CHAPTER 10

128 4 2
                                    

BAB 10

Pembunuhan Andriano membuat Martha Media di liputi duka serta kepanikan luar biasa, ini pembunuhan yang seperti-nya di arahkan kepada para pimpinan Martha Media.

Rafi Hidayat, Maria Elfina, Alfian Enricho & Budi Anggara langsung mengadakan rapat tertutup membahas peristiwa yang baru saja terjadi, kurang lebih hampir tiga jam mereka mengadakan meeting dan kantor tersebut pun saat ini di jaga oleh dua orang Polisi bersenjata laras panjang.

Rafi Hidayat keluar dari ruangan lalu segera meluncur satu lantai di bawah-nya, ke sebuah ruangan pribadi milik-nya, di depan pintu ada seorang sekuriti berjaga, lalu ia pun masuk kedalam ruangan, ada sekretaris-nya Ratna Eka yang sedang berdiri, di depan Ratna ada sebuah meja kaca setinggi dada-nya agak ke bawah sedikit, dan sebuah monitor LCD serta keyboard dan mouse, Ratna sendiri harus berdiri di situ sepanjang hari, ia bekerja mengerjakan segala sesuatunya dengan berdiri tanpa ada kursi duduk, mulai dari membuat laporan, prin, scan, materi meeting, dan lain-lain, sebuah mesin fotokopi menjadi satu dengan printer, scanner, dan fax di posisikan di sebuah meja kecil tidak jauh di depannya.

Rafi selalu menyukai keselarasan dan kebersihan, ia mencoba menerapkan 5R dalam ruangan kantor-nya, yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin, semua barang-barang yang tidak terpakai entah itu fotokopian yang berlebih, kertas salah print, dokumen-dokumen tidak penting, Koran bekas, kalender bekas, semua di singkirkan, beberapa barang yang sudah tidak terpakai tetapi masih ragu-ragu untuk di buang di beri red tag, dan di taruh di gudang. Setiap hari ruangan di pel, di sapu, dan di lap oleh Office Boy, barang-barang yang ada di kantor pun di kelompokan dengan baik, mulai dari yang sering di pakai seperti ATK, File-ing dokumen, penempatan Filing Cabinet, dll.

Menyusun secara sistemik, memberi label berupa nama, alamat, dan tempat serta nomor folder pada setiap file milik-nya. File-file tersebut berisi dokumentasi perjalanan Martha Media serta Perencanaaan dan cetak biru perusahaan, lalu penataan buku-buku favorit-nya di rak di lakukan secara rapi, Rafi senang membaca di waktu luangnya, beberapa novel kriminal karangan Mario Puzzo dan Frederick Forsyth adalah favorit-nya, ada juga buku-buku non fiksi tentang hukum dan politik.

Ratna Eka sendiri adalah seorang wanita yang masih muda, berumur 26 tahun, sudah bekerja di sana selama 3 tahun, berwajah cantik, putih kekuningan, tinggi-nya sekitar 166 cm, dengan make up tebal, dan rambut di ikat memakai hairset, berpakaian rapih, blazer, kemeja, dan rok pendek di atas lutut sedikit serta sepatu hak tinggi, ia bekerja mulai pukul 08:00 pagi, pukul 10:00 sd 10:30 cofee break, lanjut bekerja sampai pukul 12:00, kemudian pukul 12:00 s.d pukul 13:00 istirahat, di lanjutkan bekerja kembali usai pukul 13:00 dan pukul 15:00 sd 16:00 cofee break kembali, di lanjutkan bekerja sampai dengan pukul 16:30, apabila lewat bekerja dari pukul tersebut karena harus lembur seperti menyiapkan materi meeting dan lainnya maka ia di perbolehkan duduk, namun apadaya di tempat nya kerja ini memang tidak ada tempat duduk, apabila harus duduk di lantai maka ia tidak dapat menjangkau komputer-nya, satu-satunya tempat duduk adalah milik bos-nya Rafi, tapi tentu saja ia tidak mungkin duduk di situ.

Rafi tampak kesal, ia terduduk di bangkunya. "Bajingan !!!" Teror ini sudah mulai merasuki-nya kini, ia pun harus segera bertindak, tidak main-main, kali ini bos-nya sendiri yang di cabut nyawanya oleh si pembunuh.

"Saya harus berfikir, ini semua harus selesai, ketenangan saya terusik" umpat Rafi dalam hati.

Rafi akan bergegas menggunakan semua kekuatan koneksi rekan-rekan politik-nya, baik di pemerintahan maupun oposisi, ia akan segera mengambil tindakan atas tindakan brutal yang di lakukan sang pembunuh, Dia pikir dapat menteror kita seperti ini, justru dialah yang sekarang ada dalam masalah karena berani menyerang kami.

Rafi kembali ke apartemennya seorang diri, ia sangat merindukan kekasih-nya yang saat ini sedang meneruskan kuliah S2 nya Jurusan Hubungan Internasional di Universite de Paris, Perancis. Terakhir kali bertemu dengan kekasih-nya adalah tahun lalu, mereka juga saling mengucap janji untuk saling setia satu sama lain, untuk mengobati rindu sudah banyak teknologi yang dapat mendekatkan mereka, seperti Skype, Media Sosial, dll. Saling bertukar foto, sms, kirim video, adalah aktivitas keseharian mereka sehari-hari.

Natalia Putri, seorang wanita berumur 33 tahun, cantik, tinggi 172 cm, tubuhnya langsing dan kencang, memiliki rambut panjang yang indah, berwajah Melayu Mandarin membuat pesonanya semakin dalam, ia di lahirkan dari sebuah keluarga kaya, Ayahnya adalah seorang Politisi yang juga rekanan Rafi dan Budi Anggara ,pernah menjadi Menteri Keuangan, saat ini keluarganya mengelola sebuah Mansion untuk di sewakan serta penyedia jasa keamanan untuk para pejabat, atlet, pebisnis, dan siapapun yang membutuhkan, awal perkenalan Natalia dan Rafi adalah saat ada sebuah acara perayaan ulang tahun Natalia, saat itu Rafi belum kenal dengan Natalia, Ayahnya Natalia, yaitu Bagas yang mengundang Rafi untuk datang ke acara ultah anak-nya tersebut, yang di rayakan secara mewah di Mansion-nya, para tamu undangan yang datang adalah para pejabat Negara, anggota parlemen, praktisi hukum, serta para pebisnis, termasuk bos-nya Rafi, Henry Vincent juga datang.

Bagas melihat gelagat Rafi yang sepertinya menyukai anaknya tersebut, lalu Bagas pun melihat Rafi adalah seorang lelaki yang tangguh dan mapan, tapi ingat kalau sampai terjadi apa-apa dengan Natalia, meski lecet hanya sedikit saja, maka Bagas sendiri yang akan melibas Rafi, bagi Rafi itu sudah tanggung jawabnya untuk menjaga Natalia, menyayanginya, dan membimbingnya dan menjadi pemimpin bagi-nya.

Natalia sendiri di kabarkan bulan depan akan pulang ke tanah air, karena tengah libur semester, tentu saja Rafi menjadi semakin tidak sabar, tetapi kasus yang sedang berjalan saat ini membuat ia agak sedikit terganggu, pikirannya menjadi bercabang, tetapi ia tetap berusaha menyelesaikan kasus ini secara cepat, Rafi Hidayat tahu siapa saja orang-orang yang kapabel untuk menangani ini semua.

Di kalangan Mafia, Rafi juga terkenal sebagai pria yang dermawan dan baik hati, ia senang membantu orang-orang yang sedang kesusahan, beberapa orang pun mengajak-nya untuk berbisnis, secara operasional usaha tersebut tidak dijalankan oleh Rafi, namun nama Rafi dicatut dalam bisnis mereka sebagai brand pendongkrak dagangan mereka, atau sebagai bekingan untuk usaha mereka. Beragam usaha dijalankan dengan melibatkan nama Rafi disana, mulai dari kaos, sablon, cd, parfum, toko beras, kelontong, bengkel, mereka cukup menaruh foto Rafi saja dalam ukuran sedang atau besar, yang sudah di filter, sehingga terlihat menarik, layaknya seorang pejuang sosialis, Che Guevara.

Suatu hari, seorang bapak yang bekerja sebagai karyawan biasa, tengah bermain-main dengan anak-nya ditaman, sampai kemudian anak-nya entah bagaimana tiba-tiba sudah berlari menuju arah jalan besar, dan sebuah mobil pun menabrak anak malang tersebut, hingga koma dan akhirnya meninggal di rumah sakit, bapak itupun sedih dan meratap terus menerus, sementara istrinya hanya bisa menjerit tidak tahan dalam menghadapi cobaan seberat ini, saat dipengadilan mereka pun kecewa dengan putusan hakim yang hanya menghukum sang penabrak tersebut 3 bulan penjara, karena si penabrak dianggap lalai dan masih dibawah umur, serta orang tuanya yang seorang pejabat, serta kenal dengan sang hakim pengetuk palu, membuat sang bapak memendam amarah yang teramat sangat, dalam pikirannya mulai berputar-putar untuk membeli senjata dan semacamnya, tetapi tunggu sampai seorang sahabat baik-nya mengenalkan pada Rafi Hidayat untuk membantu-nya menyelesaikan masalah tersebut, ia menawarkan seorang pengacara yang merupakan teman-nya sendiri, Budi Anggara untuk melakukan Peninjauan Kembali, dan anak itupun di hukum 10 tahun penjara, serta denda 2 Miliyar, lalu sang hakim pun dicopot dari jabatannya, diturunkan jabatan.
Seorang perempuan dihamili oleh Pacar-nya yang tidak bertanggung jawab, ia kabur, tekanan dari keluarga dan lingkungan sekitar, membuat wanita tersebut putus asa, hidup dalam kubangan kehinaan, harus menanggung janin yang berada dalam kandungannya, seorang diri, sementara kedua orang tuanya sudah sangat membenci diri-nya, mengatai-nya pezinah, laknat, dan wanita murahan, memukuli dan menampar-nya, lalu mengusir-nya keluar dari rumah, hanya berbekal uang seada-nya, kehujanan, sambil terus menangis tersedu-sedu, tunggu ! Rafi melihat kejadian itu dengan penuh iba dibalik mobil sedan mewahnya, Rafi pun menawarkan bantuan kepada-nya, ia memberikan uang, makanan, dan penginapan, serta punya seorang kenalan sebuah keluarga yang sudah lama tidak dapat memiliki anak, untuk mengadopsi anaknya apabila lahir nanti.
Beberapa pengusaha kecil pun, ia pantau, dan apabila ada waktu, ia melakukan kunjungan secara berkala, moral dari para pedagang ini pun menjadi naik, mereka senang Rafi berkunjung ketempat-nya, beberapa usaha yang sepertinya kurang maju, ia coba suntikan dana dari uang pribadi-nya agar bisa naik dan bergairah kembali bisnis-nya, beberapa bisnis seperti dvd bajakan, musik, jasa pembuatan tato, jahit, sembako, warung makan menjadi bisnis andalannya.

KEHABISAN PELURUWhere stories live. Discover now