini. Aku yakin kau mampu melakukannya dengan cukup baik meski tanpa pengawasanku."

"Aku tidak yakin." Jaejoong berkata ragu. Bibirnya terkatup rapat saat menyadari Yoochun mengumpulkan barang barangnya dengan tergesa. Seakan pria itu ingin segera pergi darinya. Apakah ia telah melakukan kesalahan? Kesalahan yang Jaejoong sendiri tak menyadarinya.


Alih alih bertanya, Jaejoong memasang wajah penuh senyum palsu yang berhasil ia sempurnakan. "Itu ide bagus." Senyum lebar Jaejoong tidak mampu membuat Yoochun tersenyum. Hari ini pria itu terlihat aneh, Yoochun tidak tersenyum untuknya barang sedikitpun. Tidak juga bercanda seperti Yoochun yang biasanya ia jumpai,l.

Say You Love MeWhere stories live. Discover now