Malam Terakhir - 5

588 18 0
                                    

"Sayang, tunggu bentar ya, please" kataku sambil menyerahkan tas beserta laptopku.

"Sini, biar saya aja" lalu kusambar buku menu dari tangan seorang waiter.

Aku segera berjalan menuju lounge sambil sekilas kukedipkan sebelah mata ketika melewati Sekar di balik meja resepsionis.

Tak lama kemudian, aku berdiri di hadapan seorang pria, wajahnya masih tetap sama seperti yang dulu, tak banyak berubah, masih seperti terakhir aku melihatnya 5 tahun yang lalu.

Perlahan kenangan membawaku pada suatu waktu di malam ketika...

"Lani, tolong katakan sesuatu, jangan diam saja, Papi minta maaf, Papi gak tau harus bagaimana lagi..."

Aku menghela nafas panjang, semua penjelasan Papi barusan masih belum bisa kumengerti dan hanya memenuhi seluruh rongga dadaku, membuatku sesak nafas, air mata meluncur begitu saja tanpa permisi, tak banyak yang bisa dilakukan oleh Mami selain menepuk-nepuk pundak dan membelai rambutku.

"Apa gak ada pilihan lain Pi, selain Lani harus menikah dengan pria itu? Terlebih lagi Lani harus menjadi istri kedua, Lani gak bisa Piii"

"Hanya mereka yang bisa menolong kondisi perusahaan kita saat ini, lagi pula kamu belum ada hubungan apa-apa dengan Aryo kan?"

Aku menggeleng lemah.

Aku gak bisa menerima hal ini. Dijadikan istri kedua tapi disembuyikan dari istri pertama, sama saja menjadi istri simpanan, lalu keberadaanku baru akan diumumkan kalau aku sudah berhasil memberikan keturunan. Kesepakatan macam apa itu?! Apa yang ada dipikiran mereka itu menikah hanya demi mendapatkan keturunan, hah? Kalau aku gak bisa ngasih keturunan, lalu akan dibuang, apa iya begitu?
Benar benar tidak masuk akal.

"Lani gak bisa Pii..." lirihku sambil menunduk, tak sanggup lagi menatap wajah lesu Papi.

Tidak tega sebenarnya, jika aku menolak, Papi akan kehilangan seluruh jerih payah yang dimulainya dari nol. Kembali dari titik nol, aku tak sanggup rasanya.

"Sudah Pi, jangan paksa Lani lagi" akhirnya Mami angkat bicara setelah keheningan yang mencekam, "kita cari cara lain lagi ya Pi, pasti akan ada solusi yang terbaik untuk kita semua, tanpa harus mengorbankan kebahagiaan Lani dan merusak kebahagiaan orang lain"

Syukurlah Mami mengerti, ya Allah berikan petunjukMu...

- - -

"Kenapa mata lo, kok sembab gitu?" tanya Sekar.

"Gak papa..."

"Tamu kesayang lo tuh baru aja check in"

"Check in?"

"Iya, ceweknya mabok, trus check in deh, barusan aja naik lift"

"Room berapa?"

"Iih lo mau ngapain? Gak usah ikut campur urusan mereka deh"

Kudorong sekar bergeser sedikit sehingga aku bisa mengakses komputer di depannya.

"Lani....." lirih Sekar geregetan.

"Ssst tenang aja" kataku lalu segera menuju ke kamar di lantai 7.

- - -

"Udah donk Kei, berhenti minumnya, mabok gini gak bakalan nyelesaiin masalah lo"

"Heeeh, bukannya itu kata-kata gue buat lo ya--hahahaaa"

"Iya, sekarang gue balikin kata-kata itu buat lo, udah jangan minum lagi"

"Udahlah dikiiiit lagi sampe gue bisa dapetin ide buat gagalin itu rencana si nyonya besar. Dia pikir gue gak tau rencana dia, hah?! Hhffht lo ngerti kan gimana perasan gue, bantuin gue nyari ide doonk"

"Nyari ide kok sambil mabok"

"Kan lo yang ngajarin gue, gimana sih? --- eh--tu kan bener gue langung dapet ide cemerlang"

"A-pa?"

"T-R-I-A-L"

Hening sejenak.

"HAHAHAHAHA! Gue gak maksa lho Kei, lo sendiri yang minta, besok lo sadar habis mabok jangan nyalahin gue ya! Jangan mara-marah!"

"Hahahaa iya deeehh, buruan sebelum gue berubah pikiran nih!"

Dari balik pintu, aku bisa membayangkan apa yang terjadi kemudian. Aku tahu yang mereka lakukan itu salah, itu tidak bisa dibenarkan, tapi jika itu bisa menggagalkan rencana Ibu Sari untuk menikahkan aku dengan putra semata wayangnya, aku berharap trial mereka ini berhasil.

***

"Masih lama?"

"Eh?"

"Masih la-ma?" Aryo membawaku kembali dari lamunan.

"Sebentar lagi ya, sepertinya ada reuni malam ini" dengan lirikan mata ku lihat seorang wanita yang masih tetap anggun dan cantik dengan senyum mengembang berjalan tidak sabar menuju pria itu.

"Long time no see, kemana aja lo?" Sang wanita menghempaskan dirinya tepat di sebelah sang pria sambil melingkarkan tangan ke leher pria itu, lalu disambut dengan pelukan hangat dari sang pria.

"Gilaaa,, gue kangen banget sama lo. Kemana aja sih? Bertahun-tahun menghilang dan sekarang tiba-tiba muncul, lo gak berniat untuk ngambil Keenan dari gue kan?!" wajah yang tadinya bersemu merah kini tampak waspada dengan dahi mengkerut.

"Hhhaahah enggaklah, Keenan kan sebagai pengganti gue kalo gue gak ada di sisi lo" hffthh "gue tuh mau pamit, besok pagi gue berangkat ke Kanada, gue akan menetap di sana, beberapa tahun belakangan ini Emmy divonis kanker, menurut dokter umurnya gak lama, dan sebagai permintaan terakhir dia pengen balik ke Kanada tinggal bareng sama orang tuanya"

"Oh gitu, hhmmaaf, gue gak tau.."

"Iya gpp, lagian udah ah, kok jadi gini sih, Keenan mana, katanya lo ngajak dia"

"Oh iya, dia ada di mobil tadi dia tidur, kasian kalo gue bangunin, gue minta Mbak Nani nyusul ke sini ntar kalo udah bangun"

Beberapa saat kemudian,

"Ma-ma..."

"Nah, itu diaa, mirip gue banget kan, untung gak mirip lo hahaha", "Hai sayang, udah bangun, sini kenalan sama temen Mama"

"Biarin, muka mirip lo, tapi sifatnya kayak gue"

"Iiih please deh tolong turunin yang baik aja yah, jeleknya dibuangin semua"

"Hahahahaha"

***

"Sepertinya ini akan menjadi malam terakhir buat mereka"

"Iya" jawabku sambil menyeka setitik air di ekor mataku, sedih dan bahagia kurasakan pada saat yang bersamaan.

"Tapi sepertinya ini bukan malam terakhir buat mereka" tunjuk Aryo pada tamu yang baru saja masuk lounge sambil bergandengan tangan.

-Tamat-

CERPENWhere stories live. Discover now