Epilog

29.2K 1K 54
                                    


Yeeeyy.. Alhamdulillah..

Maaf ya, kelamaan nunggu, kemarin ada pekerjaan yang lain. Ehehhe..

Oh iya.. Thanks buat vote dan commentnya di part kemarin ya..

Nah ini part terakhirnya. Happy reading ya guys..

______________

Dua bulan kemudian

Erga tengah menyesap kopi didalam cangkirnya, lalu meletakkan cangkir tersebut kembali keatas piring kecil yang tadi digunakan sebagai alas cangkir. Matanya memandang Kirana dan Sita yang sedang melipat baju bayi berwarna biru untuk dimasukkan kedalam sebuah tas besar. Erga tersenyum memandang wajah istrinya yang begitu semangat melipat pakaian bayi tersebut.

Sudah satu bulan setengah ini, ia dan Kirana dimintai tolong oleh Iwan untuk menjaga Sita, karena Iwan harus menyelesaikan masalah yang ada di kantornya, mengingat ia adalah seorang CEO disebuah perusahaan, pekerjaannya sebagai pembawa acara pun sudah lama ia tinggalkan setelah mengetahui bahwa istrinya sedang sakit.

Sedangkan Erga, ia akan menemani istrinya jika ia tidak sedang ada dalam tugas. Dan Kirana dengan senang hati setiap hari menemani Sita.

"Mbak" ucap Sita. Kirana menoleh kearah Sita yang masih sibuk melipat pakaian bayi ditangannya.

"Kalau nanti anak mbak cewek, kita jodohin yuk mbak, kan anak aku insya Allah laki-laki, nah kalau nanti Allah kasih mbak rezeki anak perempuan, kita jodohin yuk" ucap Sita memandang Kirana dengan mata berbinar. Kirana terkekeh geli lalu mengangguk.

"Iya, insya Allah nanti kita jodohin" ucap Kirana. Sita tersenyum manis lalu kembali menatap pakaian bayi yang berada dipangkuannya. Ia menghela nafasnya lalu tersenyum. Didalam hatinya ia berkata, seandainya nanti ia selamat waktu melahirkan anaknya. Ia pasti akan sangat bahagia.

Sita merasakan ada gelenyar aneh diperutnya. Sesaat kemudian ia menggenggam tangan Kirana erat. Keringat dingin sudah keluar dari keningnya. Ia mengatupkan rahangnya kuat-kuat menahan sakit yang begitu luar biasa. Kirana menoleh dengan cepat. Sesaat kemudian ia menyuruh Erga untuk membawa ia beserta Sita kerumah sakit.

Erga menggendong Sita dan berlari kecil kearah pekarangan dimana mobil mereka diparkir, disusul Kirana yang berlari kecil dan menenteng sebuah tas berukuran sedang yang sengaja telah Sita siapkan jika persalinannya tiba.

"Mas, ayok" desak Kirana dari kursi penumpang. Sita menahan sakitnya saat ini dipangkuan Kirana. Entah bagaimana perasaannya saat ini, menahan sakit yang sangat luar biasa.

"Iya, sabar ya sayang, ini bentar lagi kita nyampe, kamu kabari Iwan dulu" ucap Erga lembut kearah istrinya. Kirana yang diberitahukan suaminya segera merogoh ponselnya dan memencet nomor Iwan.

"Assalamualaykum, Iwan, Sita mau melahirkan. Kamu cepat kerumah sakit sekarang juga"

"......"

"Iya, kita lagi diperjalanan nih, yang cepat ya" ucap Kirana lalu mematikan ponselnya. Erga menatap kearah Kirana dari kaca spion tengah. Ia tersenyum ketika Kirana menghapus keringat Sita yang bercucuran.

"Kamu yang sabar ya Sit, coba hirup nafas kamu dalam-dalam, trus keluarin pelan-pelan" ucap Kirana.

"Nggak bisa mbak, sakit banget" isak Sita. Kirana menatap Sita dengan tatapan iba. Ia sangat mengetahui bagaimana sakitnya melahirkan, ditambah lagi kondisi Sita yang melemah.

Di tempat yang lain. Iwan tengah berlari kearah parkiran mobil diiringi tatapan bingung para karyawan dikantornya. Ia menabrak seorang karyawan laki-laki dan segera meminta maaf lalu berlari lagi. Di dalam box lift pun ia mengepalkan tangannya berharap box tersebut cepat terbuka. Setelah tiba di loby, ia berlari lagi menuju dimana tempat mobilnya terparkir, sapaan para karyawan pun tidak terlalu ia hiraukan, yang menjadi pikirannya saat ini adalah istrinya akan melahirkan anak pertama mereka.

CantikWhere stories live. Discover now