CHAPTER 16

94 3 0
                                    

Noval dan Zainal kembali ke kantor-nya dan masuk ke dalam ruangan bersama tim kecil-nya yaitu Ardi dan Steven.

"Aku membawa sebuah Nama." Kata Noval "Namanya Gandi, kita belum bisa pastikan bahwa Gandi adalah orang yang sama dengan Haryono, wanita di dalam mobil yang bersama Budi menyebut nama Gandi" Tambah Noval.

Kemudian Ardi dan Steven pun mencoba menelisik database milik mereka untuk mencari tahu nama Gandi.

"Berdasarkan hasil pencarian, ada tiga orang yang menggunakan nama Gandi di daerah operasi Henry Vincent. Seorang pembacok, penjual ganja, dan seorang germo, dua di awal jelas tidak cocok dari segi pekerjaan mereka, seorang germo bernama Gandi menurut laporan yang di kumpulkan oleh Intelijen Kepolisian, dia adalah seorang mucikari yang bekerja untuk Sabrina, seorang kepala Departemen khusus pelacuran & hawa nafsu milik Henry, Corp., ia memiliki beberapa nama alias, antara lain Pepeng, Doni, dan Gandi, adapun Haryono tim Intelijen belum mencium sampai kesana." Jelas Ardi sang Analis Kepolisian.

"Kalau begitu kita kejar Gandi, kalau kita temukan Gandi maka kita juga bisa menemukan Sabrina, dia adalah otak dari semua bisnis pelacuran dari Keluarga Vincent." Kata Noval.

"Secara resmi kepala Departemen Pemberdayaan Wanita, begitu mereka menyebut-nya adalah Sabrina, tetapi otak di balik layar bisnis tersebut adalah Maria Elfina, seorang pimpinan pada perusahaan media milik Vincent, Martha Media." Ujar Steven. "Maria lah yang telah banyak terjun langsung dan mengubah departemen tersebut menjadi salah satu bisnis pelacuran yang paling pesat di wilayah barat ibukota, seperti penari telanjang, cinta satu malam, one night stand, ladies escort, hingga yang terbaru adalah BDSM, suatu permainan seks dengan kekerasan, Maria juga lah yang melatih para wanita pekerja seks komersial tersebut ke arah professional, bagaimana ia mengubah para pelacur jalanan yang buruk dan kotor menjadi para wanita yang berkelas, mereka di ajari cara attitude dalam melayani pelanggan, di beri ilmu pengetahuan umum yang cukup, serta berbagai keahlian lainnya dan di lakukan proses screening test yang ketat terhadap mereka untuk memastikan mereka bersih dari penyakit." Lanjut Steven.

"Makin rumit saja ya." Celetuk Zainal sembari menyeruput secangkir kopi hitam.

"Jadi apa selanjut-nya komandan?" Tanya Zainal.

"Hmm... biarkan aku berpikir sejenak." Ujar Noval.

"Mungkin ini bisa jadi rujukan." Kata Ardi "Bahwa rekaman video tentang BDSM yang kita sita dari Toko DVD porno tersebut, saya sempat menonton kembali berulang-ulang, ada beberapa peralatan unik yang mereka pakai dan seperti-nya tidak akan bisa di dapatkan di sembarangan toko manapun, seperti ballgag, cambuk, pakaian latex, hingga alat pemasung atau ranjang yang di desain khusus seperti kandang di bawahnya, saya melakukan investigasi khusus dan membina hubungan baik di dunia maya dengan para pelaku BDSM, mereka umum-nya menggunakan nama samaran dan akupun menggunakan akun palsu untuk mendekati mereka, beberapa di antara mereka buka suara bahwa untuk mendapatkan alat-alat seperti itu bisa dari beberapa cara, yaitu import, beli dari teman, atau titip teman di luar negri yang mana mereka tahu dimana mereka harus membeli-nya."

Lalu Steven ikut menambahkan "Bahwa BDSM sendiri sebenar-nya adalah induk-nya dari suatu kegiatan seksual menyimpang yang mereka lakukan, bagi mereka itu tidak lain adalah sebuah seni dalam berhubungan, ada banyak cabang-cabang di dalam-nya, tidak melulu soal cambukan atau membuat baret pasangan, ada juga yang suka melakukan soft bondage, romantic bondage, seperti melakukan dinner bareng pasangan dengan tangan pasangannya terborgol, melakukan punishment, perbudakan mengurung dan memasung pasangannya berhari-hari, hingga hard bondage melakukan aktivitas kekerasan dengan cambuk, tetesan lilin, penjepit, atau sekedar cross dresser bertukar pakaian dan shibari, suatu teknik mengikat dengan tali secara berbelit-belit dari jepang atau juga hogtied, mengikat tangan kebelakang jadi satu dengan kedua kaki-nya."

"Wah, sepertinya kamu banyak tahu soal itu" Tanya Noval menelisik.

"Dahulu mantan kekasih saya suka hal seperti itu, tapi aku sih tidak suka." Jawab Steven.

Ardi lalu berbicara "Jadi saya pun melakukan investigasi tentang distributor barang-barang tersebut, ada beberapa penjual baik individual maupun toko, saya coba analisa dan seleksi mana yang kira-kira harus menjadi prioritas utama kita dalam mencari barang bukti tersebut, kalau kita ketemu dengan penjual-nya, mungkin kita bisa mengorek informasi kepada siapa saja dia mendistribusikan alat-alat tersebut."

"Kepada siapa kira-kira di distribusikan?" Tanya Zainal.

"Ya bisa saja untuk keperluan individu atau komunitas terselubung, atau apapun, ya ini kan baru analisa saja." Pungkas Ardi.

"Tetapi kan belum bisa di pastikan juga kalau video BDSM yang kami sita tersebut adalah buatan dari Departemen-nya Sabrina, maksud-mu ingin mengkaitkan kesitu kan dan kalau ternyata kita salah mengejar orang yang salah bagaimana, bahwa distributor alat-alat seksual tersebut tidak ada hubungan apa-apa dengan Sabrina." Kata Zainal.

"Kita ambil segala kemungkinan." Noval memecah perdebatan. "Kita ikuti analisa berdasarkan bukti ini mengarah-nya kemana, disitu kita akan berjalan, di dalam kegelapan sekalipun."

Lalu Ardi pun melanjutkan.
"Ada sebuah toko, mereka adalah sebuah toko khusus bernama "art of pain" untuk membuat tato, disitu bahwa hasil dari pengintaian tim dilapangan, mereka menjual dan menyuplai alat-alat bdsm tersebut secara sembunyi-sembunyi, barang-barang tersebut di suplai selain kepada pelanggan tetap mereka, baik individu maupun komunitas, juga kepada Sabrina, tetapi itu yang masih kita cari bukti-nya."

"Yasudah, sikat !!" tegas Noval.

Keesokan hari-nya saat Noval & Zainal tengah bersiap untuk melakukan sidak ke Toko "Art of Pain" tiba-tiba bos mereka, Jaka Saputro memanggil mereka berdua ke ruangannya.

Letnan Jaka, seorang lelaki paruh baya, tengah berdiri di ruangannya yang cukup luas, ringkas dan bersih, terpampang foto presiden dan wakil presiden di dinding atas.

Ia adalah seorang Brigjen dengan hati yang gamang, disatu sisi ia sebenarnya muak melihat korupsi yang sudah ia ketahui, yang sudah ia lihat, namun terpaksa pura-pura tidak melihat karena demi menjaga keselamatan keluarga-nya, namun saat posisi politik sedang kuat ke arah para mafia dan koruptor ia pun cenderung memberi dukungan kepada mereka, tetapi saat proses investigasi mulai berlanjut, ia menjadi orang yang cepat berubah, ketakutan dan seolah-olah sudah muak dan benci dengan kejahatan kerah putih yang kerap terjadi baik pada institusi-nya maupun di tempat lain, ia hanya ingin selamat sampai pensiun nanti-nya.

Pada hari itu, Jaka memberi arahan kepada Noval dan Zainal perihal proses penyelidikan yang mereka lakukan dengan disertai kekerasan dan ancaman yang menimbulkan pengaduan terhadap diri mereka, Jaka juga mengingatkan kepada mereka berdua untuk hati-hati dan bersikap lebih sopan serta mematuhi ketentuan-ketentuan peraturan yang ada.

Akhirnya seharian Noval & Zainal pun memutuskan untuk tidak bertindak apa-apa, mereka juga sudah menebak-nebak kira-kira siapa yang melakukan pengaduan tersebut.

"Palingan juga si Budi Setiawan, cecunguk politisi doyan selangkangan itu yang mengadu, baiklah." Celetuk Noval usai dipanggil oleh Jaka sembari menghisap rokok milik-nya.

KEHABISAN PELURUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora