#8

2K 175 37
                                    

"sebenarnya apa yang ingin kau katakan Gechutel," ujar Frankenstein yang sedikit kesal. Raizel hanya menjadi pendengar diantara pembicaraan Frankenstein dan gechutel, dia tetap bersikap santai sambil mencicipi kue dan tea.

"kepergian yang mulia Lord membuat luka yang sangat dalam bagi kaum bangsawan. Terutama putrinya yang kini menjadi Lord. Namun ada banyak kerisuhan yang terjadi membuat sang putri semakin terluka,"

"beliau telah ada di bumi ini sudah lama, tak heran jika saat ia pergi ada begitu banyak kekacauan yang terjadi," sergahnya meyakinkan.

"kau benar frankesntein, tapi aku rasa Lord yang sekarang merasakan kesedihan bukan hanya karena hal itu," timpal gechutel tatapan tajam terarah pada Frankenstein yang tengah berdiri.

"maksudmu ada faktor lain yang membuat lord sedih selain peristiwa itu, juga kepergian yang mulia," frankenstein memicingkan matanya menatap manik mata merah pria parubaya itu.

"....." gehutel termenung tidak tahu harus memulai dari mana. Ada begitu banyak ingatan yang terlintas dalam benakknya saat itu. membuatnya semakin sulit untuk mengatakan ketika dia melihat Lord yang sekarang menangis pilu dikastil yang besar itu.

"lepaskan bebanmu itu gechutel," pungkas raizel yang memberi solusi pada gechutel. Raizel sebenarnya tau benar apa yang ingin dikatakan gechutel, namun dia tetap tenang menyikapinya. gechutel berfikir keras sejenak dan menarik nafas sedalam-dalamnya mencoba melepaskan pemikiran dan ingatan yang bersarang selama lebih dari 800 tahun.

REMEMBER THE PAST AT LUKEDONIA

Ketika itu sebuah ledakan besar menggemparkan dunia dari belahan bumi manapun. Semua aktivitas terhenti begitu saja seolah waktu tak mengijinkan mereka untuk bertingkah. Semua mata terarah pada bayang cahaya yang melintas di horizon membelah langit jingga. Perasaan janggal dirasakan semua makhluk sesisi bumi terutama para Lord. Mereka tak tau ledakan dahsyat itu adalah bersumber dari kekuatan Raizel.

Lascrea tercengang mendapati firasat yang membuatnya menghambur menuju balkon kamarnya, dilihatnya segaris cahaya melintasi cakrawala di langit senja, dia termenung sesaat meraba dalam perasaaan dalam lubuk hatinya. Seolah seseorang yang sangat berarti baginya telah pergi menjauh. "Raizel," lirihnya menatap langit jingga dengan sendu. Air matanya membendung di pelupuk mata, tenggelam bersamaan dengan sang surya.

Lord mempercepat langkahnya berjalan menuju sebuah ruangan di kastilnya. Langkahnya terhenti, di depan pintu bercat merah maroon dengan motif yang berwarana keemasan. Ia meraih handle pintu itu dan membukanya perlahan tanpa mengetuk terlebih dulu, seolah tahu apa yang sedang terjadi didalamnya.

Dia menelusuri setiap sudut ruangan, namun tak menemui siapa pun disana. Cahaya jingga membayang seseorang terlihat jelas dimatanya, sedang memandang lagit berselimutkan lembayung. Dia berjalan mendekat kearahnya. Gadis berponi dengan rambut panjang itu berbalik, menyadari seseorang telah mendekat kearahnya, tak lain adalah ayahnya sendiri sang Lord.

"Lord," sapanya dengan hormat. Lord berdiri di sampingnya ikut memandang langit yang indah disore itu.

"aku merasakan sesuatu telah terjadi pada Raizel. Aku harap dia akan akan kembali dengan selamat," tiba-tiba dia berkata demikian membuat gadis itu terbelalak tak percaya.

"tidak mungkin ayah. Dia pasti berada di suatu tempat" sanggahnya. Beberapa saat Lord terpaku mendengar perkataan sang putri.

"tunggu dulu, apakah baru saja kau memanggilku ayah," Lord terperanjat tak percaya dengan perkataan putrinya.

"maaf, Lord .. aku mohon maaf," lascrea sangat menyesali perkataannya barusan.

"tidak! Setelah sekian lama, aku baru saja merasa menjadi ayah sungguhan," kata lord yang bercucuran air mata karena terharu dengan pengakuan Lascrea terhadap ayahnya. Lascrea mengira dia akan marah besar padanya karena berkata demikian, namun dia sadar jika selama ini dia telah menjadi asing bagi ayahnya sendiri.

"ayah apakah aku boleh bertanya, "

"tentu putriku, tanyakan saja" balasnya menatap putri semata wayang yang tertunduk.

"apakah dulu ayah.. Emm.. ayah," ucapnya meragu dan sedikit malu.

"hmm, apa yang ingin kau ucapkan. Katakan saja, jangan membebani dirimu, " Lascrea melirik ayahnya dengan rona wajah yang memerah. Lord yang melihat ekspresinya itu tersenyum kecil.

"rupanya putri kecilku ini sedang jatuh cinta, " lord menggoda lascrea dan membuatnya menjadi canggung.

"..." Lascrea terdiam, matanya berlarian menghindari sesuatu.

"sepertinya dugaanku benar, " tambahnya dengan senyum senang.

"kau tahu, aku selalu memperhatikan kau dan juga raizel. Kalian itu terlihat sama, sama-sama tidak bisa diterima dimana pun kalian berada," tuturnya.

"dulu aku tidak tahu alasan ayah selalu memaksaku untuk datang kemansionnya. Dan menemaninya, meskipun dia tak pernah mengatakan apapun, " timpal Lascrea.

"raizel memang seperti itu. Aku selalu memintamu kesana, agar kau mengenalnya. Kau tahu aku tidak akan ada lagi di dunia ini. Maka dari itu aku ingin penerusku juga penerus selanjutnya tetap ada, dunia akan selalu berubah sebelum waktunya terhenti, " lord memandang jauh langit yang tinggi. Dia meraih kotak hitam classic.

"ini, aku telah memutuskan pertunangan kalian. Waktunya tidak akan lama lagi " tambahnya dengan serius dengan seutas senyum bahagia dari wajahnya. Lascrea menatap tajam kotak hitam itu, sebelum akhirnya melontarkan pertanyaan.

"ayah, kenapa kau memutuskan ini secara sepihak, " mata semerah ruby itu terlihat begitu sendu. Lord tahu jika lascrea takut raizel akan menolaknya. Lord menaikkan lengannya menyentuh bahu lascrea.

"raizel telah menyetujuinya, " pungkasnya membuat gadis itu langsung menatap ayahnya dengan tak percaya. Jelas sekali rasa bahagia terlukis pada wajah tirusnya yang putih. Begitu pula dengan Lord, yang dengan bangganya tersenyum bahagia.

"kita hanya harus menunggu nya. Oh.. Bukalah kotak itu." pinta lord. Sesuai permintaannya dia membuka perlahan agar kotak itu tidak tergores. Dia memandangi keindahan batu shapire yang menyemat didalam cincin itu.

Kabar kehilangan raizel telah sampai ditelinga lascrea, membuatnya terpukul sangat dalam. Setiap hari dia selalu menunggu di koridor dekat dengan ruangan lord, dimana raizel selalu melewatinya. Setiap hari pula dia tidak pernah berhenti berharap bahwa raizel akan kembali sebelum hari pertunangan itu tiba.

Bertahun-tahun mereka mencari, namun tak kunjung menemukannya. Begitu pula yang dilakukan frankenstein. Hingga saatnya waktu itu tiba. Hari yang selalu lascrea tunggu. Dihari itu juga raizel tidak datang. Tanda tanda kehadirannya pun tak terlihat. Lascrea tetap tidak menyerah, dia dengar bahwa Frankenstein akan pergi keluar lukedonia untuk mencarinya. Dia memutuskan untuk menitipkan kotak hitam itu untuk raizel jika dia telah bertemu dengannya.



Aduuh ko aku jadi ikut baper sih.. Hehehehe bagaimana sejauh ini apa semuanya masih menikmati alur ceritanya. Vote juga krisar nya aku tunggu ya..

NoblesseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang