Kelimabelas

18.5K 815 21
                                    

"Sis.. Kirana mau pergi jauh.. Dia akan pulang ke Paris" ucapan Laras membuat tangan Siska refleks melepaskan nampan yang ia bawa tadi. Teh yang berada dicangkir yang sudah pecah tersebut berhamburan. Siska menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini. Ia menggeleng pelan dan menoleh kebelakang. Memandang Kirana yang masih berpelukan dengan mamanya.

**

Sepeninggal mamanya. Kirana tengah duduk di bangku taman sendirian sambil memandang kolam ikan koi yang tak jauh darinya. Memperhatikan ikan-ikan yang berenang kesana kemari. Ia mendesah pelan mengingat perkataan mamanya. Bagaimana cara ia akan menjelaskan dengan sahabatnya nanti. Ia kembali mendesah pelan. Ada rasa tidak terima dan ada rasa iba dihatinya. Tapi ia sudah terlanjur janji dengan papa. Ia harus menjaga mama, dan berarti, ia harus berdiri disamping mama.

"Ngelamun aja lo dari tadi Ki.. Anak-anak udah pada ngumpul didepan" ucap Siska memperhatikan Kirana. Meski dihatinya sudah bergejolak untuk menahan Kirana agar tidak pergi.

"Eh elo.. Ya deh, gue kesana" ucap Kirana tersenyum manis. Tapi menurut Siska itu adalah senyum palsu yang dibuat. Jelas sekali terbaca olehnya mimik wajah Kirana seperti menyimpan sesuatu. Dan sesuatu itu sudah diketahui oleh Siska.

"Oh iya.. Iwan sama Adam mau pulang hari ini" ucap Siska saat Kirana berdiri dari duduknya.

"Kenapa cepet banget?" tanya Kirana.

"Tau.. Tanya aja sama orangnya, eheheh.." ucap Siska sambil menggidikkan bahunya. Kirana segera berjalan diikuti Siska disampingnya.

Mereka sudah sampai diruang tamu. Disana sudah duduk nenek, mama, Iwan, Adam dan Laras. Semuanya tersenyum hangat kearah Kirana. Membuat Kirana mengulum senyum manisnya untuk membalas.

"Wan, beneran lo berangkat sekarang?" tanya Kirana langsung. Ada perasaan tidak rela dihatinya. Kenapa lelaki ini harus cepat pergi?

"Iya Ki.. Soalnya ada tanding basket empat hari lagi, jadi pelatih tadi nelphon agar cepet balik ke Jakarta" ucap Iwan dengan memelas. Kirana mengangguk lemah.

"Jadi kapan berangkatnya?"

"Ya, ini mau pulang ke Jakarta" ucap Iwan.

"Nek, Ma, kalau gitu Iwan sama Adam pamit pulang dulu ya" ucap Iwan.

"Iya sayang.. Makasi udah disini dan jagain Kirana ya" ucap mama tulus kepada Iwan dan Adam. Nenekpun berkata dengan hal yang sama. Setelah itu Iwan dan Adam bersalaman dengan mama dan nenek lalu berjalan keluar.

Kirana, Laras dan Siska mengikuti Iwan dan Adam sampai keteras rumah. Kirana memperhatikan punggung Iwan dihadapannya saat ini. Punggung itu akan selalu ia rindukan nanti disana.

Iwan kemudian berbalik dan berdiri dihadapan Kirana.

"Ki, gue pamit dulu ya, dengerin ucapan gue di rumah sakit oke" ucap Iwan. Kirana tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Hati-hati" ucap Kirana. Iwan mengangguk dan tersenyum hangat.

"Ingat ya Ki, sesulit apapun cobaan lo, Allah masih ada disamping kita. And trust me, everithing's gonna be okay" ucap Iwan membuat perasaan Kirana hangat dan nyaman. Kirana memperhatikan manik mata Iwan, tersirat ketulusan disana. Membuat ia secara tak sadar mengulum senyum yang manis.

'Iwan, please jangan kayak gini sama aku, takutnya aku gak akan rela ninggalin semuanya' batin Kirana.

"Dah.. Assalamualaykum" pamit Iwan. Adam sudah berdiri disamping mobil dari tadi dan menunggu Iwan selesai pamit dengan Kirana. Adam tersenyum dalam hati, melihat sahabatnya yang menyukai seorang wanita tidak memandang bagaimana paras dan fisiknya. Ia ingat sekali ketika mendengar pengakuan Iwan dari mulutnya saat dipaksa Laras mengakui bahwa Iwan menyukai Kirana. Saat itu, Kirana belum sadar dari tidurnya. Pertama ia tidak mempercayai hal itu, tapi akhirnya ia percaya ketika melihat Iwan yang tak pernah lepas menjaga Kirana kecuali kalau ia sudah dimarahi oleh Laras agar istirahat, makan atau mandi.

CantikWhere stories live. Discover now