Kesembilanbelas

18.1K 875 27
                                    

"Huaaaa... Hiks.. Hikss.. Iyaaaan.. Huaaaa" tangisan seorang anak laki-laki balita pecah di tengah sebuah Mall dalam kondisi ramai sehingga menarik para pengunjung yang melintasinya. Semua orang menatap anak lelaki tersebut dengan tatapan iba namun tidak seorang pun yang ingin bertindak menolong anak lelaki tersebut. Seorang wanita berhijab toska langsung mendekati anak tersebut dan berusaha untuk menenangkannya

"Adek manis.. Kenapa nangis? Mama sama papa kamu kemana?" tanya wanita tersebut sambil mengusap punggung anak tersebut.

"Iyaaaan.. Iyaaaan..." ucap anak lelaki tersebut sambil terisak kearah wanita berhijab tosca itu.

"Iyaan?" tanya wanita cantik itu. Tak berapa lama suara teriakan seorang laki-laki membuat mereka berdua dan beberapa pengunjung lainnya menoleh kearahnya.

"Ahmad, ya Allah, syukurlah" ucap Iwan langsung memeluk anak lelaki tersebut.

"Iyaaan" tangis anak lelaki tersebut pecah dipelukan Iwan. Setelah menenangkannya Iwan melepaskan pelukannya dan menatap wanita cantik yang berada didepannya.

"Makasi ya, udah nyelamatin keponakan saya" ucap Iwan.

"Oh.. Gak apa-apa Mas, saya juga kebetulan lewat" ucap wanita tersebut sopan sambil tersenyum.

"Terima kasih ya mbak, oh iya, perkenalkan nama saya Iwan" ucap Iwan dan menyedekapkan kedua tangannya didepan dadanya.

"Sita" ucap Sita sambil menyatukan kedua telapak tangannya dan membawanya kedepan dadanya.

"Kalau begitu, saya permisi dulu ya mbak Sita, sekali lagi terima kasih" pamit Iwan sambil mengendong Ahmad dan langsung berjalan meninggalkan Sita yang masih terdiam sambil tersenyum menatap punggung Iwan.

**

Iwan tengah asik memainkan ponselnya sambil menunggu scrapbooknya selesai disebuah kios percetakan. Ia sudah bosan bermain game yang ada diponselnya dan beralih membuka media sosialnya. Suara derit pintu terbukapun tidak ia hiraukan karena asik membaca salah satu postingan temannya yang berbau politik. Sebuah suara lembut membuat Iwan menengadahkan kepalanya.

"Mas, saya mau ngambil album foto yang kemarin, atas nama Sita ya" ucap Sita. Tak berapa lama pemilik kios percetakan itu pergi, ia menoleh kearah tempat duduk yang berada disampingnya karena merasa namanya dipanggil.

"Loh, mbak Sita? Ngapain kesini?" sapa Iwan sambil tersenyum.

"Eh mas Iwan, saya lagi mau ngambil album foto, mas sendiri?"

"Sama kok, saya juga" ucap Iwan. Tak berapa lama pemilik kios tadi memanggil nama mereka.

"Mas Iwan, ini scrapbooknya, silahkan diperiksa terlebih dahulu. Mbak Sita, ini albumnya silahkan juga diperiksa" ucapnya lalu berjalan meninggalkan Sita dan Iwan yang tengah asik memeriksa album mereka.

"Kita tukeran gimana?" tanya Iwan yang sempat melirik album foto yang tengah dibuka oleh Sita.

"Boleh" ucap Sita, mereka lalu bertukaran album dan tersenyum memperhatikan foto-foto yang dimuat.

"Loh mas, ini kan Ahmad ya?" tanya Sita.

"Iya, itu sebenarnya hadiah untuk Ahmad, dia bentar lagi mau ulang tahun. Gimana foto-fotonya menurut kamu? Jelek ya? Maklum saya bukan ahlinya" tanya Iwan. Sita tersenyum.

"Nggak kok, fotonya bagus-bagus banget malah, angel pengambilannya pas banget mas. Masa sih bukan ahli mas? Mas bohong ya?" tanya Sita.

"Nggak kok, serius. Eh iya, ini album pernikahan siapa?" tanya Iwan.

"Itu album pernikahan kakak sepupu saya Mas"

"Oo kirain kamu yang nikah" ucap Iwan disambut kekehan dari Sita. Tak berapa lama pemilik kios kembali menemui Iwan dan Sita.

CantikWhere stories live. Discover now