Ketiga

23.3K 1K 11
                                    

"Woy gendut sini lo" ucap seorang siswa laki-laki berbadan kurus tengah memanggil Kirana yang sedang berbaris. Hari itu adalah hari kedua mos di SMA yang ia masuki di sekitaran daerah Bogor.

"I.. Iya kak" ucap Kirana takut. Takut ia akan dikerjai lagi seperti kemarin yang mana ia harus meminum jus pete sampai ia muntah-muntah.

"Lo bawa surat cinta yang kita tugaskan kan?" tanya senior Kirana tersebut.

"Ba.. Bawa kak" ucap Kirana masih takut.

"Kalau bawa, lo baca tu surat lo kesemua orang yang ada disini" ucap Senior tersebut sambil menunjuki semua orang yang berada di lapangan sekolah.

Cuaca yang agak panas membuat Kirana banyak berkeringat. Ia sangat malu hari ini, andai saja ada Laras, pasti ada yang membelanya. Kirana lalu mendekatkan dirinya ke arah microfon yang telah disediakan.

"Bu.. Buat kak Mario" ucap Kirana memulai membaca surat cintanya. Respon pendengar yang mendengarkan kalimat surat yang dibaca Kirana bermacam-macam. Ada yang tertawa, ada juga yang menatap kasihan kepada Kirana.

"Wohooo.. Ternyata buat lo bro" ujar Senior tadi kepada laki-laki tegap yang berwajah percampuran Korea dan Jerman yang tengah duduk di sebuah kursi. Mario hanya menatap Kirana datar.

"Pertama kali aku ngelihat kakak, aku suka sama kakak. Soalnya kakak yang ngasih sebuah plester ke aku yang nyatanya nggak ada luka sedikitpun.." lanjut Kira masih membaca kalimat perkalimat yang ia tulis tersebut.

"Wiih, cinta pada pandangan pertama nih" Senior yang lain mengompori.

"...aku cuma mau bilang. Aku suka sama kakak, dari Kirana" ucap Kirana mengakhiri suratnya.

Semua orang bertepuk tangan namun bermaksud mengejek Kirana. Terlebih lagi senior yang menyuruhnya tadi.

"Wih.. Wih.. Si gendut, brani bener suka sama si Mario, cowo terkece seantero sekolah. Wih salut gue, belajar PD nya dari mana mbak?"

Kirana hanya menundukkan kepalanya. Mario yang malas mendengar ocehan temannya terhadap Kirana akhirnya membuka suara.

"Woy setan, udah dong. Kan kasian tuh junior, udah hari panas, masih aja lo jahilin. Gak bosan lu ya Bry?"

"Ah elah, ganggu orang seneng aja lo, iya deh. Woy gendut, kembali kebarisan lo. Dan untuk lo semua. Hari ini mos kedua udah kelar, dan lo semua pada balik kerumah lo masing-masing" ujar Bryan kepada semua junior yang berbaris di lapangan.

"Iya kak" teriak semua junior. Dan mereka langsung membubarkan diri.

**

"Eh eh tau gak lo, dia itu cewe tergendut di angkatan kita". Ujar seorang siswi saat Kirana berjalan ke arah mereka yang masih berdiri di koridor sekolah.

"Iih, amit-amit dah punya badan kayak gitu. Gak mau gue dipanggil gendut sama babi oleh semua orang, gak siap gue" teriak siswi yang lain histeris. Kira mendengar apa yang mereka bicarakan hanya menundukkan kepala.

'Apa gue semenjijikan itu ya? Kan orang gendut manusia juga' batin Kirana.

"Udah jangan dipikirin" suara bisikan seseorang membuat kepala Kirana mendongak dan menoleh ke arah suara.

"Kak Mario?" ucap Kirana membulatkan matanya.

Mario hanya tersenyum dan berjalan meninggalkan Kirana yang masih terpaku.

"Btw, makasi suratnya, gue suka" teriak Mario diujung koridor. Pipi Kirana langsung terasa panas dan memerah. Rasanya ia ingin teriak karena kegirangan mendapatkan respon dari orang yang ia suka. Namun lagi-lagi wajah Iwan terlintas dikepalanya. Membuat ia tersadar, betapa rindunya ia dengan laki-laki tersebut.

CantikWhere stories live. Discover now