CHAPTER 7

99 6 0
                                    

Kehabisan Peluru
Genre : Action Thriller

[Restricted] [18+] for Strong Violence & Gore, Some Sexuality & Nudity

"Jadi pembunuhnya itu Pria atau wanita menurut-mu?." Tanya Zainal.

"Bisa jadi wanita, atau mungkin pria, petunjuk yang kita dapatkan adalah cetakan sepatu dilantai, berukuran 37, cukup kecil untuk ukuran Pria." Jawab Noval.

"Atau mungkin seorang pria berbadan kecil, ah mana saya tahu."

"Lalu darimana pembunuh itu masuk, di depan komplek Moreno kan ada penjagaan sekuriti ?" Tanya Zainal

Noval menjawab "Menurut pantauan tim dilapangan, berdasarkan keterangan sekuriti ada seorang asing yang menyewa sebuah rumah mewah dua lantai, sekitar empat blok dari kediaman Moreno, namun disana memang sudah biasa bahwa rumah-rumah gedongan itu disewakan entah kepada temannya yang sedang berdinas atau para expatriat yang sedang tugas dekat sana, karena pemilik rumahnya sendiri jarang ada di tempat, sibuk mengurusi aktifitas pekerjaan mereka atau bisa saja pergi berbulan bulan ke Luar Negeri untuk suatu tujuan, paling hanya pembantu saja isinya, adapun rumah yang kosong, daripada rusak tidak ditempati, ada baiknya mereka menyewakan rumah-rumahnya kepada kolega nya tersebut." Lanjut Noval Pratama "dua minggu sebelum terbunuhnya Moreno ada sekitar 4 orang asing baru yang menyewa rumah disana, dua orang dari Negara Asing, dan 2 lagi WNI."

"Sudah di cek ke empat orang tersebut ? " sergah Zainal.

"Belum, tunggu saja, sebentar lagi kita dapat infonya dari tim intel di lapangan."

Zainal dan Noval sedang duduk disebuah ruangan kepolisian, meminum kopi hangat, terdengar suara hujan cukup lebat di sertai angin dan petir yang terus menyambar.

Maria menuju ruang parkir di atas gedung tinggi bangunan tempat kantor-nya berada, kali ini sebuah sedan hitam yang ia pakai, jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, langit terlihat lebih gelap dari biasanya, cipratan dan genangan air membasahi lahan parkir dan mobil-mobil disana, pertanda hujan lebat terjadi sebelumnya, suasanya sangat sepi senyap, Maria pun mengendarai mobil-nya seperti biasa, dan menuju ke arah apartemennya.

Sesampainya di apartemen, ia menghenyakkan pantat-nya ke sofa, masih mengenakan setelan pakaian yang sama, entah kenapa ia serasa bergairah saat ini, sepertinya ingin memeluk laki-laki, namun sayang apadaya, ia hanya tinggal sendiri, keputusannya untuk tidak menikah adalah karena dia tidak percaya bahwa hal tersebut bisa membuat nya bahagia, ia pun membuka blazer-nya, dadanya menyembul dibalik kemeja biru gelapnya, dengan pakai rok hitam terduduk menyingkap sebagian pahanya yang putih, kemudian tiba-tiba handphone-nya berbunyi, ada sebuah pesan kembali di HP-nya.

"Aku ada kiriman untuk-mu."

Begitu bunyi pesan tersebut, sebuah nomor yang berbeda, dari yang kemarin. Maria pun mulai panik dan apa maksud-nya, seketika bulu kuduk-nya pun merinding, ia langsung terkesiap membuka tas-nya dan mengambil senjata laras pendek milik-nya, Glock 17, senjata yang sama yang dipakai pembunuh untuk menghabisi Moreno.

Seketika, pesan kembali muncul, "Silahkan cek Dibawah bantal kasur-mu."

Maria pun sontak langsung terperanjat, matanya membelalak, pembunuh-nya ada disini."kata Maria dalam hati."

Ia pun berjalan perlahan, dengan mengacungkan senjata Glock ke depan, menuju ke arah kamar-nya, dibuka perlahan pintu kamar-nya, tidak ada siapa-siapa, dengan cepat ia menarik bantal-nya.

DAN ......

Tidak ada apapun. Maria pun jadi heran.

Kemudian tak lama , masuk kembali sebuah pesan. "Peek a boo, Ha ha aku mempermainkan mu."

Maria pun geram, tapi tidak ada niat untuknya menelepon balik atau membalas pesannya, ini adalah permainan pikiran, kalau ia membalasnya pasti si pelaku teror ini akan tertawa senang, ia akan membalasnya dengan cara lain, koneksinya yang luas akan ia manfaatkan, ada seorang hidung belang temannya di Badan Intelijen, ia akan meminta bantuan temannya tersebut untuk melacak asal nomor telpon tersebut.

Maria hanya ingin mandi, dan kemudian makan malam hasil masakan nya sendiri sembari telanjang di apartemennya, tanpa mengenakan sehelai benang pun, ia ingin bebas, lepas, dan kemudian menghenyakkan tubuhnya yang tanpa sehelai benang pun itu di kasur, dada-nya yang besar, bergerak gelayutan, tidur di tempat tidurnya dengan nyenyak.

KEHABISAN PELURUWhere stories live. Discover now