#16

1.2K 98 33
                                    


Keributan yang disebabkan oleh regis dengan para central knight, rupanya telah sampai ditelinga kepala keluarga mergas. membuat sang kepala keluarga itu terperangah tak percaya dengan tingkah laku regis.

Sebelumnya gechutel juga menjadi tahanan oleh lord. Karena dia dianggap telah menghianati kepercayaan lord. Begitu pula dengan seira yang memilih bungkam dihadapan lord. Semuanya terasa menjadi begitu runyam. Situasi ini sungguh telah melibatkan banyak pihak yang tak bersalah, dan dituduh atas penghianatan yang berkaitan dengan masa lalu.

Tao, takio, m21 mereka telah sampai di lukedonia. Mereka bertiga menjalankan sebuah aksi yang sangat menantang dengan menyulut emosi para ksatria. Mereka terus menghantam pertahanan yang dibuat oleh para ksatria dengan taktik juga strategi yang telah direncanakan sebelumnya.

Dalam kelompok itu, tentunya mereka tidak bekerja secara keinginan pribadi, melainkan saling mengandalkan kelebihan dan juga kekurangan yang dimiliki masing-masing. Tao sebagai seseorang yang mampu menganalisa keadaan saat pertempuran, m21 sebagai penyerang dalam pertarungan jarak dekat, kemudian takio sesuai dengan keahlian nya dia memegang pertempuran jarak jauh dengan menggunakan senjata runduk.

Mereka beraksi dengan sangat kompak layaknya sebuah tim, meski dalam kehidupan sehari hari mereka semua ditekan oleh ego dan gengsi yang tinggi. Apalagi regis yang selalu terlihat menjaga jarak dengan mereka bertiga dengan alasan perbedaan kasta.

Mereka nyaris saja memenangkan pertarungan itu, namun sesosok makhluk tertangkap oleh sensor yang di pasang tao. Dia bergerak sangat cepat. Dan seketika itu muncullah rael dengan langkah angkuhnya. "dasar sampah! " pekiknya.

"regis kenapa kau menyerang para central knight, " teriaknya.

"... " regis bergeming. tak dapat membalas perkataan rael yang siap menyerang. bangsawan dengan rambut pirang itu, menyerang secara membabi buta, tanpa taktik yang matang, dan kalah dengan strategi yang dibuat oleh tao. hal itu, tentu membuatnya kalah. tapi jika itu keturunan murni, maka selamanya adalah keturunan murni apalagi rael yang sudah menginjak usia dewasa. di tambah dengan kepemilikan sebilah soul weapon dari ayahnya, meski tidak sempurna, tetap saja akan ada jurang perbedaan dengan mereka yang hanya manusia modifikasi.

Regis yang pergi karena tujuannya adalah mencari gechutel, membuat rael naik pitam. Pertarungan antara mereka bertiga dengan rael terus berlangsung hingga membalik keadaan. Dimana sebelumnya tao dengan kawanannya yang mengendalikan pertarungan, kini justru sebaliknya. Mereka tampak kelelahan. Namun, ditengah pertarungan mereka kembali bertemu dengan sang kepala keluarga kertia. Saudara tertua rael, Lazark kertia.

Kepala keluarga yang mempesona itu menginterupsi perterungan mereka, karena rael menyerang secara membabi buta. Namun disaat yang bersamaan Frankenstein juga raizel tiba disana. Hal itu mengundang banyak Tanya bagi mereka sang kaum bangsawan. Mereka tau jika pria pria itu juga merupakan bagian dari kaum bangsawan. Aura dan kharismanya sangat luar biasa.

Raizel pergi melengos, melewati lazark yang terdiam karena kecolongan membiarkan seorang musuh masuk ke batas wilayah kekuasaan bangsawan. Singkatnya Frankenstein dan lazark terlibat pertarungan sengit. Mereka bertarung memperteruhkan segalanya. Frankenstein sangat merindukan saat seperti ini, seolah dia kembali ke masa lalu, dimana dia juga bertarung dengan kepala keluarga kertia sebelumnya.

Perterungan itu imbang, Frankenstein dengan senjata gilanya dark spears serta lazark dengan kartanya yang merupakan soul weapon milik klan kertia. Frankenstein menyadari satu hal dari perterungan tersebut, jika senjata lazark tidak sempurna, tapi dia merasa kagum dengan kemampuan pria yang lebih muda darinya itu. meski bertarung dengan senjata tak sempurna, lazark cukup terampil dan cekatan sehingga mampu menutupi ketidak sempurnaannya.

.

.

.

Raizel berjalan dengan sangat tenang, melewati ruang-ruang kosong yang gelap. Koridor dan juga lorong itu masih tetap sama. Tak ada yang berubah. Setelah sekian lama dia pergi, kini kakinya melangkah menapaki lantai marmer yang berwarna kelabu menuntunya pada satu tujuan.

Tibalah dia disebuah ruangan dengan pintu berwarna merah yang besar, sedikit terbuka, menampakkan seberkas cahaya lampu. Tidak ada rasa ragu sedikitpun, apalagi untuk mundur sedetik saja. Dia membuka lebar pintu itu, hingga terlihat beberapa kepala keluarga juga lord yang sedang murka akan kebungkaman gechutel juga seira. Lord mengeluarkan sebilah pedang yang merupakan soul weapon miliknya, dia berniat untuk menghukum gechutel juga seira dengan tidur abadi.

Terdengar bunyi sepatu yang bergemeletuk membentur lantai yang terbuat dari batuan marmer pilihan. Langkah panjang itu terus mendekat seolah membentuk irama tersendiri. Sang empunya berjalan dengan tegap tanpa menunduk seolah ingin menjelaskan bahwa keberadaan dirinya adalah sebuah kehormatan.

Pria dengan seragam SMA itu melenggang masuk tanpa permisi pada sang Lord. Dan membuat dia terpekik dengan segala kebencian dalam hatinya. Sungguh diam tak lupa dengan apa yang menimpanya.

"Cadis Etrama Di Raizel!" gumamnya disertai kemarahan yang teramat dalam.

"lama tak jumpa Lascrea!" ujar pria itu melenggang masuk mendekati makam lord terdahulu yang membuat sang Putri geram.

"Cadis Etrama Di Raizel, beraninya kau menginjakkan kaki di tempat suci ini. setelah apa yang terjadi beberapa ratus tahun yang lalu!" gigi putihnya merapat bergemeletuk menahan amarah yang selama ini terpendam dalam jiwanya. membuang semua perasaan yang sempat hadir dalam hatinya, karena sebuah penghianatan dari masa silam.

"... " pria itu tetap terdiam mendengarkan amarah gadis itu yang terpendam sekian lama. dia tahu semestinya di hari itu dia datang, menepati janji pada sang lord terdahulu. namun keadaan yang membuatnya tak dapat berbuat banyak, dan menghilang tanpa jejak sedikitpun.

Suasana di dalam ruangan itu semakin hening tak ada yang bersuara. Mereka terdiam karena karhisma seorang noblesse sebegitu kuatnya.

"kau, kenapa kau kembali kesini. Dan apa yang telah kau lakukan ratusan tahun lalu, adalah sebuah penghianatan besar itu, "

Lagi lagi raizel terdiam membisu, dia tidak tahu apa yang harus dia jawab, karena sesungguhnya dia pun tak tau apa yang terjadi dimasa silam, dan alasan mengapa dia harus tertidur dalam peti itu selama ratusan tahun. sebelumnya dia sudah menduga bahwa ini akan terjadi, namun tak pernah terbayang akan sebegitu rumitnya.

"dan... kauu.. " kata-kata lascrea terhenti seakan sedang tercekik. pria itu mendongak menatap kedalam mata gadis itu yang terhanyut oleh amarah, dan rasa kebencian yang timbul dari kekecewaan juga penghiatan.

"kau juga pergi dihari itu, tanpa mengatakan apapun. selama itu ayah selalu menunggumu, untuk menepati janjimu,"

"namun, saat ini kau dengan angkuhnya berjalan diatas penghiatanmu sendiri, kemabali menapakkan kaki di tempat lord terdahulu disemayamkan. lancang sekali kau!!"

"lascrea tahan amarahmu," balas pria itu. para kepala keluarga mulai ikut geram dengan penuturan lascrea, atas tuduhan penghiatan itu. mereka ingin menyergap pria yang mereka anggap penghianat itu. Kei Ru mulai angkat bicara, "berani sekali seorang penghianat menginjakkan kaki di tempat suci, lord izinkan aku untuk melawannya."

"kau tidak punya hak untuk maju di tempat ini," ucap raizel dingin dengan penuh penekanan. seketika pria bertubuh kekar itu terdiam mematung karena kendali fikiran yang dikerahkan oleh raizel.

"apa ini, kenapa tubuhku tidak bisa bergerak! apa ini kekuatan sejati seorang noblesse," batinnya bertanya-tanya.

"akulah yang akan melawannya Kei Ru," jawab lascrea. dia mulai mengacungkan senjata jiwa yang diwarskan oleh mendiang ayahnya itu. semua tercengang kenapa lord mau melawan pria itu, tanpa para keluarga yang selalu ada disisinya.

"ayo, lawan aku Cadis Etrama Diraizel," geramnya.





sory banget aku baru update, juga pendek.. aku selalu berusaha menyempatkan untuk menulis, karena kemaren sempet writer's block.. :'(

NoblesseWhere stories live. Discover now