CHAPTER 4

201 8 4
                                    

Kehabisan Peluru
Genre : Action Thriller

[Restricted] [18+] for Strong Violence & Gore, Some Sexuality & Nudity

Budi Anggara, pengacara Moreno kini sedang dijadwalkan untuk bertemu pihak penyidik dari kepolisian, mereka pun janjian ketemu disebuah tempat, yaitu cafetaria yang tidak terlalu ramai pengunjung, sembari menunggu ia pun mempersiapkan berkas-berkas dan kemungkinan jawaban dan pertanyaan yang mungkin saja dapat ia ajukan ke polisi, sudah tiga hari kasus ini bergulir, sebagian media mengabarkan bahwa Manajer dari "Martha Media" begitulah nama spionase kami tewas dibunuh namun sebagian headline berita tidak mengarahkan kasus ini sebagai kasus besar, mereka masih saja berkutat pada kasus-kasus seperti mafia pajak dan korupsi ditubuh pemerintahan yang selalu menghiasi headline berita, namun Budi menengarai sepertinya ada pihak-pihak media yang nakal untuk mencoba menginvestigasikan kasus ini dalam rubrik "Special Report" mereka sebagian juga sepertinya ada yang mulai mencium bahwa Martha Media adalah kelompok kriminal terorganisir, tapi mereka belum punya cukup bukti untuk mengusut ini, namun tetap saja yang namanya media kasus seperti apapun, bahkan hanya gosip dan rumor saja sudah diberitakan kemana-mana, tentu akan memicu kasus ini bisa besar nantinya, mereka para pers kenal siapa itu Andriano, Siapa itu Maria, dan lainnya tapi mereka tidak tahu bahwa Martha Media adalah nama lain dari kelompok ini dimasa lalu sebagai bentuk penyamaran terhadap publik, mereka berfikir bahwa Martha Media suatu perusahaan majalah politik yang tidak ada hubungannya dengan para gembong kartel narkoba tersebut.

Budi pun melihat ada dua orang berpakaian bebas dan salah satunya memakai jaket kulit datang menghampirinya, kemudian mereka pun berjabat tangan.

"Saya Budi Anggara, kuasa hukum dari Moreno."

"Oh ya saya kepala Unit Khusus yang menangani kasus Moreno, nama saya Arnoval Pratama dan ini rekan saya Zainal" kata Noval memperkenalkan dirinya dan mengenalkan lelaki yang memakai jaket kulit tersebut adalah Zainal rekannya.

"Pembunuhan ini sangat rapi dan sepertinya dilakukan oleh orang yang profesional." Kata Noval membuka pembicaraan.

"Darimana Anda tahu ini profesional?" Tanya Budi

"Dari cara melakukan pembunuhannya, cara kaburnya, jejaknya, dan laporan Pusat Laboratorium pun mengatakan tidak ada sidik jari apapun, tidak ada barang-barang yang dirusak, adapun penemuan yang kita dapatkan adalah jejak sepatunya, itu baru satu-satunya petunjuk di TKP yang kita dapatkan, sepatu merk Converse warna hitam yang saat kita telusuri pun belum menemukan titik temu apapun, lagipula kasus ini baru berjalan beberapa hari." Jelas Noval.

"Lalu kira-kira siapa yang memiliki motif untuk melakukan pembunuhan terhadapnya?" Tanya Budi kembali.

"Itu lah yang sebenarnya ingin kita tanyakan kepada Anda, karena Anda juga adalah orang yang cukup dekat dengannya atau setidaknya satu atap perusahaan lah dengannya."

"Setahu saya ia tidak memiliki musuh, tapi berhubung saya tidak memiliki kedekatan dengannya, mungkin saja tanpa sepengetahuan saya ia memiliki musuh, terakhir saya melihatnya ia berkelahi dengan kekasihnya, namun apakah sampai harus dibunuh, dan dari mana kekasihnya tersebut memiliki kemampuan yang Anda bilang professional itu, dan lagipula kekasihnya masih tinggal disini, ia tidak kabur kemana-mana." Kata Budi Anggara menjawab. "Bagaimana cara pembunuh itu masuk kedalam rumahnya?" Tanya Budi kembali.

"Pembunuh itu masuk melalui jendela belakang, ia merusak engselnya, sepertinya dibuka dengan paksa menggunakan obeng kecil." Jawab Noval.

"Kemudian dari pihak media mereka mengabarkan bahwa jenis peluru yang dipakai adalah caliber .45?" Tanya Budi kembali dengan penasaran dan antusias.

"Sedang diselidiki pihak balistik kalau soal itu nantinya langsung kita cocokkan dari senjata jenis apa peluru tersebut dimuntahkan."

"Baiklah kalau begitu nanti lain waktu aku akan menghubungi Anda kembali, mungkin pertemuan kita cukup sekian dahulu." Kata Noval sembari beranjak mengakhiri pembicaraan dengan berjabat tangan.

KEHABISAN PELURUWo Geschichten leben. Entdecke jetzt