CHAPTER 14

71 4 0
                                    

Melalui Randi, kini Rafi pun memiliki informasi mengenai Angel alias Melana, hasil dari pencarian Randi ke tempat lahir-nya Angel, tetangganya, dan kampus-nya serta lingkungan kerja-nya. Nama aslinya adalah Melana Silviani, menggunakan nama samaran Angel, ia lahir di sebuah daerah terpencil, anak tunggal, kedua orang tuanya meninggal sejak ia kecil, ia hidup dengan pamannya yang memberi-nya uang kuliah hingga ia besar dan lulus lalu mencari nafkah ke ibukota, teman-teman kecil-nya sudah tidak tinggal di sana, mereka juga terpencar mencari nafkah di tempat lain, salah satu teman kecilnya saat ini ada yang bekerja di ibukota, saya pun menelusuri kesana dan menanyakan Melana, ia menjawab sudah tidak tahu menahu soal Melana, ia hanya tahu bahwa Melana orangnya baik, jujur, saat di kampus juga tidak pernah ikut organisasi politik apapun, ia lulus dari universitas ekonomi dengan ipk 3,2, tidak ada yang aneh sejauh pengamatan saya dan orang ini bisa di bilang bersih.

Rafi akhirnya sedikit tahu tentang profil terduga pembunuh bos-nya, Andriano Malik saat ini.

"Terimakasih, kerja-mu bagus Randi." Puji Rafi Hidayat, sang diplomat perusahaan Martha Media memperlihatkan kewibawaannya.

"Itu sudah jadi tugas saya Pak, ada lagi tugas yang ingin saya kerjakan?" Tanya Randi.

"Untuk sementara itu dulu."

Rafi pun sudah mendapat clue tentang Angel dari Maria sebelumnya, tetapi Maria hanya sedikit saja memberi informasi ini karena ia tidak mau membagi data secara sembrono di ruang rapat pada saat itu, Maria tidak mau orang lain jangan sampai tahu dahulu apalagi Alfian, orang yang tidak ia sukai di perusahaan-nya. Hari ini Maria mengundang Rafi untuk datang ke apartemennya.

Maria yang mengenakan dress biru terusan sedikit di atas lutut terlihat cantik pada hari itu, ia pun mengundang Rafi Hidayat ke apartemennya untuk membicarakan apa yang ia ketahui dari Mario, kolega Intel-nya.

Maria pun menceritakan panjang lebar apa yang ia ketahui semua-nya tentang Handito, Angel, dan tim-nya.

"Mereka adalah tim pembunuh yang kejam, mereka telah dilatih oleh Pemerintah dengan bergitu keras, kita tidak bisa tinggal diam, kalau tidak kita yang di bantai." Kata Maria menerangkan.

"Ya tenanglah dahulu, tim kita juga memiliki kapasitas dan daya bunuh yang efektif, kamu sudah dengar berita tadi pagi bahwa salah satu pegawai kita di tembak oleh polisi." Kata Rafi.

"Kios DVD? Ya aku sudah dengar, mungkin saja permasalahan pribadi."

"Bukan, menurut mata-mata Kartel Barat mereka adalah polisi yang berseragam preman, ciri-ciri-nya sama dengan Zainal dan Noval, kedua Polisi yang menangani kasus Moreno." Tambah Rafi.

"Oh.. ya, hati-hati dengan Noval, menurut desas-desus di kalangan intelijen, dia adalah mantan anggota pasukan khusus, di pecat dari kesatuannya karena membunuh sipil, lalu sekarang dia mencari nafkah sebagai polisi." Kata Maria.

"Hemm...." Kepala Rafi bertambah pusing.

Masalah kita bertambah, selain harus mencari dan menghentikan teror yang di lakukan oleh Tim pembunuh-nya Handito kini polisi sialan itu juga sedang mengincar kita." Tambah Rafi.

"Aku harus membunuh Zainal dan Noval." Celetuk Rafi.

"Hey hati-hati, mereka itu polisi, kita tidak menembak polisi bukan, polisi itu bukan di bunuh, tetapi di bayar !!" sergah Maria.

"Tidak, ini sudah berbahaya, masalah-nya semakin memuncak, tenang saja, kita tidak membunuh dengan menggunakan orang kita, kita akan pakai jasa orang luar, saya punya orang-nya yang bisa melakukan itu." Tambah Rafi datar.

Maria hanya terdiam saja, "Terserah kamu sajalah, tetapi jangan sampai audit negara masuk dan memeriksa serta menyeret saya dalam hal ini."

"Tenang saja, kalau perlu saya akan bunuh juga audit-nya, mereka adalah tim audit yang suka mencari-cari kesalahan orang lain, ingin mencari muka dan menaikkan jabatan dengan cara menghancurkan rejeki orang, mungkin momen yang tepat juga apabila mereka berani masuk untuk menyingkirkan mereka dengan cara-ku sendiri." Tambah Rafi dingin.

"We do bussiness right ?, kita tidak lagi berseberangan dengan pemerintah, kita adalah sebuah perusahaan bisnis bernama Henry, Corp, kita membantu pemerintah, kita membayar pajak, kita melakukan pelayanan keamanan, dll" Kata Maria.

Ponsel Rafi berbunyi, pesan dari Natalia kekasih-nya namun Rafi tidak membaca-nya, ia melanjutkan obrolan dengan Maria malam itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 02:00 pagi, sekretaris-nya Ratna sedari tadi menunggu di lobi apartemen dengan posisi sudah sangat mengantuk yang sesekali teeperanjat dari kantuknya karena takut bos nya datang, mereka pun berjalan menuju tempat parkir, Rafi sendiri yang menyetir di dampingi Ratna Eka di samping-nya yang sudah kelelahan.

"Kamu menginap saja di apartemen-ku yah, besok masuk agak siang saja tidak apa-apa." Kata Rafi.

"Oh, ehh.. Iy... iya pak." Jawab Ratna kaku.

Di malam yang semakin sunyi, di balik balutan blazer merah dan roknya, tubuh Ratna sudah ringkih ingin menghenyakkan diri pada kasur empuk di kamar tidur rumah milik-nya, tapi apadaya, bos-nya mengajak untuk menginap di apartemen-nya.

KEHABISAN PELURUWhere stories live. Discover now