CHAPTER 13

97 3 0
                                    


Zainal dan Noval kembali bertandem, kali ini Zainal sudah memiliki kemampuan dan informasi yang jauh lebih baik, utamanya adalah informasi, dalam prinsip intelijen, sebuah Negara yang kemampuan intelijennya selangkah lebih maju daripada Negara lain, maka dialah pemenangnya.

Noval pun sudah mulai tahu sedikit kisah tentang kelompok Kartel Barat, karena saat ini penamaan kartel barat sepertinya sudah tidak eksis lagi, iapun mencoba mencari tahu dari internet, media online, dan buku-buku serta dari ruangan arsip mengenai kelompok kartel barat ini, pembunuhan Moreno dan Andriano bisa jadi motifnya adalah balas dendam terhadap kelompok kartel barat.

Zainal pun sepertinya penasaran dengan sebuah kios dvd porno yang di biayai oleh Kartel Barat,
Akhirnya Zainal dan Noval setuju untuk menuju ke arah sana.

Mobil mereka pun di parkir tidak jauh dari tempat tersebut, Zainal keluar seorang diri sementara Noval menunggu dimobil.

Zainal pun masuk ke dalam kios dvd porno tersebut, sebuah kios kecil dengan pintu dan jendela di dominasi oleh kaca, di bagian depannya terpampang poster film-film Hollywood biasa, tidak terlihat bahwa di dalamnya ada penjualan untuk dvd porno.

Saat Zainal masuk, seorang lelaki sedang berdiri di belakang meja kasir berwajah keturunan India dengan kumis tebal pun menelisik memperhatikan langkah Zainal.

"Mau cari apa?" Tanya sang Cashier.

"Mau lihat-lihat saja dahulu." Jawab Zainal sembari melihat deretan dvd yang di pajang dalam rak-rak sempit, dari satu rak menuju rak lainnya, ia hanya melihat Dvd film-film Hollywood box office dan tidak ada yang aneh seperti-nya.

"Katanya disini menjual dvd porno?"

"Kau mungkin salah informasi."

"Oh tidak, Foto toko yang di berikan teman-ku sama persis, iya ini toko-nya, tidak mungkin salah kok." Jawab Zainal. "Ayolah aku sedang bergairah, berikan aku satu saja, katanya yang buat orang lokal, dengan penataan kamera dan cahaya yang canggih, aku penasaran, tenang saja aku bawa uang." Lanjut Zainal.

Sang lelaki berbadan sedang itupun menelisik, melihat dengan tatapan tajam ke arah Zainal, di bawah meja kasir, ia pun menyimpan sebuah shotgun.

"Aku belum pernah melihat diri-mu di sini, siapa teman-mu?" Tanya sang cashier.

"Sugeng." Jawab Zainal dengan senyuman.

"Sugeng siapa?"

'Temannya Henry Vincent."

"Kau Polisi !! Mau apa kau?" sang cashier pun memerah padam "Kami hanya ingin mencari nafkah di sini, tolong jangan usik kami, kami juga tidak bisa memberikan barang yang kamu minta." Lanjut sang cashier, "bukankah setiap bulan kita sudah membayar sepuluh persen terhadap teman-mu itu."

"Teman-ku? Siapa?" Tanya Zainal. "Jangan samakan aku dengan polisi korup yang suka memeras-mu itu."

"Lalu tujuan-mu apa, mau menegakkan kebenaran Hah!" Sang Cashier pun terus menelisik wajah Zainal, sembari memegang dan menarik shotgun di bawah meja Cashier-nya perlahan-lahan. Dannn

DORR.....

Sebuah tembakan meletus....

Sang Cashier tersungkur kebelakang, bagian pundak kanannya tertembak.

Tiba-tiba Noval muncul dari belakang, masuk ke dalam kios & mengarahkan pistol Barreta milik-nya ke arah sang cashier.

"Anjing !!!, apa-apaan ini." Teriak Zainal kaget.

"Kau bisa terbunuh olehnya, ia memiliki senjata di bawah meja-nya, aku sudah hafal yang kayak beginian, tanpa perlu melihat-nya terlebih dahulu." Terang Noval "Sekarang geledah ruangan belakang dan lantai atas, ambil beberapa barang bukti yang perlu di ambil." Lanjut Noval.

KEHABISAN PELURUWhere stories live. Discover now