CHAPTER 3

214 9 0
                                    

Kehabisan Peluru
Genre : Action Thriller

[Restricted] [18+] for Strong Violence & Gore, Some Sexuality & Nudity

Maria pun kembali ke apartemennya yang mewah itu dan menghenyakkan tubuhnya di sofa berwarna keabu-abuan dengan penuh kelelahan, mungkin kesal lebih tepatnya, ia sudah berusaha untuk diam dan menghormatinya tapi tiba-tiba saja si brengsek Alfian itu berbicara seenaknya saja yang menyakitkan hatinya lagi, masih mengenakan sepatu high heels yang membalut kakinya dengan indah serta rok abu-abu ketatnya yang tertarik beberapa sentimeter saat ia terduduk memperlihatkan jenjang kakinya yang indah, rona wajah tuanya mulai terlihat dibalik make-upnya, tua tapi mempesona, lelaki manapun pasti masih tidak keberatan untuk menidurinya.

Konfrontasinya dengan Alfian tiba-tiba muncul begitu saja saat dirinya mulai sering terlibat pertempuran dengan kelompok Narkoba lainnya, baginya Alfian tidak gentleman, selalu lebih mementingkan dirinya sendiri, bahkan saat dimana Maria hampir tewas karena kehabisan amunisi dan terus dibombardir oleh para kartel itu, Alfian bukannya menolong malah kabur, beruntung saja Maria selamat, meskipun beberapa bagian tubuhnya terdapat luka yang masih menempel dikulitnya, awalnya ia tidak pede saat harus beradegan ranjang dengan para lelaki buaya yang menidurinya namun anehnya sebagian dari mereka mengatakan lukanya itu malah kelihatan seksi, tentu saja Maria tidak mengatakan yang sebenarnya perihal luka tersebut.

Keesokan harinya ia berada di ruangannya dikantornya bersama Rafi Hidayat, Maria pun kembali mengecek catatan tentang persediaan amunisi yang mereka miliki, sudah lama sekali sepertinya catatan itu tidak pernah ia buka, beruntung tidak hilang, posisi nyaman yang ia rasakan setelah perjanjian damai dengan pemerintah dan keberhasilan kelompok ini menghancurkan para pesaingnya membuat kelompoknya berubah menjadi suatu kelompok yang dikelola secara lebih profesional dan menjadi ladang bisnis yang menguntungkan, mereka pun membuka lebih dari seratusan klub malam, tempat pelacuran, pabrik yang mereka bangun disuatu tempat untuk memproduksi narkotika berbagai jenis, dan memperjualbelikan manusia secara profesional.

Itulah yang membuat fokusnya sesuai dengan divisi yang ia pegang yaitu amunisi dan persenjataan menjadi tidak fokus ia jalani, ia malah terkadang asik merancang dan hunting tempat-tempat baru untuk membuka tempat pelacuran dan mendatangkan wanita-wanita secara ilegal dari luar negeri untuk dijadikan pekerja seks komersial bernilai tinggi, melakukan pemilihan berdasarkan kriteria wajah, bentuk lekuk tubuh, dan ukuran dadanya untuk kemudian dilatih menjadi pekerja yang intelek dan dapat memuaskan pelanggannya yang kebanyakan berasal dari para pejabat maupun para eksekutif yang berduit banyak tentunya.

"Sebagian persenjataan kita sepertinya sudah tidak dalam kondisi baik, meskipun Brad mengurusnya dan merawatnya dengan baik tapi tetap saja sepertinya kita membutuhkan lebih banyak senjata baru lagi, mungkin hanya Galil saja yang masih layak pakai selebihnya merupakan senjata tipe lama, M16A1 sudah kurang bagus bagiku, kita harus membeli tipe varian terbaru seperti M16A4, AK-56 & 47, kemudian senjata laras pendek seperti Glock, FN, dan Revolver aku rasa menjadi pilihan yang baik untuk kita beli, serta beberapa RPG," kata Maria menerangkan.

"Ya kamu urus saja mana yang terbaik menurutmu, lagipula yang mempunyai channel kan kamu untuk membeli semua itu, nanti kita tinggal suruh bagian administrasi untuk membuat proposalnya dan meminta dana kepada Direktur Eksekutif."

"Kenapa tidak langsung saja meminta ke Alfian, atau ke Pak Andriano langsung," tanya Maria.

"Inikan sudah prosedur, lagipula orang-orang dijajaran eksekutif seperti kita mudah kok dalam meminta dana, palingan dua minggu juga cair, kenapa bertanya sepeti itu, kau kan pasti sudah hafal sistem birokrasi kita seperti apa?" Tanya Rafi dengan elegan.

"Aku hanya bertanya saja, kamu masih saja terlihat serius sekali sih jadi orang." Kata Maria

"Ya kita memang harus serius dalam bekerja, jangan berjalan sendiri-sendiri kita harus merasa memiliki perusahaan ini merupakan bagian dari hidup kita, meskipun kita bukan foundingfather-nya tapi kan kita-kitalah yang meneruskan ini semua sekarang." Seru Rafi Hidayat cerdas

"Iya Rafi."

"Kau yakin kasus ini akan berjalan cepat, maksudnya bukti-bukti yang akan kita cari nanti, dan kita sajikan kepadanya, apakah dia akan mempercayai-nya begitu saja." Kata Maria.

"Ya karena Andriano kan berbasiskan kepercayaan dalam menjalankan ini semua, dia tidak gampang percaya sama orang lain, dia juga yang kasih kita hak untuk intervensi departemen lainnya di luar tiga departemen yaitu keuangan, Amunisi&Senjata, dan Politik&Dipomasi, ketiga departemen itu mutlak yang kuasai Alfian, kamu, dan saya, diluar itu kita punya hak untuk intervensi terhadap departemen lainnya, tapi departemen lainnya tersebut tidak berhak melakukan intervensi terhadap kita, sudahlah jangan mengeluh terus yah, ayo tunjukan seorang Maria yang dulu punya militansi dalam berbuat sesuatu, jangan uang dan laki-laki mempengaruhi hidupmu terus dan membuat mu menjadi kerja asal-asalan seperti itu, kita ini sedang menjalankan bisnis, suatu saat mungkin masalah yang lebih besar akan menimpa kita, maka dari itu kita harus siap, jangan lengah."

"Ya baik, aku mengerti maksud arah pembicaraanmu kemana."

Kali ini Maria menyempatkan diri untuk mengunjungi toko bakery langganannya, setiap ia berjalan ada saja lelaki yang menengok ke arahnya, entah secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, dengan memakai rok hitam ketat dan kemeja putih yang pas tubuhnya serta tas bermerk yang ia sematkan dibahunya membuat penampilannya berkelas dan menampilkan intelektual dalam dirinya, setelah memilih-milih beberapa roti kesukaannya yaitu coklat keju dan rasa spaghetti ia pun kembali bergegas menaiki mobil sedan sportnya berwarna kuning untuk segera menuju ke apartemennya.

Sesampainya di apartemen, belum sempat ia menuju kamar mandi untuk mengisi air, handphone berbunyi, ada sms masuk ke HP nya.

"HELLO I WATCH U", begitulah isi pesannya, Maria pun tidak mengerti apa maksudnya, tapi tiba-tiba saja tak lama kemudian bulu kuduknya bergidik, namun kemudian ia mencoba untuk mengalihkan pikirannya "paling-paling hanya orang iseng saja."

Ia pun membaringkan raganya dengan lembut di sofanya, merelaksasikan seluruh anggota tubuhnya dan sesaat kemudian tiba-tiba saja ia terperanjat oleh bunyi nada pesan di handphonenya sendiri, bunyi yang tidak lazim, yaitu rongrongan suara sirine, entahlah ia memang menyukai hal-hal unik seperti itu, pesan yang sama, "HELLO I WATCH U "dan beberapa menit kemudian lima buah pesan singkat dengan tulisan sama terkirim kembali ke inbox HP nya, seperti nya ini bukan main-main lagi, ini sudah merupakan ancaman, ia pun berdiri dan berjalan perlahan-lahan menengok ke kanan dan kekiri, untuk memastikan semuanya aman lalu bergegas menuju kamarnya yang gelap, saa ia mencapai daun pintu dan membukanya ia pun menyalakan lampu melalui saklar disampingnya dan melihat-lihat kesekitar lalu mengambil sebuah pistol miliknya, jenis Glock lengkap dengan isi pelurunya, ia pun mengunci kamar dan mendekap pistol tersebut erat-erat.

"Oh shit aku lupa mematikan air kamar mandi." Celetuk Maria, lalu ia pun mencoba beranjak dari kasur dan berjalan menuju arah kamar mandi. Ia pun kembali ke kamarnya setelah mematikan air dikamar mandi dengan perasaan lega karena tidak ada apa-apa. Ia pun mengunci kembali pintunya dan membaringkan tubuhnya di kasur sembari memegang senjatanya, masih dengan balutan busana yang sama, belum sempat mandi, tubuhnya terasa lepek, namun apa boleh buat rasa takut tiba-tiba saja menghantui pikirannya.

Bagaimana kalau si pembunuh ini ternyata sekarang mengincar dirinya, apakah motif pembunuhan Moreno hanyalah suatu teror awal saja, tapi bukan target sebenarnya, bisa jadi dirinyalah target berikutnya untuk rangkaian teror yang dibuat si pembunuh itu, pikiran-pikiran seperti itu tiba-tiba saja mulai bergelayut kembali, ia pun tiba-tiba me rewind kembali ke masa lalunya saat-saat dimana ia hampir beberapa kali hampir mati atau diperkosa tanpa ampun oleh kelompok musuh, disiksa dengan cara-cara keji oleh musuhnya, beruntung saja dapat lolos dari kematian, kini bayangan ketakutan itu mulai muncul kembali dalam pikirannya.

KEHABISAN PELURUWhere stories live. Discover now