Mak Comblang - 5

278 9 2
                                    

"Lo mau ke mana?"

"Balik ke Surabaya, kangen sama nyokap," jawab Tasha berusaha menyembunyikan perasaannya.

"Lo gak usah bo'ong sama gue"

"Iih beneran, ngapain gue bo'ong sama lo?!"

"Trus ngapain lo bawa koper segede gitu, lo packing baju segitu banyak, kayak gak mau balik lagi ke sini, biasanya lo malah gak bawa apa-apa kan?"

"Ih bawel banget sih! Dari tadi lo pura-pura tidur ya, dasaaar!" kesalnya, "udah sekarang mending lo buruan cuci muka trus anterin gue ke bandara, gue gak mau ketinggalan pesawat!"

"Gak ah, gue gak mau nganterin lo kalau gak jelas tujuannya ke mana!"

"Yaudah gak papa, biarin, gue bisa pergi sendiri kok, taxi banyak!" Tasha bersiap menarik kopernya keluar kamar.

"Yaa deech, ya dech... gue anterin!" terpaksa aku mengalah, dari pada aku benar-benar kehilangan jejaknya.

Tasha menarik tanganku supaya cepat beranjak dari tempat tidur, "Yaudah ayo buruaan ntar keburu macet niih, tentang kemana gue mau pergi, ntar aja gue ceritain di jalan!"

****

"Inget ya pesen gue, jangan kasih tau siapa-siapa ke mana gue pergi, oke?!" Tasha mengancamku.

"Iii-yaa...." jawabku lesu.

"Jan-ji?!" Tasha mengacungkan jari kelingking kanannya dan kubalas sambil bergumam, "Iii-yaa janji, kalo gue lupa yaaa ntar gue janji lagi"

Alhasil cubitan tangan kirinya berhasil mendarat di lenganku. "Aww sakiit!"

"Makanya, kalau janji tuh yang bener!", kesalnya.

"Gue kan cuma bercanda...." jawabku lalu menghela nafas panjang, "Hhmfh... Gue pasti bakalan kangen banget sama lo, baik-baik ya di sana, jaga diri lo, kalau ada apa-apa kabarin gue!"

"Iyaaa..., lo juga jaga diri ya, jagain keluarga lo, biar kali ini gue belajar jaga diri gue sendiri.... " suaranya mulai bergetar, dia berusaha menahan matanya yang sudah berkaca-kaca.

Kurengkuh tubuhnya dalam pelukanku dan tumpahlah air mata yang sudah tertahan sejak tadi. "Kalau lo yakin ini memang yang terbaik buat kebahagiaan lo, apapun itu gue dukung dan gue yakin kita akan baik-baik aja" dan Tasha hanya mengangguk di sela isak tangisnya.

Beberapa saat, kita menikmati moment perpisahan ini tanpa kata, tak peduli dengan pandangan orang berlalu lalang yang memperhatikan kita berdua yang penuh drama hingga panggilan untuk penumpang pesawat ke Surabaya diumumkan untuk kesekian kalinya.

"Udah ya, gue berangkat dulu! Titip mobil dan apartment gue ya!"

"Iyaa... Take care yaa" kataku sambil melebarkan tanganku, pelukan terakhir.

"I'm gonna miss you" bisiknya sambil membalas pelukanku.

"Iyaa, I miss you, already! Salam buat bokap nyokap ya!"

"Iyaaa, udaaah jangan sedih gitu, this is not good bye, but see you! You know exactly where you can find me!" Ucap Tasha sambil tersenyum, meski matanya masih sembab, lalu Tasha berjalan meninggalkanku sambil melambaikan tangannya.

"See youu...." tunggu aja, nanti gue susul lo, lanjutku dalam hati sambil mengamati kepergiannya hingga tak lagi ada dalam pandanganku.

Sedih sebenarnya, karena jarak dan waktu akan memisahkan kita, tapi aku yakin ini memang yang terbaik.

***

Sejenak kuabaikan deadline pekerjaan yang harus kupresentasikan besok siang, kepala rasanya pening dan sulit untuk berpikir, aku butuh udara segar, ya udara segar.

Ku berjalan menyusuri jalanan di sekitar hotel, menikmati udara malam yang tidak terlalu dingin. Masih jam 8 malam. Ada sebuah taman yang ramai, kalau di Indonesia orang-orang biasa menyebutmya pasar malam.

Iseng-iseng kubeli beberapa koin untuk beberapa permainan yang ada. Aku berhasil memenangkan kembang gula dan beberapa boneka, lalu kuberikan kepada anak kecil entah siapa saja yang ada di dekatku.

"Hei Mommy, look an uncle won this cute bear and give it to me!" suara menggemaskan bocah laki-laki berusia sekitar 6 tahun berlari sambil berteriak setelah kuberi dia boneka beruang yang lembut dan lucu.

"What a cute bear it is? Have you said thank you?"

"No, I have not, I forgot"

"Hhm, where is he, you have to say thank you"

Meski dalam keramaian aku bisa mendengar jelas percakapan bocah itu dengan ibunya yang duduk membelakangiku di depan stand minuman.

Bocah itu menatap sambil menunjuk ke arahku dengan jarinya. Sang ibu pun ikut membalikkan badan dan tersenyum mengucapkan terima kasih.

Masih tersisa beberapa koin, kubalikkan badan dan tiba-tiba, BRUKK!!!!

"ERVIN!!!"

"TASHA!!!

6 tahun sudah aku ke sana kemari mencarinya, sejak aku tau niat buruk Dion, aku sungguh merasa bersalah, aku tidak menyangka Dion seperti itu. Saat-saat itu aku sedang sibuk menjaga istriku yang sedang sakit dan harus menjalani perawatan intensif, sehingga aku tidak memperhatikan perkembangan hubungan mereka.

Beberapa minggu setelah kepergian istriku menghadap sang pencipta, aku baru bisa meluangkan waktu untuk menemuinya, untuk meminta maaf atas batalnya rencana pernikahannya dengan Dion, sekaligus ingin menyampaikan amanah dari istriku sebelum meninggal bahwa dia mengijinkanku untuk menikah lagi, tapi hanya dengan Tasha, tidak dengan perempuan lain manapun.

Alih-alih bertemu dengan Tasha, aku malah dihajar oleh Ethan. Meski aku memohon-mohon, Ethan sama sekali tidak mau buka mulut tentang di mana keberadaan Tasha.

Nyaris putus asa, aku mencari informasi keberadaan Tasha dari teman kerjanya, keluarganya, semua nihil.

Aku benar-benar tidak bisa menemukannya, ku pasrahkan semuanya pada Allah, selama masih menginjak bumi yang sama, memandang langit yang sama, takdir akan mempertemukan kita kembali.

Dan kini, di tempat yang sama sekali tidak kuduga, Tasha nyata berdiri di hadapanku.

"Hei, kok bengong, lo apa kabar, lagi ngapain di sini, sama siapa?" tangannya melambai-lambai di depan wajahku, bibirnya masih sama cerewetnya seperti dulu.

"Gue sendiri, lagi ada urusan kerjaan di sini. Lo ngapain?"

"Udah lama gue stay di sini, gue--"

"Hei sweetheart, it's time to go home, he asleep already..." seorang pria bule berbadan tegap bermata biru datang menghampiri, tampak bocah laki-laki berusia 3 tahunan terlelap di pundaknya.

--TAMAT--

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang