#22

1K 77 27
                                    


Suasana sunyi terasa sangat mencekam dalam kastil lord yang begitu megah. Derap langkah terdengar disepanjang koridor dengan cahaya temaram dari lilin. Langkah itu terhenti disudut koridor yang langsung menghadap pada sebuah ruangan.

Dia membuka pintu ruangan itu, masuk pada ruangan yang gelap tanpa penerangan sedikit pun. ruangan itu terasa gelap dan hampa, yang tampak sudah tak dihuni oleh siapapun selama berabad-abad, namun tetap bersih dan terjaga. namun hal itu tidak menyulitkannya karena sinar matanya Semerah batu Ruby mampu melihat dalam kegelapan sekalipun.

"sudah 500 tahun berlalu ayah," pungkasnya bicara sendiri dalam gelapnya ruang. menahan kesedihan dan juga rasa rindu yang membuatnya terlihat rapuh.  

"anda tahu dia telah kembali. seperti yang kau duga dia bukanlah penghianat itu. aku bersalah karena aku terus menyalahkannya. padahal aku tahu naluriku tidak mengatakannya demikian, tapi fikiran dan hatiku telah dikuasai kemarahanku," lanjutnya lagi, dengan air mata yang menetes secara perlahan. kesedihan yang teramat dalam membuatnya sulit menjatuhkan sedikit saja air mata itu. kesedihan yang tidak bisa dia tunjukkan dihadapan semua orang. Sebagai seorang lord

"Ayah meski begitu, mungkin aku tidak bisa mewujudkan apa yang kau inginkan dalam hidupmu," rintihnya. dia melihat sebuah kotak berwarna hitam memiliki flat berwarna emas tempat menyimpan barang berharga. dia mengkerutkan dahinya, melihat dengan seksama benda peninggalan ayahnya itu, dan bergumam "kenapa milik ayah ada disini!"  

dia meraih kemudian membukanya dengan perlahan. dia melihat gulungan perkamen didalamnya. ada keanehan yang dia rasakan. sebelumnya dia tak pernah melihat kotak itu, juga lord tidak mengatakan ada peninggalan lain untuknya. 

"Apakah selama itu aku tidak datang ketempat ini" ungkapnya bingung. wanita berambut panjang itu beranjak membuka tirai yang terjatuh dilantai, untuk memberi sedikit penerangan walau hanya bercahayakan bulan purnama. didekat jendela yang tinggi menjulang itu ada sebuah kursi yang menghadap langsung ke luar. dia lekas duduk disana dan membuka kembali kotak itu. 

dia menarik gulungan itu. ada 5 lembar perkamen dalam gulungan itu dan membaca isinya satu persatu. wanita bangsawan itu tersenyum simpul saat membaca judul halaman pertama.

Dia tersenyum simpul, menanggapi tulisan tangan ayahnya, yang ditujukan pada mendiang ibu nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Dia tersenyum simpul, menanggapi tulisan tangan ayahnya, yang ditujukan pada mendiang ibu nya. Gadis itu melanjutkan ke halaman berikutnya. Seketika raut wajahnya berubah menjadi khawatir. Dia membacanya dengan cermat dan cepat, hingga tuntas dihalaman ke 5. Seketika dia meluluhkan tubuhnya kelantai. Gadis cantik berponi itu bangkit dan membuka pintu balkon, dia berjalan dan berdiri tegar dalam duka yang dalam, kemudian menutup matanya sejenak melepas semua penat yang berputar dalam benaknya.

Mata Ruby itu terbuka, bersinar diterpa cahaya sang purnama. Dia terdiam menatap langit yang indah, dengan taburan bintang.
"Kau melihatnya. Malam ini saat purnama penuh, tepatnya 950 tahun lalu. Saat upacara menjadi dewasa," dia bicara sendiri, tangannya mengepal air mukanya terlihat marah.

NoblesseWhere stories live. Discover now