CHAPTER 9

124 5 2
                                    


Sekitar pukul 8 pagi, saat jalanan ibukota sudah mulai macet, matahari mulai menaik dan gedung-gedung pencakar langit sudah diisi oleh ribuan karyawan dengan berbagai background pendidikan saling tumpang tindih dalam suara, driver, office boy, pegawai bank, pejabat, direktur, semua-nya berbaur dalam kesibukan masing-masing. Asap demi asap dan puntung rokok bertebaran dimana mana, menelan nikotin dalam jumlah besar, serta kafein dari kopi yang selalu disajikan hangat mulai dari pegawai kelas bawah, pedagang kaki lima, hingga pejabat. Jalanan macet, mobil bertumpuk, motor mengalir bak air, para pedagang asongan bertebaran, segerombolan orang menunggu busway di pinggir halte.

Breaking News menghiasi siaran televisi berita dimana-mana, terkait kematian Bos Gangster kecil Aryo Rinaldy, reporter tv dengan berpakaian PDL melaporkan dari TKP langsung, sebuah pemandangan gubuk kecil di tengah-tengah hiruk pikuk kontruksi bangunan, Police Line melingkari gubuk tersebut, dilaporkan oleh reporter tersebut bahwa telah terjadi "Perang antar geng" sampai saat ini masih diselidiki, antar kelompok mana yang bertikai, siapa pelaku-nya semua di analisis dengan dangkal oleh reporter tersebut lalu kembali ke studio, para analis dan pakar kejahatan pun dimintai analisis-nya, namun sejauh ini belum ada komentar dari kepolisian terkait hal tersebut.

Angel pun terbangun dari tidur lelap-nya, badannya ramping dan berotot untuk ukuran wanita, memiliki otot yang cukup mengagumkan namun tidak terlalu keras, hanya mengenakan celana pants hitam pendek ketat dan tangtop putih, ia masih suka merasakan sakit kepala yang teramat sangat. Angel bergegas mencuci muka dan mengambil sebotol minuman, lalu menuju dapur dan mengambil sebuah senjata yang ia taruh pada selot di bawah wartafel , ia membuat slot khusus agar pistol tersebut bisa menempel di dinding bawah wastafel tersebut, lalu membersihkan senjata milik-nya, sebuah barretta, membongkar dan memasangnya kembali, Barel, Slide, dan Recoil ia keluarkan perlahan, dan bersihkan, serta magasin dan peluru-nya , lalu ia pasang kembali seperti semula. Angel hanya tinggal sendiri saja di sebuah safe house, sebuah ruangan yang cukup luas, dengan dinding sedikit rapuh dan lantai yang diwarnai mayoritas kayu, diruang tengah adalah tempat tidurnya lumayan besar, disampingnya ada sebuah rak buku besar untuk menyimpan buku-bukunya dalam jumlah banyak, serta televisi didepan kasur, lalu jendela yang sesekali saja ia buka, berjalan sedikit kedepan ada sebuah dapur dan kulkas tempat menyimpan persediaan makanan.
Ia juga memiliki senjata lainnya di gudang, Smith & Wesson 1911, Glock 30, Beretta 92FS Semi automatic, dan senjata laras panjang M4A1 berwarna coklat padang pasir,
Android putih milik-nya berbunyi dan bergetar, sebuah pesan tertulis disana dari pimpinannya.

"Temui taksi kuning pukul 20:00"

Angel pun sudah mengerti maksud dan tujuannya, ia sudah tahu dimana Taksi tersebut harus ditemukan.
Melana alias Angel bersiap-siap, mengenakan celana jins hitam panjang ketat dan sepatu boot pendek, lalu sebuah kaos lengan pendek hitam ketat membuat dada-nya yang keras itu terlihat menarik dimata, namun segera ia menutup-nya dengan Kevlar, rompi anti peluru, dan memasukan 3 buah magasin 9mm Glock 17 milik-nya yang sudah terisi semuanya. Rambut sebahunya diikat kebelakang menggunakan Hair Set bermotif kembang, dan menggunakan penjepit dibagian poni depannya.

Hujan lebat mengguyur, hanya ada satu taksi terparkir di antara dua buah gedung, taksi tersebut terparkir ke dalam sebuah gang diantara dua gedung tersebut.

Melana pun bergegas berlari dan masuk ke arah taksi tersebut, mengenakan sweeter nya basah.
Wajahnya yang cantik, putih, dan raut kelelahan terlihat jelas pada wajah Melana, didalamnya terduduk dibelakang kemudi, sudah ada Pimpinannya, Handito Purwoko.
Handito Purwoko seorang lelaki tua berumur sekitar 65 th, kurus, berkumis, mengenakan jaket panjang berwarna abu-abu.

"Ini ambil." Kata Handito melongok ke belakang sembari memberikan sebuah flashdisk.

Melana pun mengambilnya dan membalikan tubuhnya kebelakang untuk mengambil sebuah laptop, menyalakannya kemudian membuka isi flashdisk tersebut.

KEHABISAN PELURUWhere stories live. Discover now