#14

1.5K 113 33
                                    


"Tuan semua sudah siap!" seru pria tampan dengan iris berwarna biru shapire itu. Dia melenggak, berjalan dengan pesona misteriusnya mendekati seorang pria yang sama tampannya hanya saja manik mata ruby yang bening dengan kilat merah seperti darah, serta surai hitam. Pria itu tertegun sejenak memalingkan perasaan yang berkecamuk menjadi satu dalam hati dan juga fikirannya.

Dia menatap langit gelap dengan penuh keberanian, meski dimasa silam terjadi pertentangan sengit, dan terlalu pahit untuk dikenang dalam ingatannnya. Ingatannya akan masa itu, berputar kembali dalam benakknya yang semakin penuh dengan kenangan masa lalu.

Pria itu mecoba melupakan segalanya, dengan menatap malam yang semakin terlihat gelap. Cahaya bintang dan bulan ¾ bagian yang akan sempurna pada malam berikutnya, menemani kesunyian kala itu. Menemani dua pria yang sama-sama dirundung dalam suatu persoalan yang rumit. Ada banyak kesalahpahaman yang mungkin tercipta diantara kaum tersebut, frankenstein hanya bisa bungkam, dia tak memliki kuasa apapun untuk mengatur. Dia hanya seorang yang begitu setia kepada tuannya, dan akan memberi saran saat tuannya sudah bicara.

Cahaya bintang sangat menarik perhatian seorang raizel. Matanya berkilat memandang angkasa raya. Seolah, menemukan titik untuk bangkit diatas semua rasa penyesalan dan juga rasa sakit yang harus dia terima dalam kehidupannya kini.

"Frankenstein apa yang kau ketahui mengenai bintang. Dan mengapa selalu bersinar?" pungkasnya membuat frankenstein tersentak. Dia mendongakkan wajahnya menatap langit gelap yang sama. Dia tertegun mencari jawaban yang diinginkan tuannya.

"Dari masa yang lalu, aku melihat mereka masih tetap bersinar, menembus waktu yang cukup lama." Tambahnya lagi. Seribu tanya menghantui fikiran pria dengan iris ruby itu. Frankenstein mulai membuka suara setelah pemikiran yang menurutnya cukup panjang meski hanya dalam hitungan detik.

"Ada banyak titik bintang yang bertabur diangkasa, mereka bersinar dengan sendirinya secara nyata, meski disekelilingnya ada bintang semu yang turut bersinar dari bintang-bintang yang bersinar itu sendiri. Seperti dalam pengetahuan astronomi, semakin besar massa bintang maka umurnya semakin pendek." Jelasnya atas pertanyaan raizel kala itu.

"kufikir bintang itu, akan tetap bersinar meski telah berada pada rentang waktu yang lama," ungkapnya atas penjelasan kecil frankenstein.

"ahh, tuan... Hal itu karena tekanan yang dibutuhkan oleh bintang itu semakin besar pada intinya yang menyebabkan pembakaran hidrogen semakin cepat, maka energinya akan cepat habis karena pembakaran tersebut,"

"tapi hingga saat terakhirnya bintang akan terus bersinar bukan?" sergah raizel yang merasa dirinya tak jauh beda dengan bintang itu. Frankenstein yang menyadarinya merasa cemas. Pupil matanya melebar, cahaya mata ruby itu menyendu dengan perkataan tuannya.

"i .. iya tuan. Mereka akan terus bersinar hingga hidrogen itu tidak dapat melakukan pembakaran untuk mengahasilkan energi," balasnya.

"hmm, jadi begitu." Gumam raizel yang menarik perhatian frankenstein sedari tadi, yang merasa aneh dengan tingkah raizel.

"sebaiknya kita pergi sekarang, jika semuanya sudah siap. Perjalanan kita cukup jauh?" ajak raizel yang segera ditanggapi oleh frankenstein.

Setelah semuanya selesai. Mereka mulai pergi ketempat penerbangan pribadi milik frankenstein. Regis juga ikut dalam pesawat itu. Mereka tidak menyadari jika dalam pesawat yang mereka tumpangi juga ada penumpang lain yang tak duindang. Mereka bersembunyi pada kabin pesawat.

"yoo.. perjalanan ini sudah cukup lama. Kita sudah berhari-hari disini," tukas M21, membuat kedua orang disinya berbalik menatapnya.

"kau benar, ini lebih lama dari perkiraanku." Ujar takeo yang merasakan pegal-pegal dan menjalar pada setiap sendi.

"hey... ayolah!! Ini adalah kesempatan kita untuk melihat lukedonia. aku sudah menantikan ini sejak lama. Bahkan saat aku masih di UNION," ucap tao dengan begitu entengnya. Kedua rekannya itu melirik orang yang tengah meregangkan otot sambil terduduk pada sisi lain dari benda yang mereka bawa. Dia terduduk dengan sarung bantal yang bergambar domba yang berbulu lebat, sontak hal itu mengundang rasa iri, jengkel dan juga tawa karena kedua rekannya itu terduduk tanpa beralaskan apapun yang membuat nyaman. Mereka hanya meghela nafas panjang.

**

"regis bersiaplah aku akan menurunkanmu dirumahmu," ujar frankenstein.

"apa maksudmu?" timpalnya.

"yah, sebagai seorang dewasa aku wajib mengantamu sampai dirumah, kita turun disini" balasnya dengan senyum picik dan sintingnya.

"maksudmu kita melompat!" pekiknya tak percaya.

"kenapa! Oh.. apa kau takut untuk melompat?" godanya dengan menampilkan senyum jahat yang mengembang dari sudut bibirnya.

"bu, bukan begitu!" serunya tak dapat melanjutkan lagi ucapannya.

"baiklah." Lanjutnya lagi.

Namun secara tiba-tiba, pesawat itu mengalami guncangan, beberapa kali. Membuat penumpang lain yang berada di kabin pesawat ikut terguncang. Semakin lama guncangan itu semakin hebat, membuat mereka bertiga panik.

"hey.. kenapa dengan pesawatnya!" tanya takeo.

"mungkin hanya guncangan biasa," balas tao.

"kenapa semakin menjadi," ujar M21.

"gawat!!!" pekik tao.

"pesawatnya.. menukik," ujar tao setengah panik.

"apa yang mereka lakukan" katanya lagi.

"gawat kita akan jatuh," kata M21.

"aaaaaaaaaa," teriak mereka bersamaan.

"kau gila. Kita melompat dari ketinggian, hosh.. hosh.." pekik regis tak percaya dengan apa yang barusaja dialaminya.

"kenapa?? Apa kau taku??" tanya frankenstein sinis. Regis masih berjalan dibelakang mereka berdua, mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal.

"bu-bukan begitu, hanya saja tadi aku belum siap," balasnya gelagapan. Mendengar penuturan regis dia hanya tersenyum miring, tanpa membalas perkataannya. Mereka bertiga berjalan menuju sebuah tempat. Tempat dimana frankenstein dan raizel sempat tinggal.

"hei ini, tempat terlarang. Kita tidak boleh kesana!!" seru regis, namun kedua pria dewasa itu tidak menghiraukannya. Kenyataannya mereka berdua yang bingung dengan perkataan regis.

"sejak kapan tempat ini jadi tanah terlarang!" pekik frankenstein tak percaya. Disusul oleh regis yang kemudian menimpalinya.

"aku tidak tahu, tapi jelasnya ini adalah tanah terlarang. Dan kita dilarang keras untuk masuk kesana," jelasnya membuat frankenstein semakin tak mengindahkan ucapan bocah itu.

"aku tidak perduli! Bagaimana bisa Lord yang sekarang menjadikan ini tanah terlarang." Cibir frankenstein yang tak ditanggapi apapun oleh raizel. Sedari tadi pria tampan beriris ruby darah itu hanya diam dan memandangi purnama yang nyaris penuh.

"kenapa kau tidak mau dengar!!!" pekik regis.

"karena dulu kami tinggal disini," kata frankenstein dengan dingin. Dia mulai membuka segel yang menutup tempat dengan kekuatan magisnya.

"a-apa??" uajr regis tak mempercayainya.

"baiklah, awalnya seperti ini.." ucap frankenstein.

"jadi, yaa seperti ini." dengan mengerahkan sedikit kekuatan magisnya, dia membuka segel yang mengungkung di sebuah daerah di lukedonia yang saat ini menjadi tanah terlarang bagi kaum bangsawan. Regis yang menyaksikan itu matanya membulat tak percaya sekaligus takjub dibuatnya.

"apa!! Sejak kapan ada mansion sebesar ini disini, " pekik regis yang terkejut dengan keberadaan mansion tersembunyi karena segel itu.

"siapa sebenarnya mereka, " fikir regis.



Hai..  Maaf nih..  Aku, baru update lagi..  😁😁😁😁

NoblesseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang