Ketemu Bi Yem = Ketemu Jodoh - 1

6.2K 81 5
                                    

Niatnya pengen manasin mobil, trus segera capcus dari kampus. Tapi rupanya sudah lebih dari dua lagu mengalun dari radio di dasboard, aku masih di sini, di balik kemudi, di tengah parkiran, di bawah terik matahari dengan pikiran yang gak karuan. Skripsiku yang mentok di bab 3 membuatku semakin pusing.

Sekarang aku harus ke mana?

Andai aku bukan anak tunggal, aku pasti akan dengan mudah pergi ke rumah kakak atau adik, mengadukan semua yang kurasakan, berbagi bahu untuk menumpahkan semuanya.

Tapi nyatanya aku hanya seorang anak tunggal yang kesepian. Kenapa pula aku harus terlahir sebagai anak tunggal. Sudahlah tak usah dipertanyakan, semakin menyakitkan ketika aku ingat bahwa sesungguhnya kehadiranku pun tak diinginkan.

Lalu aku harus ke mana?

Selalu saja aku bingung menentukan arah tujuanku.

Pulang ke rumah?

Gak banget deh! Semenjak Papi menikahi perempuan itu, aku gak betah tinggal di rumah.

Tapiii sebenarnya dari dulu juga aku emang gak betah sih di rumah.

Karena memang sejak aku kecil, aku tidak merasakan apa yang orang sebut "home sweet home".

Kenangan masa lalu kembali menyusup ke dalam pikiranku satu per satu.

Ke rumah Mami?

Tidak!! Tidak untuk sementara waktu. Aku tidak ingin menemuinya. Bukan karena aku membencinya, tapi karena aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa selama ini Mami yang mengawali perselingkuhan di belakang Papi, yang membuat keduanya harus berpisah.

Hhuhhmpp...

Kembali ke permasalahan, aku harus ke mana?

Ke rumah sahabatku?

Suaminya yang adalah seorang pelaut, bulan ini jadwalnya pulang, aku tidak mungkin mengganggu kebahagiaan mereka.

TLIT!! TLIT!!

Suara notifikasi yang menandakan ponselku hampir kehabisan daya, membuatku segera meraih travel charger.

Sebuah ide menggelitik di pikiranku.

Kuarahkan ibu jari kananku menekan icon bergambar sebuah amplop, kutelusuri satu per satu hingga mataku berbinar ketika menemukan sebuah pesan.

Sebuah alamat tertulis di dalam pesan itu.

"Gak jauh dari sini, masih sekitar Jakarta" gumamku.

Senyum mengembang seketika, adrenalin mengalir dalam darahku.

Kubaca sekali lagi alamat itu, dan kususun rencana untuk segera menuju ke sana.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang