CHAPTER 6

135 8 2
                                    

Kehabisan Peluru
Genre : Action Thriller

[Restricted] [18+] for Strong Violence & Gore, Some Sexuality & Nudity

Sebuah Android milik Andriano berdering dan bergetar, saat ia sedang istirahat di apartemen mewahnya yang menghadap ke arah gedung lainnya, di malam hari yang cerah tersebut, di layar handphone nya tertulis nama Henry Vincent, ia adalah pemimpin kartel barat.

"Hallo." Kata Andriano dengan suara berat-nya.

"Aku sudah mendengar semuanya, salah satu anggota mu tewas, semoga ini tidak merusak jalannya perekonomian kita, kerahkan orang-orang terbaik-mu, saya tidak ingin ada celah dalam kasus ini, kamu juga tahu apa yang perlu dilakukan." Suara Vincent dari balik telepon memberi arahan dan perintah kepada Andriano.

"Baik Pak, saya sedang mengerjakan kasus-nya." Sejauh ini kami mampu mengatasi-nya.

"Saya harap kamu benar." Kata Vincent dari balik telepon dan langsung menutup sambungan telepon tersebut.

Andriano yang tengah bertelanjang dada dengan perut besarnya, lemak bergelambir dengan badan penuh dengan tato tinta hitam, ia pun menenggak kembali segelas alkohol vodka & martini sembari membuka laci lemari di sampingnya, yang ia keluarkan adalah UZI, senjata submachine buatan Israel.

Maria bangun di pagi hari dengan sebuah pesan di layar handphone-nya, itu dari Andriano, hari ini dia menugaskan kepada Maria untuk membuat tim khusus yang dipimpin olehnya.

Mengenakan high heels, rok hitam selutut, kemeja biru tua dan blazer hitam pekat mewah milik-nya serta menenteng tas ditangan kiri-nya, ia berjalan bergegas dan langsung menuju ke kantor-nya, sesampainya disana, ia langsung menuju ruang rapat khusus, disana sudah menunggu Brad & Rafi, serta seorang polisi korup bernama Reno Akbar, dan sekretaris Andriano bernama Melisa.

Sebuah meja kayu coklat berbentuk kotak, dengan pemandangan sebelah kiri langsung menghadap ke arah kaca, Maria mengambil posisi di depan , samping kiri-nya duduk Brad & Rafi, di sebelah kanan-nya adalah Reno & Melisa.

Maria langsung membuka meeting kali ini, "Saya ingin tahu siapa dia, catatan kepolisian, telepon, email, kartu kredit, mobil, lacak semuanya yang kalian bisa, saya juga ingin tahu sudah sejauh mana kasus ini berjalan, baik dari pihak kepolisian, jurnalis, atau pun para pakar yang ingin tahu kasus ini"

Reno buka suara, "dari laporan terkini pihak kepolisian, sepertinya Moreno ditembak oleh peluru kaliber .45, sebuah peluru yang kemungkinan di tembakkan dari Senjata laras pendek tipe "Glock 17", senjata itu bisa di dapat dari mana saja, kepolisian, militer, hingga oknum dan pasar gelap." Lanjut Reno Akbar berbicara "dari percikan darah yang ditemukan, sepertinya Moreno di tembak dari jarak 3 meter, di tembak langsung mengenai kepala-nya sebanyak dua butir peluru.

"Kalau di tembak dikepala, kenapa harus dua kali menembak, bukankah sekali saja sudah cukup." Sergah Rafi dari divisi Politik dengan tampilan necis jas dan dasi berwarna gelap-nya.

"Kita belum bisa pastikan motif dari pelaku menembak dua kali" kata Reno.

"Belum pasti atau tidak tahu." Bantah Rafi.

"Itu artinya sedang kita kerjakan Pak." Sergah Reno.

Sementara Melisa terus mencatat jalannya meeting.

Brad berbicara, "Kita harus cek dan periksa daftar para Kartel pesaing kita saat ini, Kartel Barat menguasai hampir 90% wilayah barat, ada beberapa kartel-kartel kecil yang mencoba untuk bermain kucing-kucingan dengan kami, penjualan gula ilegal, merekrut dan memasarkan para pekerja seks secara diam-diam, hingga para pendatang yang diselundupkan untuk dipekerjakan membuat sebuah gudang pabrik heroin di pinggir kota, tapi kita abaikan semua itu, dengan alasan tidak mau membuat keributan yang bisa membuat geram pemerintahan, lagipula presentase mereka kecil sehingga tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tim Intelijen kami juga cukup kuat disana, sehingga selama semuanya berjalan teratur, tidak perlu ada keributan."

"Lalu apa saran terbaik-mu Brad?" Kata Rafi.

"Saya akan melakukan kontak dengan tim Intelijen Kartel Barat, mencari informasi tentang mana-mana saja yang perlu dicurigai."

"Ya baik, kami tunggu laporannya, dan Rafi, tolong cari tahu isu terakhir baik secara resmi maupun tidak di pemerintahan." Kata Maria, "siapa-siapa saja daftar orang-orang dalam pemerintahan yang mempunyai keinginan untuk menghancurkan kami, saya tidak perduli apakah itu hanya sebuah opini, obrolan di warung kopi, atau sebuah rencana terselubung, saya mau semua-nya dilaporkan." Kata Maria memberi perintah. "Kita punya uang operasional cukup besar, kita juga punya persenjataan memadai, SDM yang besar, tidak ada yang perlu ditakutkan dari ini semua." Tutup Maria.

Semua berjalan ke arah luar ruang meeting.










KEHABISAN PELURUWhere stories live. Discover now