Ketemu Bi Yem = Ketemu Jodoh - 5

2K 77 21
                                    

Semerbak harum masakan membangkitkan indra penciumanku, lalu perlahan memaksaku membuka indra penglihatanku kemudian menajamkan indra pendengaranku.

Kepalaku masih agak pening, tapi tidak sesakit semalam.

Perutku juga tidak perih lagi, dan aku merasa sangat lapar.

Kusibakkan selimut tebalku lalu beranjak berdiri.

Untuk beberapa saat aku kembali duduk di tepian tempat tidur karena penglihatanku menggelap seketika, efek darah rendah.

Setelah merasa cukup kuat, aku kembali melangkahkan kakiku. Kubuka perlahan pintu kamarku hingga terbuka celah beberapa sentimeter.

Kuintip dari balik pintu, sosok berbadan tegap berkaus putih sedang menguasai dapurku.

Apa iya itu Rendra?

Apa semalaman dia tidak pulang demi menjagaku?

Seketika aku lupa ingatan dengan kejadian kemarin siang.

Semakin lama aku memperhatikannya semakin cepat detak jantungku terpacu padahal aku hanya melihatnya dari belakang tapi kenapa jantungku melonjak gak karuan seperti ini. Baru kali pertama ada sosok pria di apartemenku, bahkan Papi pun gak pernah menginap di sini. Mendadak tekanan darahku naik drastis!

Sedang sibuk dengan pikiranku sendiri sambil susah payah menahan debaran di dadaku selagi mengamati Rendra dari belakang, tiba-tiba dia memutar tubuhnya, saking kagetnya aku menutup pintu dengan tergesa-gesa yang tentunya langsung menghasilkan bunyi yang keras. Brak!!

"Kariiin??!" Rendra memanggilku. "Kamu dah bangun?" suaranya lagi.

"Hhm yaa....." jawabku gugup dari balik pintu.

"Kamu pasti laper, saya udah buatin sarapan buat kamu" teriaknya lagi.

"I-iya bentar"

Aku bergegas ke kamar mandi. Aku tidak mungkin keluar kamar dengan kondisi kacau seperti ini.

***

"Gimana? Enak gak?" tanya Rendra penuh harap menatapku yang baru saja memasukkan suapan pertama ke dalam mulutku.

Kenapa siih harus ngeliatin aku kayak gitu...., tatapan matanya itu lhoo bikin aku makin meleleh...

"Hhuumm..." gumamku sambil mengunyah nasi goreng sosis buatannya. "Hhumm enak!" jawabku sumringah lalu menyuapkan lagi nasi goreng ke mulutku.

Rendra tersenyum melihatku melahap nasi goreng sosis dan omelet buatannya.

"Syukur deh kalo enak, habisnya cuma itu aja bahan-bahan yang saya temuin di pantry kamu, yaudah saya bikin aja seadanya"

"Hehe udah lama saya gak belanja. Kamu gak makan? Beneran kok ini enak" kataku sambil melirik nasi goreng di piringnya yang masih utuh.

"Makan donk..." jawabnya lalu ikut menyendok nasinya.

Sesaat kami terdiam menikmati sarapan yang dia buat. Suasana begitu hening hanya sesekali terdengar sendok beradu dengan piring.

"Maafin saya ya....." lirih Rendra tiba-tiba memecah keheningan.

"Hhm?!" tanyaku sambil mengangkat kepala menatapnya. Entahlah apa yang harus kukatakan, sepertinya aku sudah melupakan amarahku kemarin.

"Saya minta maaf udah nuduh kamu yang engga-engga.. Saya terlalu terbawa emosi dan terbawa suasana gak enak di kerjaan belakangan ini"

Aku hanya mengangguk. Aku seolah kehabisan kata-kata di depannya.

"Saya juga minta maaf ya, maaf kemarin udah nampar kamu, daan makasih juga kamu dah jagain saya semalem sampai bikinin sarapan segala..."

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang